Kamis, 21 Agustus 2008

[JPers] Pendakian MERAHkan Merapi PUTIHkan hati

14 Agustus 2008
“Akhirnya panggilan itu datang juga”…ekspresi yang aku tulis distatus YMku, setelah tanggal 5 juli kemarin gagal mendaki Merapi bersama mas Bleem dan masGay dari komunitas milis #pendaki, padahal saat itu aku sudah sampe di Jogja, sepulang dari JP Camp di curug Ciheurang-Bogor.

15 Agustus @9pm
Semua personil JPers Su
rabaya yang akan mengikuti Pendakian Merah Putih di gunung Merapi sudah berkumpul di area masjid Terminal Bungurasih, Aku, Arif gentong, Wahyu, HerO, Daoi Fani, dan Nurul. Malam ini kami berenam akan menuju kota Jogja dengan menaiki bis ekonomi. Padahal dari kemarin yang deal ikut trip ini cuma Hero dan Nurul, ko saat pemberangkatan jadi bertambah semakin banyak..

Aku pun jadi tertarik dan sampe ga bisa nolak.. saat beberapa sahabat memaksaku untuk ikut Trip ini, berat memang menolak untuk berkumpul dengan sahabat-sahabat yang sudah lama dikenal didunia maya, selain itu juga moment 17an, upacara bendera di puncak Merapi. Puncak Garuda salah satu puncak yang aku impikan..

16 Agustus @4am
Bis MIRA kelas ekonomi yang kami naiki merapat ke Terminal Giwangan, Yogyakarta setelah 6 jam perjalanan dari Surabaya. Tidak banyak aktifitas selama di bus, hanya tetap berkoordinasi dengan te
am dari Jakarta yang terlambat karena menunggu beberapa personel, dan juga tejebak kemacetan saat keluar kota.

Pukul 7 pagi rombongan Devim dkk dari Probolinggo, serta kang Tovik dari Malang sudah bergabung dengan JPers Surabaya. 11 JPers Jatim yang akhirnya bergabung pada Trip kali ini. Kami tinggal menunggu mas Eko, JPers Jogja yang nantinya akan bersama menuju Selo.

Pukul 10 pagi rombongan berangkat dari terminal Giwangan menuju Blabak, menaiki bis kota jurusan Magelang, Rp 7000 retribusi yang harus kami bayar. Sekitar satu setengah jam sampai di Blabak dan dilanjutkan dengan naik angkutan kota menuju Selo.

Sampai di Base Camp Merapi-Selo, suasana sudah cukup rame, banyak pendaki yang berdatangan dari berbagai kota di sekitar Jawa Tengah. Puncak Merapi merupakan salah satu puncak yang jadi tujuan pendakian bagi para pendaki untuk menggelar upacara kemerdekaan Negara Indonesia tiap tahunnya. Karena jadwal siang ini seharusnya adalah mengadakan permainan dan perlombaan untuk anak-anak di Selo, tapi team dari Jakarta baru memasuki kota Temanggung. Maka susunan acara kecil kita bikin mendadak, dengan meminta ijin dari Base Camp dan mengumpulkan anak-anak disekitar Base Camp. 3 permainan yang kami siapkan cukup meriah kami gelar… tak kurang 30 anak-anak mengikuti permainan itu. Mereka semakian antusias saat ada kabar kalo semua peserta bakal dapet hadiah.

Pukul 4 sore, Bis yang dinaiki team Jakarta sampai di Base Camp, dan langsung diadakan pembagian hadiah untuk anak-anak di Selo. Prepare.. istirahat sebentar dan dilanjutkan dengan pendakian ke Puncak Merapi

Start pendakian pukul 7.30 malam, jalanan yang menanjak dan berdebu tanpa ampun. Hanya Track tanjakan berbatu yang kami temui dari pos 1 hingga pasar Bubrah, tak banyak bonus jalan mendatar. Debu yang semakin pekat bertaburan saat terinjak kak-kaki ini semakin menyusahkan nafas dan pandangan. Rame sekali pendakian malam ini, silih berganti dan susul menyusul dengan team lain.

Dengan ditemani mp3 player merk kacangan dan speaker yang selalu menyanyikan lagu-lagu berbagai versi, aku berjalan menyusuri jalan berbatu ini. Beringan dengan beberapa teman...ada satu lagu yang aku nikmati malam ini, sebuah lagu lawas dari White Lion ”Till death do us a part” begitu romantisnya malam ini, saat tubuh ini bermandi peluh.. saat tubuh kedinginan, dan hati semakin sepi aku nikmati liriknya...

As we talk the golden mile
Down the pretty aisle
I know that you are mine
And theres nothing in this world

That I know that I wont do
To be near you everyday
Every hour every minute

Take my hand and let me lead the way
All thru your life
Ill be by your side
Till death do us part
Ill be your friend

My love will never end
Till death do us part

When I wake up everyday
With you lying in my arms
I wonder if Im dreaming
When I look into your eyes
I just cant believe its true
That my heart belongs to you
Baby you can have it all 

Therell be good times
And therell be bad
But I will stand beside you woman
All the way
And thru the years
As life goes on n on
When snow will fall on winter nights
Ill keep you warm inside

Yeah baby I will

***

Sampai akhirnya pukul 1 malam beberapa JPers mulai tiba dipos Pasar Bubrah, sebuah dataran berbatu dengan angin yang sangat kencang, menyusahkan kami untuk mendirikan tenda. Saat tenda sudah berdiri pun anging yang menerpa tak mau kompromi mengoyak malam gerhana ini dengan angkuhnya.

