Minggu, 16 November 2008

Premier film PENCARIAN TERAKHIR




Supries kemarin dapet Undangan dari Om Silo, Akhirnya bisa menjadi salah satu orang yang pertama nonton film Pencarian Terakhir... yg serentak akan tayang tanggal 20 November besok,

Sebelum dan setelah acara dimulai, sempet befoto2 dengan pemeran utamanya, dan 2 buah PIN JPers, aku berikan sebagai kenangan untuk Lukman Sardi dan Richa Novisha yang cantik.. ;)

Bagi yang merasa Pecinta Alam, sialahkan untuk menonton film ini, komentarnya nanti ya setelah nonton, pantes nggak film ini disebut sebagai film untuk anak2 Pecinta Alam... OK...

thanks untuk
:: Om Silo atas undangan dan Moderator JPers Jatim nya.
:: Nere, Kang Tovic, untuk Malang penginapan dan jalan2 nya.
:: Hero n Dadang, JPers jatim hanya kita bertiga yang rame..hahaha....

[Touring] Memutari lembah Arjuno Welirang




Sehabis nonton Premier Film Pencarian Teakhir.. dilanjutkan dengan Touring yang cukup panjang, dan singgah ke beberapa objek wisata alam disekitar gunung Arjuno Welirang, mulai dari :
-Cangar
-Sumber Brantas (Arboretum)
-Payung
-Pacet
-Kakek Bodo
-Candi Jawi....

ceritanya next ya... :), masih capek baru nyampe

Rabu, 12 November 2008

Pencarian Terakhir [Trailer]




Siang tadi dapet udangan surprise dari Om Silo, Moderator milis Jejak Petualang untuk area Jatim.
Undangan untuk nonton perdana film PENCARIAN TERAKHIR, surprise-nya lagi acara itu juga dihadiri oleh bintang utamanya, Lukman Sardi, yang berperan sebagai ikal di film Laskar Pelangi. Aku, herO, dadang, Nere dan om Tovic yang mendapatkan Freepas dari om Silo... thanks om...
Siap meluncur ke Malang sabtu besok.


*****
SINOPSIS
(diambil dari http://www.pencarianterakhir.com/)

Jakarta 2008
Suatu sore Sita mendapat telefon penting tentang keadaan adiknya, Gancar, dari pos Jagawana gunung Sarangan. Jawagawana memberi kabar bahwa sudah dua hari ini Gancar dan grup pendakinya tidak jelas dimana posisinya. Mereka belum lapor ke pos satu, dikuatirkan mereka hilang di tengah jalur pendakian.

Kejadian ini membuat Sita menjadi shock, saat itu juga Sita bersama Oji memutuskan untuk berangkat menyusul dan mencari Gancar.

Sementara diam-diam Bagus mendatangi Tito, sahabat lama mereka yang sudah lama tidak pernah datang. Tito sengaja mengasingkan diri karena kejadian traumatik. Dahulu Norman dan Tito pernah mengalami kejadian sama, yang sekarang juga di alami oleh Gancar dkk. Tito dan Norman pernah hilang di gunung Sarangan, gunung yang sama dengan lokasi dimana Gancar dkk sekarang hilang. Sejak saat itu Tito merasa bersalah, ia memutuskan untuk menjauh dari kegiatan pecinta alam. Tito memilih untuk pindah keluar kota dan bekerja sebagai karyawan kecil, penjaga kios handphone.

Bagus memaksa Tito untuk ikut naik gunung dan membantu pencarian Gancar dkk. Walau sempat menolak, hati kecil Tito pun akhirnya tersentuh. Tito selalu berpikir bahwa persahabatn bagi dirinya adalah segalalanya. Sahabat yang baik adalah sahabat yang akan selalu ada jika kita sedang dalam kesulitan.