Malam ini aku mendapatkan tenda yang cukup nyaman, tidak berdesakan bersama Conay, Dimar, dan Khusnul. Hanya berempat dalam tenda yang selalu digetarkan oleh angin dari puncak merapi. Pembagian tenda malam ini sangat tidak merata, ada yang satu tenda ber 5, bahkan ber 9, padahal tenda kapasitas 4 orang. Hal ini dikarenakan dingin dan angin yang terus menerpa, kami jadi malas untuk keluar dari tenda apa lagi mendirikan tenda...dan akupun kebagian terakhir setelah berkeliling mencari tenda yang masih muat.

17 Agustus @3am
Dingin yang terus menggetarkan... nggak Cuma tenda, tapi tubuh ini tak henti-hentinya merinding disco.. (ikut ko
sakata Medina.. :D). Pukul 3 ini aku dibangunkan oleh dinginnya Pasar Bubrah. Juga karena keinginan untuk menikmati malam Gerhana Bulan ini. Keputusan yang tepat, meskipun dingin dan angin yang berhenbus sangan menyiksa, tapi rain coat yang aku pakai cukup nyaman untuk menemaniku menikmati ribuan bintang yang kesepian malam ini... karena ditinggal sejenak oleh sang bulan...

Kadang saat aku kesepian disanalah aku temui sebagian jiwa ini
Seperti bintang itu.. ia berbinar cerah saat sang bulan rehat sejenak.
 

Saat cakrawala mulai menunjukkan garis bumi diufuk timur, aku, wahyu dan bang Boim memutuskan untuk mendaki ke puncak bayangan, berharap dapat sunrise indah disana, dan benar setelah beberapa saat menunggu dengan harap-harap cemas... akhirnya datang juga sebuah bulatan telot mata sapi yang indah, kenikmatan alam yang selalu menjadi candu bagi setiap penikmat alam, sunrise.

@7am
Beberapa Jpers memulai persiapan untuk S
ummit ke Puncak Garuda, aku mengikuti dari belakang.. yah diujung belakang aku mengikuti jejak mereka. Jejak-jejak sahabat alam yang beberapa kali goyah bahkan runtuh saat menginjak bebatuan labil di jalan yang tidak pernah ada bentuknya ini. Apa yang mereka cari dipuncak sana? Apa yang aku kerjakan ini? Hanya mengikuti kehendak mereka? Ataukan aktualisasi didunia petualang biar aku di cap sebagai seorang ”pendaki”... Ah entahlah.. panggilan itu telah datang, akhirnya puncak itu telah memanggilku.

Gagah dan penuh Wibabawa, bagai pasukan perang sang Sultan Dikeraton Jogja sana, Puncak Garuda itu menyambut setiap jengkal langkah kami...  hingga akhirnya aku sampai dipuncak itu, tak ada perasaan yang lain yang aku rasakan saat tiba dipuncak ini, hanya kekaguman akan tangan-tangan tuhan yang menciptakan gunung dengan begitu kokohnya, hingga dijadikan pasak diantara pipihan lapisan bumi. Aku besyukur..Subhanallah.. walhamdulillah.. kucumbui lagi puncak dunia, diketinggai 2965 meter ini.

Rame disana, beberapa ratus pendaki berfoto dengan berbagai pose, mengabadikan moment yang sebenarnya sama saat kita berada dipuncak lain. Dengan garang mengibarkan sang saka di antara angin kencang danbau belerang yang menyengat dari puncak sebelah barat yang merekah berwarna kuning belerang, dan tentunya panas sekali.

Sekitar satu jam dipuncak dan kamipun menyusuri jalan menurun yang cukup menyiksa, apalagi dengan runtuhan batu-batuan kecil bahkan beberapa kali aku lihat ada teman yang terpeleset.

Upacara Kemerdekaan Negara Indonesia

Turun dari puncak, komandan Obie langsung menginstruksikan pasukannya untuk bersiap mengikuti upacara kemerdekaan Negara Indonesia, saat itu ternyata kami mendapatan bonus. Memang kami sudah merencanakan untuk menggelar upacara kemerdekaan dipuncak, namun ternyata kami diajak oleh team EXPEDITION dari Metro TV. Yang saat itu sedang mengadakan liputan dengan seorang senior pendaki dari Wanadri.

Upacara berjalan cukup sederhana dan khidmat..

Pukul 12 siang ini, perjalan turun kami mulai, dari track yang kami lewati semalam, tentunya jalanan curam menurunlah yang akan dilalui. Ditambah lagi dengan debu musim kemarau yang menyiksa... ah!! Aku tak bisa berlarian disana...  

Base Camp Selo, sampai lagi disini setelah semalam sehari mencari jati diri di Pucak Garuda, dan tak pernah aku mengerti. Tapi aku merasakan, menikmati sebuah kepuasaan saat impian untuk menapakkan kaki disalah satu gunung teraktif didunia ini.

Jogja @8pm
Jalanan kota ini sudah mulai gelap, tapi malah semakin padat dan semakin rame, itulah susana kota jogja. Kota pariwisata yang masih kental dengan tradisi jawanya, tidak jauh dari kota kelahira
nku dibaratnya sana. Malam ini rombongan Jpers akan bermalam disebuah tempat yang cukup nyaman di Wiswa mahasiawa Riau, karena kebetulan salah satu penghuninya adalah Jpers, mas Eko. Seseorang yang pernah aku temui di JPCamp, akhir juni kemarin. Disinilah persahabatan begitu terasa, saat kami yang berjumlah 40an ini menemukan sebuah tempat untuk sekedar beristirahat dari seorang sahabat, meskipun kami hanya bertemu sekali, dan itupun hanya beberapa dari kami... terima kasih sahabat. Terima kasih mas Eko.

Capek... ngantuk, tapi malam ini lagi-lagi aku tak mampu menolak ajakan sahabat untuk menikmati malam di jogja. Aku, kang tovic dan Wiwid berjalan menuju ke sekitar  monumen serangan umum 11 maret, didepan istana negara jogja diujung selatan Malioboro. Sebuah tempat yang dulu penuh dengan PKL, sekarang sedikit lebih tertata. Dan beberapa kursi yang memang disediakan untuk duduk-duduk menikmati suasana jogja. Disana kami bertemu dengan rombongan om Hendry Agustin yang mengajak untuk keliling menuju Alun2 selatan. Tak rugi jauh-jauh kami naik becak. Disini kami bermain sebuah permainan unik. Dengan mata tertutup kami mencoba berjalan diantara dua pohon beringin yang ada ditengah-tengah alun-alun  selatan. Aneh! Setiap hampir melewati pasti langsung dibelokkan arahnya, entah kemana..huh!! dan aku mencoba yang ketiga kalinya hingga bisa berhasil melewatinya.. Aneh!!

18 Agustus @12am
Cukup puas dengan permainan aneh itu. Dan kami kembali ke wisma sekitar pukul 12 malam, disini pun ternyata masih rame. Sekitar jam 2 dini hari, akupun memilih untuk istirahat...

Pagi ini kami semua packing mengemasi barang bawaan kami masing-masing, sebelum berpisah kami sempatkan untuk menikmati jalan kaki disepanjang Malioboro. Beberapa Jpers terlihat sibuk tawar menawar pernak-pernik maupun pakaian yang memang harganya cukup murah. Pukul 1 siang sebuah sms dari komandan Obie masuk, menginformasikan kepada seluruh peserta untuk berkumpul di Alun-alun utara... mengenyangkan diri di Angkringan yang cukup murah... istirahat sambil ber hahahihi...dan saat itu akhirnya datang, Saat kami harus berpisah untunk pulang ke kota masing-masing.

Selamat jalan kawan, jarak dan waktu ini semakin bergerak memisahkan
Tapi cintaku akan terus bertambah diantara jarak itu
Mengisi ruang-ruang kosong dengan kerinduan
Untuk menggapai puncak-puncak dunia bersamamu lagi

 

THANKS to:
.: Allah SWT, selalu dan pasti
.: All Team Pendakian MERAHkan Merapi PUTIHkan hati
.: All Jpers di milis Jejak Petualang Community
.: Selamat untuk momod baru Komendan Obie dan om Jess. Bimbing kami.

 

Wassalamulaiakum warahmatullahi wabarakatuh,

-kohan-
22-08-2008

[JPers] merahkan MERAPI putihkan HATI




Pendakian Merah Putih bersama JPers, 16-17 Agustus 2008

Selasa, 12 Agustus 2008

HIMBAUAN UNTUK MUSIM PENDAKIAN AGUSTUS 2008


Disalin dari milis jejak petualang, ditulis oleh : om Amsi - pendakilemot

Tidak terasa waktu terus berjalan. Akhirnya bulan Agustus 2008 sudah kita lewati beberapa hari. Bulan ini adalah bulan yang spesial untuk bangsa Indonesia karena hari kemerdekaan kita jatuh pada bulan ini. Bulan ini juga spesial buat pendaki karena banyak yang memilih mendaki pada bulan Agustus ini.

Meskipun tidak semua pendaki mendaki pada bulan Agustus ini, apabila dilakukan survey, mungkin saja hasilnya menunjukkan peningkatan jumlah yang signifikan pada bulan ini, terutama pada saat perayaan hari kemerdekaan yang jatuh setiap tanggal tujuh belas. Tak heran, di beberapa gunung pada tanggal tersebut jumlah pendaki membludak tak ubahnya sebuah pasar. Beberapa gunung yang banyak dikunjungi pada musim pendakian 17 Agustus diantaranya adalah Gunung Lawu, Gunung Ceremai, Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, dan Gunung Rinjani. Gunung-gunung lainnya sepertinya juga tidak kalah ramai pada tanggal tersebut.

Banyak pendaki yang memilih mendaki pada musim pendakian Agustus, baik pendaki yang sudah memiliki jam terbang tinggi ataupun pendaki musiman. Alasannya mungkin pada bulan ini cuaca lebih bersahabat karena kemungkinan turun hujan dan badai sangat kecil. Alasan lainnya adanya tanggal merah yang jatuh setiap tanggal 17, ingin suasana yang ramai dan meriah di gunung (meskipun banyak pendaki yang tidak menyukai suasana seperti), dan keinginan merayakan upacara kemerdekaan di puncak gunung, serta tujuan lainnya.

Berbicara mengenai perayaan upacara kemerdekaan di puncak gunung merupakan sebuah bahasan klasik. Sepuluh dua puluh tahun yang lalu agenda ini menjadi agenda rutin kelompok-kelompok yang menyebut diri sebagai pencinta alam. Mulai dari pencinta alam OSIS, karang taruna, klub-klub kecil yang tersebar dimana-mamna, mapala-mapala kampus, sampai organisasi besar berbondong-bondong membuat event pendakian massal plus upacara kemerdekaan dengan menyedot banyak massa. Hegemoni bercampur dengan semangat patriotisme dan nasionalisme melebur menjadi satu, mampu menjadi magnet untuk mengumpulkan beratus-ratus bahkan beribu-ribu orang di puncak kerucut sebuah gunung yang hanya menyisakan sedikit hamparan kecil untuk menampung aspirasi mereka, meskipun sebagian yang berkumpul tersebut mungkin saja adalah pendaki musiman.