Gunung Sarangan adalah gunung yang terkenal dengan “daerah angkernya”. Banyak pendaki hilang di gunung tersebut, ada daerah yang tidak bisa di lihat dengan kasat mata. Jika kita masuk ke dalam daerah tersebut, maka kita akan susah keluar dan orang lain yang sedang mencari tidak bisa melihat keberadaan kita.

Gancar dkk tersasar karena mereka melanggar kode etik dan aturan main ketika kita sedang mendaki gunung. Mereka mabuk-mabukan, berbicara kotor dan berlaku tidak sopan. Walhasil, mereka mendapat hukuman, kelompok mereka terpisah dan masing-masing kelompok mengalami kejadian yang aneh.

Ternyata kejadian ini menjadi titik terang baru bagi Tito akan pengalaman buruknya dahulu, ketika hilang bersama Norman.

*****
-han-

Selasa, 04 November 2008

Kabut Argopuro



Aku upload lagi versi lain (
verst text) dari cergam Kabut Argopuro ini , yang pernah aku upload dalam format file .pdf dan format .jpg, semoga nggak bosen seperti kami team Argo yang selalu mengenang salah satu perjalanan menakjubkan yang pernah kami lewati. thanks,

versi foto  : kohan, obie, arif ykt.
versi video (obie): intro, ending.

-han-

*****


“ CINTAku tertinggal di Argo... RINDUku untuk sahabat ALAM, seminggu kita berbaur dalam dingin suasana GUNUNG... dalam kehangatan BUMI, dalam kemurnian UDARA.. AKU dan sahabat ALAM (JPers)...”



Pertemuan Pertama

-Jakarta-
Sabtu, 15 Maret 2008 @ 12;‐‐pm

Ada SMS dari komandan Obie, “Kita berangkat dari stasiun Pasar Senen ber‐enam, Ayu ketinggalan dia terlambat”, sedikit mikir muter‐muter ko bisa Ayu ketinggalan. kemudian ada kabar lagi Ayu berangkat naik kereta Kertajaya jam 4 sore tujuan stasiun Pasar Turi Surabaya, wah…bisa melenceng jauh nih dari jadwal keberangkatan ke Bremi kalo ternyata kereta Ayu terlambat.

Setelah Packing pribadi selesai, kebetulan ada telepon dari seorang teman Surabaya yang mau ikut ke Argo, Arief Gentong. Dia nanya soal logistik yang dibeli kemarin ada yang kurang apa nggak? Sejurus teringat rumahnya yang deket dengan Stasiun Pasar Turi, ya akhirnya la yang kutugasi untuk menjemput Ayu besok pagi di stasiun.


-Surabaya-
Minggu, 16 maret 2008 @ 03:45 am

Subuh‐subuh begini ada SMS lagi dari bang Obie, ”mana Han ko’ ga ada penyambutnya?, kita sudah sampe di Wonokormo nih”. Ternyata rombongan JPers dari Jakarta minus Ayu sudah sampe Surabaya. “Iya bang pasukan upacaranya kalo belum ada gpp, semalem aspalnya sudah dipel ko :D (kehujanan=dipel)” sedikit guyon membalas pesan singkat dari bang Obie. ”Aku kesitu jam setengah 6 nanti bang, tidur dulu masih gelap :D”.

Sebelum tertidur lagi aku sempetin buka milis dari HP jadul kesayanganku SE T‐610, ada postingan dari komandan Obie sebelum meninggalkan Stasiun Senen.