Banyaknya jumlah pendaki yang (mungkin) mendaki pada musim pendakian 17 Agustus ini sedikit banyak membawa dampak negatif terhadap gunung. Tulisan ini bukan bermaksud membahas dampak tersebut, melainkan mengajak dan sedikit menghimbau kepada pendaki yang berencana mendaki pada musim pendakian 17 Agustus ini sehingga dapat meminimalkan dampak buruk yang mungkin terjadi. Himbauan ini sebenarnya lebih tepat ditujukan kepada pendaki musiman, dan sama sekali tidak tepat apabila penulis sampaikan ke member forum ini yang notabenenya adalah pendaki yang berpengalaman. Apabila dirasa perlu, tulisan ini dapat di teruskan kepada yang membutuhkan.

Penulis adalah pendaki yunior yang minim pengalaman dalam dunia pendakian dan sangat sadar belum pantas untuk memberikan himbauan ini. Penulis sama sekali tidak bermaksud untuk menggurui apalagi menjadi sok pintar, jadi penulis mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang merasa tidak berkenan dengan tulisan ini.

Beberapa poin yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

  1. Buatlah rencana perjalanan yang baik sesuai dengan kondisi gunung yang akan didaki. Diskusikan rencana tersebut dengan semua anggota tim. Jangan sampai ada anggota tim yang tidak mengetahui detail rencana perjalanan.
  2. Pilihlah peralatan yang sesuai dengan medan gunung yang akan di daki. Diskusikan dengan tim anda mengenai peralatan apa saja yang harus dibawa dan yang tidak perlu dibawa.
  3. Pilih dan bawa logistik sesuai dengan kebutuhan. Untuk musim kemarau seperti sekarang ini, membawa buah-buahan akan sangat bermanfaat untuk mencegah bibir pecah-pecah.
  4. Perlengkapan tambahan yang perlu dipertimbangkan adalah masker (menahan debu), sunblock, manset, topi, dan kacamata hitam (yang sensitive terhadap sinar matahari).
  5. Jangan meninggalkan sampah, bawalah sampah anda kembali. Usahakan juga jangan membakar sampah untuk menghindari kebakaran hutan. Sampah yang dibakar juga tidak sepenuhnya terurai, malah hasil pembakaran sampah anorganik cenderung berbahaya untuk kesehatan karena bersihat racun dan karsinogenik (memicu terjadinya kanker).
  6. Bawalah air dari bawah, jangan sekali-kali mengambil air yang ada di pipa-pipa penduduk atau merusaknya. Di beberapa gunung, air yang disalurkan pada pipa-pipa tersebut adalah nadi kehidupan warga di lereng gunung untuk mencukupi kebutuhan minum, memasak, ternak, dan ladang. Mengambilnya sama saja dengan kita merampas milik mereka. Pada musim kemarau seperti sekarang ini, tidak hanya kekeringan yang melanda lereng-lereng gunung di jawa tetapi debit air tanah juga kecil sehingga banyak warga di lereng gunung yang kesulitan air. Lebih baik kebutuhan air untuk pendakian disiapkan dari bawah. Membeli kepada warga di lereng gunung yang menjajakan air kemasan akan lebih baik karena bisa memberikan pemasukan buat mereka.
  7. Usahakan tidak membuat api unggun kecuali untuk tujuan yang memang benar-benar diperlukan. Apabila terpaksa harus membuat api unggun, sebelum meninggalkannya, pastikan bahwa api unggun tersebut telah benar-benar padam. Jangan meninggalkan api unggun dalam keadaaan masih ada bara, apalagi masih menyala karena bisa menyebabkan dan memicu kebakaran hutan. Bekas dari api unggun (abu dan arang) juga menciptakan kesan bahwa gunung menjadi kotor sehingga tidak enak di pandang. Di samping itu bekasnya yang berupa arang bisa saja dimanfaatkan orang untuk mencorat-coret batu atau papan penunjuk jalur (vandalisme). Asap dari api unggun pun sering kali menganggu pendaki lainnya, sering memenuhi area camping ground lalu asapnya terperangkap di dalam tenda sehingga bisa menganggu pernafasan. Terlalu lama menghirup asap pada saat kita kelelahan dan kandungan oksigen yang makin tipis tentu tidak baik untuk kesehatan.
  8. Jangan membuang sisa makanan atau minuman (sampah organik) ke perairan dan atau mata air (kalau ada) karena akan mencemari mata air tersebut. Pembuangan bahan organik ke perairan akan menurunkan kandungan oksigen terlarut karena dipakai untuk dekomposisi aerob. Pembuangan sampah organik ke perairan juga akan memicu pertumbuhan organisme perairan sehingga air tercemar secara biologis dan tidak bisa dikonsumsi langsung. Pada keadaan yang alamiah, air di alam mempunyai kapasitan untuk self recovery. Pada keadaan di mana ada masukan sampah-sampah organik, kemampuan ini akan hilang.
  9. Bagi yang merokok, puntung rokok sebaiknya di masukkan dalam saku-saku celana atau tas dan jangan dibuang sembarangan karena sangat beresiko kebakaran hutan. Di samping itu, sampah dari filter rokok juga akan sulit terurai.
  10. Selama perjalanan, usahakan tidak perpecah dengan anggota tim (kecuali tim advanced untuk tim besar). Pada lokasi yang sangat berdebu, jaga jarak dengan pendaki lain untuk meminimalkan debu.
  11. Gunakan jalur yang telah ada. Jangan menambah areal terbuka di hutan/gunung dengan membuka jalur yang baru.
  12. Usahakan kalau lelah beristirahatlah agak menepi dari jalur pendakian agar tidak terjadi antrian pendaki yang naik atau turun.
  13. Saling toleransi dengan pendaki lainnya terutama pada saat memilih tempat buat berkemah atau saat melewati jalur sulit dan berdebu dan jangan lupa untuk saling tolong-menolong dan bekerjasama dengan mereka.
  14. Jangan lupa untuk saling mengingatkan dan menjaga rekan seperjalanan apabila melewati tempat yang berbahaya dan beresiko terjatuh seperti pinggir jurang, kawah, dan puncak. Pendaki yang kuat dan berpengalaman mempunyai tanggung jawab lebih besar untuk mendampingi pendaki yang lemah, termasuk mengingatkan apabila melewati akar melintang atau bekas pohon tumbang.
  15. Apabila berencana merayakan upacara kemerdekaan di gunung, lakukanlah dengan sewajarnya, jangan membebani anggota tim dengan banyak ceremony yang melelahkan, dan tetap fokus pada keselamatan. Pilih tempat yang memang benar-benar aman untuk melakukan upacara. Waspadai berdesak-desakan di pinggir jurang atau kawah yang mengeluarkan asap berbahaya.
  16. Apabila membawa radio komunikasi, catat frekuensi yang digunakan oleh tim SAR basecamp barangkali akan bermanfaat kalau terjadi keadaan darutat. Selain itu, usahakan baterei HP tetap terisi untuk berkomunikasi. Di beberapa gunung yang terbuka, sinyal HP masih dapat diterima dengan baik.
  17. Pada suhu yang dingin biasanya baterai HP dan kamera cepat sekali drop dan tidak bisa digunakan meskipun masih baru. Oleh karena itu perhatikan cara penyimpanan yang benar dengan cara menjaganya tetap selalu hangat atau tidak langsung bersinggungan dengan suhu luar.
  18. Data terbaru mengenai gunung yang akan di daki bisa ditanyakan sewaktu melakukan registrasi atau dengan pendaki yang baru saja turun. Apabila ada perbedaan dengan data yang telah disiapkan sebelumnya segera informasikan kepada anggota tim dan diskusikan.
  19. Jangan abaikan pantangan yang berlaku pada gunung yang akan di daki, hormati budaya dan adat masyarakat sekitar lereng gunung, dan jangan sungkan-sungkan untuk beramah-tamah dengan mereka.
  20. Jangan lupa untuk terus melakukan koordinasi dan komunikasi terutama apabila dalam tim lebih banyak pendaki yang belum terbiasa mendaki.
  21. Analisis batas kemampuan kita, jangan terlalu memaksakan diri untuk mencapai puncak apabila fisik kita tidak memungkinkan.
  22. Jangan lupa untuk membawa obat-obatan yang sekiranya diperlukan.
  23. Jangan lupa berdoa sebelum memulai pendakian.