From Obie : obielw2000@yahoo.com
reply-tojejakpetualang@yahoogroups.com, tojejakpetualang@yahoogroups.com, date15 Mar 2008 12:58:45 +0700
subject[Jejak Petualang] ARGOPURO JOURNEY

Sabtu, 15 maret 2008
Akhirnya semua teman-teman dari jakarta siap diberangkatkan dari st.senen jakarta, ada Obie, Arief, finanta, syaiful, Uchit dan shanty. (Sementara ayu terpaksa harus naik kereta kertajaya jam 4 sore ini karna dia datang telat) Dan Juga beberapa teman saya yg mengiringi pendakian saya kali ini. (Sudah menjadi hal yang biasa di kelompok saya klo ada yang mau pergi mendaki pasti selalu di anter, tapi karna ini hr kerja jadi hanya beberapa teman saja yg bisa mengantarkan saya.
*setia kawan banget yah..!!* :-))

*thanks utk dimar, Tesy dan windu*
*kata Bang Andrey : Obiers* :-D hahahaha..
*mohon doa restunya, semoga selamat sampai di surabaya*



Email ini disertai foto mereka berenam, persis foto diatas. Akupun sempet posting melaporkan kalo pasukan dari Jakarta sudah sampe ke Surabaya.

From : koHAN phoenixbiru@gmail.com
tojejakpetualang@yahoogroups.com, dateSun, Mar 16, 2008 at 4:20 AM
subjectRe: [Jejak Petualang] ARGOPURO JOURNEY

Daily Report. Surabaya, 16 maret 08 Pasukan pertama dr jkt sudah memasuki wonokromo. Pimpinan komandan obie. Area sudah dikuasai. Rencana pkl 6 sudah menuju bungurasih.. Demikian reportnya. Agar tetap terpantau milist.

KoHAN


Sekitar pukul setengah enam aku menjemput JPers Jakarta di stasiun Wonokromo. Muncul pertama seorang dengan perawakan tinggi sambil memperkenalkan diri “Uchit” dan seterusnya mereka berenam memperkenalkan diri. Ada Obie sang komandan, Shanty yang cewek sendiri, Bang Syaiful, bang Arif, bang Finanta dengan Carier gedenya serta Andre yang tidak ada dalam daftar jemputan. Sambil senyam‐senyum aku salami mereka, mau inget nama males, nanti juga inget sendiri.


-Bungurasih-
@07:00 am

Sebagian team Argo sudah mulai berkumpul di Terminal Bungurasih, masih menunggu Ayu dan beberapa peserta lain yang masih dijalan.
Nereus dan bangTovicjugasudahdatangdari Malang subuh subuh tadi,

Wiwid dari Jogja yang semalam nginep dirumah saudaranya di Sidoarjo sambil membawa 4 bungkus Bakpia Patuk hasil garapan aku sama Nereus dan Hero saat chat, akhirnya bisa juga ngerasaain Bakpia Jogja. Juga beberapa JPers Surabaya yang selalu setia satu team pendakian denganku, ada Arief Gentong, Wahyu, Pramono, Ipunk, dan Ribut.

Sedikit ramah tamah saling memperkenalkan diri sambil menunggu yang belum datang. Saat itu aku sempet nelpon Jendral Mbenk untuk datang ke Bungurasih.

Sebagai penyambut dari tuan rumah Surabaya.



Start Point

@09.45 am

Setelah semua JPers yang dari Jakarta, Surabaya, Malang, Jogja kumpul,Pasukan Trip Argopuro dilepas oleh Punggawa Gunung Jatim, Jendral Mbenk. Setelah berfoto‐foto bersama Pasukan, Team Argopuro yang berjumlah 18 JPers diberangkatkan dari masjid terminal Bungurasih. Dengan menaiki bus antar kota menuju terminal Probolinggo. Biaya yang dikeluarkan untuk bus ini adalah Rp. 12000,‐ per penumpang.

Ketakjuban JPers dari Jakarta terlihat saat melihat gundukan tanah yang memanjang disepanjang jalan Porong. Tanggul lumpur panas Lapindo. Sebuah keadaan dramatis yang berlangsung hampir 2 tahun ini. Dibalik tanggul itu dulunya merupakan sebuah kampung, desa yang sama seperti desa biasa. Miris kalo melihat kini menjadi sebuah danau lumpur panas. Apalagi dana bantuan yang seharusnya mereka terima tak kunjung terpenuhi. Hidup serasa tinggal mimpi…

Angkuh ia membatasi setiap jengkal tanah Kokoh meruntuhkan satu peradaban yang kita bangun

Alam murka atas dosa‐dosa kita Yang lupa bahwa ia perlu dicintai juga



-Probolinggo-
@ 12.15 pm

Perjalanan selama 3 jam yang lumayan panjang dilalui dengan nyaman didalam bus ekonomi. Sampailah rombongan di terminal Probolinggo. Aku mencoba menghubungi Devim. Devim merupakan JPers dari kota Probolinggo yang sekiranya nanti jadi Guide kami di Argopuro bersama Hero, karena dia mengasuh PA di SMA‐nya dulu. Dan sering bolak‐balik ke Argopuro. Kesepakatan diambil kalo Devim akan menyusul ke Terminal lama.

Perjalanan ke Terminal lama dilanjutkan menggunakan angkutan kota warna kuning, dengan biaya Rp.2000,‐ per orang. Di Terminal lama inilah kendaraan bus berukuran sedang yang akan membawa kita sampai ke pos perijinan di Bremi stand by. Dari Terminal lama ke Bremi hanya 3 kali trayek dalam sehari yaitu jam 6 pagi, 1 siang dan 4 sore. Dengan naik bus AKAS ukuran sedang. Team JPers berencana akan ikut trayek terakhir, jam setengah 5 (sekarang jam 4). Sambil menunggu jam pemberangkatan terakhir, Shanty, Ayu, Obie dan Hero pergi belanja kepasar, dengan diantar mobil Panther‐nya Hero. Membeli perbekalan secukupnya untuk logistik selama pendakian nanti.

Saat bang Obie membeli logistik, sebagian team yang lain ada yang mencari makan siang dan sholat. Bang Finanta dan bang Ipul sempet beli nasi Padang, aku dan team dari Surabaya mencari masjid terdekat dari Terminal lama. Setelah sholat aku sempetin untuk posting lagi, mumpung masih dikota ada sinyal handphone pikirku.



From : koHAN phoenixbiru@gmail.com
tojejakpetualang@yahoogroups.com, dateSun, Mar 16, 2008 at 1:21 PM
subjectRe: [Jejak Petualang] ARGOPURO JOURNEY

Probolinggo. 16 maret 2008 Setelah dilepas oleh punggawa JPers. Om mbenk-mbenk. Punk java. Dari terminal bungurasih team menuju probolinggo. Untuk membeli perbekalan. Dan rencana akan menuju bremi. Pukul 4 sore. Total ada 18

JPers yg brgabung dgn trip argopuro ini. Situasi aman. Sedikit macet diporong.

koHAN


Dan ada posting balasan dari Punk java alias jendral Mbenk.


From : punkjava ebenks punkjava_junior@yahoo.com
reply-tojejakpetualang@yahoogroups.com, tojejakpetualang@yahoogroups.com, dateSun, Mar 16, 2008 at 3:50 PM
subjectRe: [Jejak Petualang] ARGOPURO JOURNEY

surabaya ... 16 maret 08 selamat mendaki buat para jepers e cummunity semoga pendakian berjalan sukses ...dan selamat dan kembali ke tempat masing masing dengan mendapat banyak kenangan dan pristiwa serta beribu cerita .... yang layak disebut pengisian kisah dalam perjalanan hidup kalian yang selama ini hanya ketemu di dunia cyber ..dgn hal begini sudah akan tahu karakter masing masing mana yang terlucu ..mana yang paling polos dan sederhana dan mana yang heboh ..mana yang egois dan mana mana lah ..... :)) ok .... jpers jaga kekompakan team sokses selalu all sebagai sahabat hanya memberikan sebuah motovasi dan suport bila mana tak bisa mengawal perjalanan kalian.

wasalam jendral mbenk ....