Mudah-mudahan bermanfaat, dan mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini.

Selamat mendaki

Salam
Pendaki Lemot

Minggu, 10 Agustus 2008

[BUSER Semeru] 2 siang 1 malam menyapa Semeru

500m Mahameru,

“Inilah puncak-ku…inilah dataran tertinggi yang aku pijak”

 

Aku hanya mampu menikmati puncakku disini, diantara debu dan pasir mahameru yang menjulang tinggi diatas dataran TNBTS, dikemiringan puncak pasir ini aku menikmati garis cakrawala yang biru memanjang…. “Uh!! Aku gagal kali ini, dikesempatan ke-2 ku…”

 

***

17 Juli 2008 @11pm

Perjalanan dari Surabaya menuju ke puncak Semeru ini aku awali.. hampir tengah malam ini kami bertiga menyusuri perjalan panjang dari Surabaya ke Malang dengan mengendari sepeda motor. Aku, Arif gentong dan Pramono. Hari ini aku ingin menyusul team BUSER Semeru yang sudah berangkat ke Ranu Pani hari rabu tanggal 15 kemarin.

Aku hanya bisa mengantarkan dan melepas team pertama di terminal Bungurasih kemarin. Jendral Mbenk, herO, Wahyu, Nurul, Susan, Yuni, Sinyo, dan Ka Rina yang jauh-jauh dari Malaysia. Sedangkan dari info dimilis dan sms yang aku terima team dari Jakarta sudah sampai di Malang, Begitu juga rombongan Ayu yang baru pulang dari Lomba Susur pantai di Bali, mereka sudah bergabung dan sedang dalam pejalanan ke Tumpang.

Malam ini, udara dingin sepanjang jalan ini benar-benar membekukan. Sekitar pukul 1 dini hari, sampailah kami bertiga di Malang. Malam ini kami stay dirumah saudaranya Pramono didaerah Blimbing.

 

18 Juli 2008 @5am

Istirahat yang hanya beberapa jam, sudah harus dibangunkan karena perjalanan menuju Ranu Pani harus kami awali sepagi mungkin, setidaknya agar bisa mengejar team BUSER yang pagi ini mereka melanjutkan perjalan dari Ranu Kumbolo ke Kali Mati…

Sarapan Nasi dan Mie goreng + telor ceplok cukup mengenyangkan pagi ini. Sebagai bekal tenaga untuk perjalanan nanti. Pukul 6, setelah pamitan, kami bertiga melanjutkan perjalanan dan beroff-road ria di jalanan menanjak sepanjang Tumpang Ranu Pani. Beberapa kali Pramono harus turun dari boncengan karena Supra X125 ku tidak mampu melewati tanjakan yang cukup terjal…

Diselingi pemandangan yang menakjubkan, lokasi yang selalu aku rindui untuk aku kunjungi lagi dan lagi… hamparan bukit teletubies di punggung belakang gunung Bromo, selalu menyimpan keinginanku untuk selalu menyapanya…

Pernah bermipi… andaikan suatu saat, pingin rasanya foto pre-wed disini.. hihi… halah!!

2 jam dari kota Malang, pukul 8 pagi sampailah dua motor bebek Supra ini didepan rumah pak Thomas. Bersalaman, menyapa, sedikit basa-basi dan menitipkan motor ini disana.