Juga sebuah postingan dari sahabat JPers yang lain (kayaknya ini Obiers deh)


From : dimararies dimararies@yahoo.com
reply-tojejakpetualang@yahoogroups.com, tojejakpetualang@yahoogroups.com, dateSun, Mar 16, 2008 at 6:31 PM
subject[Jejak Petualang] Re: ARGOPURO JOURNEY

buat team journey to argopuro, ya udah hati - hati aja jaga kesehatandan di monitor terus cuacanya soalnya keberangkatan di stasiun senenkemarin sudah di antar hujan yang cukup deras hingga membuat jalan-jalan di sekitar jakarta tergenang air

dan menyebabkan rekan kita ayuharus menyusul dengan kereta kertajaya jam 16.15(kaya berita aja).mudah - mudahan tetep semangat ya..!udah dulu dw mau ke jhcc neh...!anak - anak dah nunggu.posisi sekarang di mana ya bie kalian dan ayu...hp mati ya....!


Setelah selesai sholat dzuhur dan makan siang, aku dan beberapa JPers kembali ke Terminal lama, untuk bergantian menjaga barang bawaan kita. Istirahat dibawah pohon mangga beralaskan matras dan jas hujan, sampe tertidur lelap.

Terdengar sayup‐sayup riuh dibalik pohon, ternyata ada tamu baru JPers Probolinggo, Devim. Yang sudah sejak tadi menginformasikan kedatangannya melalui pesan singkat di HPku. Devim datang mengabarkan kalo dia tidak bisa ikut ke Bremi malam ini karena dia harus mengurus anak bimbingnya di PA yang akan melakukan pendakian ke Kawah Ijen. Dan akan menyusul ke Bremi besok pagi, naik bus yang pertama. Sebelum Devim pamitan aku menyempatkan untuk memberinya PIN dan kaos JPers versi limited edition, khusus untuk pendakian keArgopuro. Kaos ini di buat oleh Nereus atas hasil rembugan dari kita berempat, Aku, Obie, Hero dan Nereus. Bahkan rapat pembuatannya pun dilakuan tengah malam untuk menghindari hal‐hal yang tidak diinginkan. (mohon maaf kepada para Mo‐mod atas penggunaan logo JPers yang baru, dan mohon maaf kepada JPers yang saat tengah malam itu aku telpon hanya untuk menanyakan ukuran kaosnya ;D)

Kembali ke Terminal lama…

Bus AKAS yang mengantar rombongan JPers berangkat pukul setengah lima sore. Melewati pegunungan yang terus menanjak, entah lewat mana karena jalanan sudah mulai gelap. Hanya riuh suara terdengar dari suara seorang JPers yang selalu mengocok perut, Arief Gentong beraksi sebagai kernet gadungan mencoba menggoda anak‐anak SMA yang baru pulang sekolah. Rame riuh tawa sahabat‐sahabat yang baru saling kenal. Tapi ada satu yang aneh… dan memang aneh! Komandan Obie diem tanpa suara di belakang kursi pak sopir. Entah lagi belajar nyontek nyetir lewat gerakan pak sopir atau lagi menikmati I‐pod nya.

Perjalanan semakin malam, bus sudah penuh sesak oleh rombongan ibu‐ibu yang baru pulang mengaji. Tak ada satupun JPERS yang mau mempraktekan iklan gudang garam merah.

Semua lekat pada tempat duduknya masing-masing, termasuk aku. Heheheh…
“Dihitung sampe tiga kali ko jumlahnya 18”
“Mas ini rombongan jumlahnya berapa orang?” Tanya kernet bus.
”17 pak ” jawabku.

Sambil tak percaya kernet menghitung lagi jumlah rombongan kita. Aku pun akhirnya ikut membantu menghitung. Bahkan sampe dua kali.

“iya ko jadi 18, padahal tadi bayar bus yang pertaman 17”, e… ternyata sejak tadi kamilah yang salah hitung. Baik di bus kota, maupun di angkutan kota. Semua terhitung dan terbayar 17 orang. Padahal jumlahnya 18. Akhirnya kami harus membayar Rp. 180.000,‐ untuk membayar tarif bus itu. Perpenumpang dikenai Rp. 10.000,‐ Andaikan tidak bawa barang banyak katanya nggak sampai segitu.


Pesanggrahan semalam

-Bremi-
@ 07.30 pm

Memasuki daerah Bremi sudah gelap, ditemani cahaya bulan yang temaram. Remang‐remang seolah kurang berkenan membagi sinarnya untuk bumi. Team JPers turun di depan pesanggrahan. Entah mau nginep dimana? Hero menyarankan menginap di penginapan. Tapi Arief Gentong yang punya beberapa kenalan dan pengalaman saat nge‐SAR tahun 2006 kemarin mengajak rombongan untuk menginap disebuah rumah yang cukup besar. Dan memang rumah itu merupakan rujukan bagi sebagian pendaki. Rumah mbah No. sedikit masuk kedalam, tapi cukup luas untuk menampung team kami, yang berjumlah 18 orang.

Saat malam,aku bang Arif dan Wiwid sempat berbincang dengan Mbah No tentang Argopuro. Seluk beluk Argo, legenda Dewi Rengganis dan satu hal yang aku pertanyakan tentang pantangan di Gunung Argopuro. Mbah No menjawab tidak ada pantangan khusus, tapi beliau menyarankan sebelum untuk mendaki untuk bersuci atau berwudhu bagi yang muslim di Mushola dekat Pos Polisi

Minta doa restu agar tidak terjadi apa-apa dan kembali dengan selamat.

Awal pendakian

Senin, 17 Maret 2008 @ 07.00 am

Pagi sekitar jam 7 semua peserta sudah siap dengan tas Cariernya dipundak. Besar‐besar dan berat tentunya karena logistik masih penuh.

Aku memikulmu…
Aku mengangkatmu…
membawamu sebagai bekal kehidupanku dialam bebas nanti


Pagi pukul 06.58am ada SMS dari Devim.

“Bang Kohan, sy on the way to Bremi, tp dgn brt hati sy hny bs ikt smpe tmnhdp sj, camp 1 mlm,sy tdk bs lm2 cz da kpntngn klg, ibu sy sakit..Mhn dimaklumi”

Sebelum meninggalkan pesanggerahan mbah No. Semua JPers berfoto didepan rumah bersama mbah No sekeluarga. Setelah pamitan rombongan menuju ke kantor polisi untuk mengurus perijinan. Alangkah kecewanya kita semua. Ternyata Argo ditutup.

“Han Argo ditutup” kata bang Obie mencoba menyampaikan pesan ke aku dengan nada kecewa.

Aku lihat Arif gentong sibuk berbicara dengan pak polisi yang berjaga di meja kerjanya. Lalu Arief memanggilku dan meminta daftar nama peserta. Dan ternyata kita di izinkan naik dengan syarat jangan sampai terpisah dari rombongan.

Aku pun ikut masuk ke kantor polisi dan melihat papan pengumuman dan memang ada beberapa baris yang menunjukan lokasi wisata yang di tutup seperti Arjuno welirang, Pulau sempu, semeru dan argopuro tentunya. Dengan alas an cuaca yang buruk dan untuk konservasi hutan.

Setelah urusan perijinan selesai, rombongan mempersiapkan diri dengan sarapan pagi diwarung makan. Ada kabar kalo tadi ada seorang cewe’ yang mencari rombongan dari Jakarta, Devim, itu pasti pikir kita. Si Ipunk mencoba mengejar sampe ke ladang penduduk tapi nggak terkejar. Cepat juga si Devim dengan sosok kecilnya membelah ladang penduduk.