 

Ranu Pani@ 9.15am

Kali ini aku hanya membawa Daypacks kecil, doorprise yang aku dapatkan saat JP Camp di Bogor akhir bulan juni kemarin. Kecil memang, tapi ternyata cukup untuk membawa seluruh barang bawaan ku yang ternyata tidak sedikit, SB EIger, jacket, rain coat, satu stell pakainan + kaos buser, 2 senter kecil, nesting, 4 mie kuah, 3 roti sisir, 2 cracker dan sebungkus nasi campur untuk makan siang nanti…. Standard survival. Kami bertiga tidak membawa tenda, karena kami mengandalkan team BUSER yang sudah berangkat kemarin.

Perjalan dari Ranu Pani ke Ranu Kumbolo dengan sedikit berlari. Setelah memutari beberapa bukit dan melewati jalanan yang sudah di paving blok dari start sampai POS I (pos sampah). Sampailah kami di Ranu Kumbolo, hanya 3,5 jam yang kami butuhkan, sehingga pukul setengah 1 siang sudah menikmati indahnya danau Ranu Kumbolo yang sedikit berkabut.

 

Ranu Kumbolo 12.30pm

Istiharat siang dibawah pohon ditepi Ranu Kumbolo, kaki yang cukup pegel karena masih beradaptasi dengan sepatu baru V-Lite yang baru aku beli nitip dari Uchit kemarin. Lumayan murah cuma 200ribu. Padahal dipasaran masih 350ribu. Enggak tahu beli dimana…

Makan siang tanpa kuah, dipanas awal kemarau… tidak banyak yang aku makan, entah karena selera yang turun atau karena tubuh yang sudah kecapaian oleh perjalanan sejak semalam.

Awalnya Arif gentong hanya mau stay dan camp di Ranu Kumbolo ini sambil menunggu team BUSER turun. Tapi aku memaksanya untuk tetap melanjutkan perjalanan, setidaknya aku cuma pingin nge-camp bareng team. Untuk Puncak Mahameru aku tidak begitu minat. Selain waktu yang aku miliki tidak banyak juga merasa tubuh ini tidak sanggup untuk digeber menggapai Mahameru dalam sehari. Dan juga aku pernah mencumbui pasirnya tahun 2006 kemarin.

 

Pukul 2 siang, setelah istirahat, dan makan siang yang tidak banyak akhirnya kami bertiga memutuskan untuk melanjutkan ke Kali Mati. Dari Ranu Kumbolo ini… Tanjakan Cinta yang menanti dengan angkuhnya… aku hanya bisa melihat kedua rekan sependakianku Arif gentong dan Pramono melewati tanjakan ini dengan sukses. Sedangkan aku entah berapa puluh kali berhenti ngos-ngosan… huh!!!

Turun ke Oro-oro Ombo yang berdebu, dan memasuki hutan Cemoro Kandang yang juga semakin kering. Mungkin dengan sedikit api, atau putung rokok dari pendaki yang tidak bertanggung jawab cukup menghabiskan bukit ini. Semoga tidak pernah terjadi…

Disekitar jambangan sebelum kutemui savana pertama. Tubuh serasa mulai Drop. Entah kerena masuk angin gara-gara naik motor semalam, atau karena perutku menolak menu makan siang tadi… mungkin juga karena fisik yang aku paksa untuk menggapai Kali Mati dalam waktu sehari ini. Huh!! Sahabat terbaikku disetiap pendakian, mereka membantu membawa daypack yang tidak begitu berat hingga Kali Mati cukup meringankan aku. Thanks!

Hingga sampailah disavana itu… disana aku temui satu kehidupan, sebuah peradaban Indah yang dibangun oleh alam.

Dari sini karena jalanan yang terus menurun kami lalui dengan berlari kecil sampai di pos Kali Mati yang sudah berdiri beberapa tenda dari Team BUSER. Sahabat-sahabat alam yang selama ini kami hanya bertemu di duni maya, kini kita bertemu kembali, dibawah puncak mahameru yang megah…

 

Kali Mati @ 5pm

Satu persatu aku sapa team BUSER semeru. Ada beberapa yang sudah pernah bertemu seperti alumni team Argo JPers Surbaya, JPers di JP Camp, dan juga ada beberapa wajah-wajah baru yang memang belum pernah ketemu.

Malam mulai menjelang. Kali Mati begitu dingin, ditambah dengan angin kencang yang berhembus dari sela-sela bukit… pyuh…. Sebungkus mie kuah telah aku habiskan, dan sedikit nasi sop dan dendeng yang aku dapatkan dari rombongan Ayu cukup mengenyangkan perut ini. Di sekitar tenda La Fuma kuning Arif gentong terus memainkan nesting dan kompor, entah masak apa. Aku hanya ingin istirahat setelah siang yang melelahkan tadi…

 

11pm. Telat satu jam dari yang dijadwalkan team BUSER. Satu persatu pendaki yang rencana Summit pagi ini mulai mempersiapkan diri. Aku yang sejak kemarin hanya mentargetkan Kali Mati ini ikut bangun menikmati jahe hangat.

“nggak muncak Han?” Tanya Susan

“nggak ah, cape, lagian yo wes tau” ….

“Tanggung Han sudah sampai sini..” dengan nada menantang

Entah kemauan dari mana, akhirnya aku pun mengambil jacket dan daypack ku, ikut berbaris dan berdoa diantara 25 pendaki yang akan summit. Satu-persatu dari kami berjalan didalam gelap yang dingin berdebu. Track menanjak terus sampai di Arcopodo, Kelik…

“Cuma begini Han, Puncaknya? ” Tanya Andri yang baru pertama kesemeru

“tuh, naik dikit track pasirnya”…

Track dari kelik sampe puncak ini adalah yang paling berat dari semua Track di semeru.. menanjak dengan kemiringan sekitar 45 derajat… juga medan pasir yang sangat berat dan menyulitkan. Apalagi bagi yang pertama mendaki semeru. Akan menajadi satu kenangan tersendiri saat melewati puncak pasir ini. Saat mendengar Andri dan Ayu sampai sujud syukur dipuncak ini. Aku merinding… walaupun puncak ini pernah aku jamah.

 

Merangkak, mendaki..beberapa kali harus dilalui pendaki lain… Ayu.. cepot… Susan… Nurul… mereka telah mendahuluiku. Fisik yang sudah habis dari kemarin serasa tak mampu dipaksakan lagi…

Istirahat cukup lama di Cemoro Tunggal, ternyata tak mampu mengembalikan semangat dan fisik ini. Aku mencoba melangkah lagi, meskipun sudah tidak ada lagi pendaki dibawahku…yang aku lihat hanya lampu kelip-kelip merah dari daypacks Om Gonjess..yang terlihat dekat, tapi tak mampu aku raih.. Ah!!

Kucoba terus merangkak.. dan terus menyemangati diri untuk melewati track pasir yang menyiksa ini. Sampai akhirnya saat aku harus memutuskan untuk tidak mendaki lagi, tepat disebuah papan bertuliskan “500 M MAHAMERU”.. aku rebahkan raga ini dan menikmati sunrise yang mulai muncul menggariskan cakrawala biru diatas dataran TNBTS.

 

“Inilah puncak-ku…inilah dataran tertinggi yang aku pijak”

 

“Aku hanya mampu menikmati puncakku disini, diantara debu dan pasir mahameru yang menjulang tinggi diatas dataran TNBTS, dikemiringan puncak pasir ini aku menikmati garis cakrawala yang biru memanjang….Uh!! Aku gagal kali ini, dikesempatan ke-2 ku…”

 

Sebuah keputusan antara ego dan rasional saat aku harus memutuskan untuk behenti disini, sebelum aku memaksa. Entah apa yang aku dapatkan jika aku harus memaksa menggapai puncak dengan kondisi fisik yang sudah lemah, apalagi rencana hari ini setelah turun nanti adalah langsung track balik ke Ranu Pani tanpa camp.

 

@8am, dikemiringan Mahameru

Satu persatu team BUSER menuruni track pasir yang cukup berbahaya ini apalagi jika mereka salah memilih jalur dan terlena saat meluncur diatas pasir. Bisa-bisa jatuh sampe ke jurang. Hal ini lah yang biasa terjadi jika seorang pendaki hilang di Semeru. Mereka memilih jalur yang salah, karena memang terlihat sama semua. Kita masih diuntungkan dengan adanya satu pohon cemara, Cemoro Tunggal, inilah yang harus dijadikan acuan saat harus menuruni.

Aku menunggu satu persatu turun..mencoba mengarahkan mereka kejalur pendakian yang benar. Dan akhirnya aku ikut turun di Cemoro Kandang, sampai semua team BUSER turun.

 

19 Juli 2008 @ 10am

Setelah bercinta dengan pasir yang dingin dikemiringan Mahameru. Dan turun sendiri menuruni tanjakan terjal dari Arcopodo sampailah aku di pos Kali Mati, tak berpikir Panjang langsung rebah dan tertidur dibawa pohon. Pukul 1 siang. Packing lagi, karena akan melanjutkan perjalanan pulang sampai ke Ranu Pani.

 

Kali Mati- Ranu Kumbolo – Ranu Pani

1am - 7am

Lagi-lagi harus berlarian kecil menuruni bikit Cemoro Kandang, Aku, Arif gentong, Pramono, Ayu, Susan, Nurul dan Tovic beriringan dan kadang-kadang harus berhenti untuk bernarsis ria mengabadikan kisaran waktu… “Naik gunung itu mesti capek, rugi kalo nggak narsis “

Di Ranu Kumbolo, istirahat sejenak menikmati air danau yang semakin bertambah memakan area camp disana. Hingga pohon2 tumbang yang menambah menarik view danau ini tidak kelihatan.

Setelah dirasa cukup, dan berpamitan dengan team yang ingin camp lagi di Ranu Kumbolo, Om Gonjess, Nurul, Cepot, Lyne, dan mas Tobing. Kami melanjutkan perjalan ke Ranu Pani… berjalan semakin cepat berkejaran dengan malam yang semakin gelap tak terkejar… sampai-sampai dari pos 2 ke pos perijinan Ranu Pani tanpa berhenti. Pyuh!!!

Pukul 7 malam, kami kembali keperadaban. Sebuah perjalanan paling gila yang aku lewati 2 hari ini. Menyentuh mahameru hanya dalam 2 siang 1 malam. Demi menyusul team BUSER... dan hampir sempurna.

 

20 Juli 2008.

Semalam kami tidur bersama di rumah bu Nunuk, berdesakan tapi hangat. Dan pagi ini kami harus kembali pulang. Ke Surabaya dengan melewati bukit teletubies dan lautan pasir Bormo yang ternyata tidak bisa dilalui motor, karena pasirnya terlalu lunak. Apalagi panas matahari tanpa pengahalang yang terus mengawasi… ah.. seandainya ikut naik jeep dengan team yang lain. Yang berpisah diatas bantengan dengan view Bromo yang asing tapi jauh lebih Indah dari pada lautan pasir ini.

Akhirnya motorku bisa melewati lautan pasir, meskipun harus mendorong dan beroffroad. Dan kembali pulang ke Surabaya dengan selamat dalam satu Trip paling gila yang aku jalani.