Tiba‐tiba terjadi kegaduhan dibawah pohon mangga didepan warung makan. Shanty sambil teriak‐teriak memeluk Uchit tepat didepanku . Wah..wah.. ada apa ini pagi‐pagi ko histeris… ternyata sebuah “ulat bulu” datang menghampiri Santy dengan santainya. Si Ulat tanpa salah disingkirkan dari jalan‐jalan paginya oleh bang Arif. Shanty dengan wajah yang masih pucat menangis karena ulah si Ulat.

Ada..ada aja.. :P


@ 09.30 am

Setelah semua peserta menyelesaikan sarapan paginya. Apalagi bang Finanta sampe nambah dua porsi. Rombongan memulai perjalanan panjangnya dengan penuh semangat. Melewati jalur ladang yang cukup panjang dan sedikit menanjak.

Aku mulai lagi langkah kecilku Untuk menggapai puncak‐puncak dunia. Ditengah perjalan ada kabar kalau Devim akan menunggu rombongan JPERS di hutan Pinus.

Perjalanan dari Bremi ini cukup melelahkan selain Track menanjak yang sangat panjang seolah tanpa ujung juga sempat turun hujan yang cukup lebat. dan

Dan beberapa JPERS mulai pemanasan dengan pendakian ini. Ada Ayu yang tiba-tiba teriak karena kram kaki. Di bantu oleh kang Tovic dan beberapa JPERS lain memegangi dan meluruskan kaki Ayu.

Hujan semakin deras. Shanty yang tidak membawa Jas Hujan hanya menggunakan Jacket Windproof merk Consina, mulai menunjukan kelelahan. Berjalan beberapa langkah dan berhenti, begitu seterusnya. Sampai pada satu saat. Dia berhenti dan memandangi wajahku dengan wajahnya yang lusuh dan kecapean…

waktu berhenti sesaat…
suasana menjadi hening..
hanya keempat mata kami yang bertemu…
dan “Gludak!”

Shanty terjatuh dari pegangan Stick pendakinya, tepat ketubuhku yang kaget dan tak tahu harus berbuat apa. Secepat itu kurebahkan tubuhnya ditanah dengan dibantu Ayu, Obie Arief dan Uchit. Matel kelelawarku aku lebarkan melindungi wajahnya dari air hujan. Ayu pun mencoba meminumkannya air hangat dari dalam tremos, tapi nihil. Shanty tetap diam. Aku ikut menampar sedikit pipinya siapa tahu dia bangun….dan Shanty tetap terlelap.

Akhirnya Shanty bangun setelah minyak kayu putih tercium olehnya.
“Kenapa Bang?” Tanya Shanty
“Ga kenapa, Cuma istirahat sebentar” jawabku. Ternyata dia benar‐benar tidak sadar tadi. “Sini aku bawakan Carriernya” pintaku.
“Nggak ah bang Ty masih kuat ko“
Perjalanan dilanjutkan, beberapa kali Shanty menunjukan gejala capek yang luar biasa, tapi dia tetep tidak mau kalo Cariernya dibawain oleh bang Arif.

Sampailah rombongan terakhir kami dipucak pegunungan yang menuju Taman Hidup. Serasa perjuangan yang sungguh berat, diguyur hujan lebat sampai dua kali. Dengan penuh semangat rombongan menuruni bukit itu, disana kita bertemu dengan bang Finanta yang sempat Kram kaki sambil berdiri.

Wuih! baru start saja perjuangannya sudah begitu berat.

-Taman Hidup-
@ 04.30 pm

Alhamdulillah sampe juga di Taman Hidup. Sujud syukur aku persembahkan untuk Allah SWT yang setia merestui perjalananku dari Bremi ke Taman Hidup ini.

Aku serahkan hidup dan matiku
Dalam lindunganMu aku bersujud hanya untukMu

Didalam tenda sudah ada Devim, Ribut dan beberapa JPers yang sudah membuatkan minuman hangat untuk kami. Ini kali kedua aku ketemu Devim. Tangguh juga anak ini mendaki sendirian dari Bremi ke Taman Hidup hanya dengan ditemani radio kecil yang menyanyikan lagu Kembang Perawannya Gita Gutawa…(info dari bang Obie). Sedangkan kami JPers yang lama tidak menjamah gunung ngos‐ngosan ditengah hujan lebat dihutan pinus.