 

Thanks to;

.: Allah SWT, untuk hamparan TNBTS yang selalu Indah

.: team BUSER [ Mbenk - Rina H - Sinyo - Hero - Nurul - Susan - Ike – Tobing - Gonjess - Buluk - Dimas - Arief YKT - Andri - Arifin - Tovic - Uchit - Ayu - Dina - Mui – Sigit - Faries -  Yuni - Wahyu – Cepot ]

.: Arif Gentong dan Pramono, yang setia menemani perjalananku

.: Milis Jejak petualang

 

 

Kohan

-berada dipuncak gunung adalah satu hal menakjubkan yang aku jalani, karena aku bukan pendaki..

 

Selasa, 05 Agustus 2008

Kebun Raya Purwodadi




Hanya tersisa kami berempat di perjalan panjang yang kami lewati kemarin bersama beberapa JPers jatim, Aku, Hero, Arif gentong dan Omen... Didalam stasiun Pasar Turi yang sudah mulai menutup pintu masuknya. Sesaat lalu kami melepas sahabat jiwa.. sahabat hati, Tante Nhanha. Yang sejak rabu kemarin bermain disekitar gunung Arjuno Welirang.

dua buah lagu request kami pada penyanyi stasiun dengan organ tunggalnya mengiringi perpisahan ini

"Berpisah denganmu
T'lah membuat ku smakin mengerti
Betapa indah saat bersama
Yang masih selalu ku kenang

Selamat jalan kekasih
Kau lah cinta dalam hidupku
Aku kehilanganmu
Untuk sementara....."

dan lagu puspa - ST `12

"kau gadisku yang cantik
coba lihat aku disini
disini ada aku yang cinta padamu

kau gadisku yang manis
coba lihat aku disini
disini ada aku yang sayang padamu

walau kutahu bahwa dirimu
sudah ada yang punya
namun kan kutunggu sampai kau mau"

#######################################

Camp bersama JPERS jatim dan Tante Nhanha (2-3 Agustus)
2 Agustus...
sudah pukul 6 sore ini, susana di Kebun Raya Purwodadi masih sepi, padahal kami sudah berencana untuk camp bersama di kebun yang berada diutara kota Malang ini. Sudah sejak kemarin aku, Nere dan Om Silo mencari lokasi camp yang ada disekitar kota tretes. setelah Nere melakukan survei, akhirnya lokasi ini lah yang dijadikan tempat camp kami nanti malam.

Jauh terlambat dari waktu yang kami jadwalkan, tapi tidak mengurangi semangat temen-temen JPers untuk berkumpul bersama menyambut kedatangan tante Nha. Yang mulai rabu kemarin mengeksplor gunung Arjuno Welirang bersama team dari beberapa milis PA. dan baru turun siang tadi. Kenapa tante telambat datang di Kebun ini? karena tante dan Juppy yang diantar om Silo ternyata baru mengunjungi Lumpur Lapindo diporong. Setelah mengantar tante, Om silo malam ini tidak bisa bergabung bersama kami, karena masih ada keperluan keluarga di Malang

Malam ini, setelah mengitari Kebun Raya, kami mendirikan tenda dibawah sebuah banguanan beratap…semacam pendopo kecil diujung selatan. Ada 12 Jpers yang camp bersama malam ini, dan sebagian adalah beberapa wajah baru. Yang hanya berjumpa di chating room, ada Doi Fani yang sempet mengebohkan milis JPers, saat nguber-uber tante. Dan juga mas Dadang yang baru bergabung dengan milis. Malam itu aku, tante Nha, Nere, Hero, Arif dan omen, Devim dan adik didiknya Lukman, Wahyu, Nurul, serta Doi Fani dan mas Dadang, menghabiskan malam diantara cerita segar perkenalan, dan sharing pengalaman sampai jam 1 malam. "Inilah malam-malam yang kita rindukan, berbaur bersama sahabat alam dan rimbunnya hutan rimba..."
3 Agustus...
Ayam Bakar Pak Soleh yang cukup terkenal di kota Pandaan cukup memuaskan perut kami yang kelaparan sejak pagi. Dan perjalanan diteruskan ke kota Surabaya, sekalian pulang dan menangantar tante Nha ke stasiun Pasar Turi, Ternyata kereta Argo Anggrek tanpa tiket duduklah yang akhirnya dijadikan pilihan untuk membawa sahabat tercinta ke kota Jakarta.

Perpisahan lagi…. Malam ini suasana haha hihi kami, cukup terasa melankolis, saat penyanyi stasiun menyampaikan pesan yang kami minta "Selamat jalan tante Nhanha, semoga perjalanannya menyenangkan dan selamat sampe tujuan…" dilanjutkan dengan lagu Selamat Tinggal Kekasih dan Puspa-nya ST12. lama kami saling memandang, tante Nha yang sedang beradaptasi dengan tempat duduk kecilnya diujung gerbong nomer 6. dan sampe akhirnya kereta kelas Eksekutif itu meninggalkan kami berempat di Stasiun Pasar Turi Surabaya

Selamat jalan Tante Nha

Suatu saat kita akan berjumpa lagi, dengan beribu kisah tentang cinta dan alam. Yang setia kita cari dan ukir didasar jiwa dari riuhnya dunia yang semakin memanas ini….

Thanks for:
:: Tante Nha, maafkan kami yang hanya menjamu alakadarnya..
:: Om Silo, untuk pertemuan dan camp kemarin
:: Juppy, Selamat atas puncak AW-nya
:: Nere, yang hanya terdiam penuh wibawa malam itu, we proud of you
:: Devim n Lukman, yang jauh-jauh dari Probolinggo
:: Doi Fani, akhirnya bergabung dengan kami, dan bisa bertemu sang idola
:: mas Dadang, Selamat Datang dimilis ini, baru sekali ada sambutan member baru langsung camp bersama Ratu Milis....
:: Hero, Arif, Omen, Wahyu, terima kasih untuk yang terbaik selama ini...
:: Nurul, hampir lupa.. :).. seperti biasa, mohon maaf lahir batin ;)


Salam
-Kohan-