Menjelang gelap ternyata kita kehilangan 4 JPers. Hero yang tahu medan Argo, Ipunk, Wiwid, dan bang Syaiful yang baru pertama ke Argo. Dimana mereka? Arief Gentong sempat mencari kepuncak pegunungan yang tadi kami lalui. Tapi Nol besar. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari esok pagi karena hari sudah gelap.

Semua tenda sudah digelar. JPers sudah berganti baju dengan pakaian keringnya, menikmati masakan alam ala Devim, Ayu dan beberapa JPers lain. Bang Nereus sampe nambah dua porsi. Acara malam ini dilanjutkan dengan ramah tamah saling memperkenalkan diri satu persatu. Maklum kita kan baru tahu nama. Belum yang lain‐lain. Acara cukup meriah dibawah langit Taman Hidup yang cerah oleh rembulan. Sayang! Kita kehilangan kontak dengan 4 JPers. Aku sempet merasa bersalah dengan Ipunk, karena aku yang mengajaknya untuk ikut trip ke Argo ini.


Selasa, 18 Maret 2008 @ 06.00 am

Pagi‐pagi Ayu sudah membangunkan kita untuk ber‐narsis ria didanau Taman Hidup.
“Ayo bangun”teriaknya
“Wong sudah bangun dari tadi ko” Jawab Arief Gentong.
“Apanya yang bangun” Selidik Ayu.
“Ya Aku tidur dia bangun” semakin tidak jelas arahnya Arief Gentong menjawab.

Sempet aku ke Danau Taman Hidup untuk cuci muka dan ber‐narsis bersama JPers yang lain. Danau yang cukup indah, sayang sisi‐sisinya merupakan rawa yang penuh lumpur sehingga menyulitkan akses untuk ketepian danau. Setelah beberapa kali berpose Devim mengajaku untuk mencari keempat JPers yang terpisah. Menyusuri melewati Hutan Lumut yang dingin dan gelap, tipikal hutan tropis kental banget disini. Jadi merinding!. Dan juga Menyusuri Rawa ke tepian danau sebelah kiri.

Mencoba mencari ke beberapa titik perkemahan, tapi tidak juga ditemukan ke 4 JPers itu. Sampai pada akhirnya aku dan Devim kembali ke camp pertama. Bertemu dengan beberapa pendaki yang berangkat dari Bremi pukul 12 malam. Dari mereka kami mendapatkan info kalo ada 4 pendaki yang menunggu rombongan pendaki lain yang berjumlah 14 orang. Nah itu mereka, ternyata mereka saling tunggu dengan kita di bawah.

Secepat kilat Arief Gentong berusaha menjemput mereka sampai kepuncak Bukit. Pukul 9 pagi akhirnya mereka berkumpul dengan rombongan JPers semua.

Akhirnya engkau kembali nak
Ibu mencarimu…
Ibu menghawatianmu semalam
(halah… puisinya ko gini :D)

Dengan nikmat mereka melahap Mie Sedap kuah buatan Ayu. Seperti orang yang kelaparan. Semalaman di dingin hutan pinus mereka tidak makan. Padahal mereka membawa sebagian besar logistik mentah dan sayuran, Gas juga ada, Komporpun lengkap. Cuma satu mereka kurang beruntung karena tidak membawa Nasting :D…

Disinilah muncul kisah “si Fitri” yang sampe sekarang aku masih belum jelas asalnya. Kirain Sinetron Cinta Fitri yang tayang di SCTV.


@10.30am

Molor lagi dari jadwal semalam. Rombongan JPers melanjutkan perjalanan menuju ke Cisentor. Disini kami berpisah dengan Devim dan Ribut, karena mereka tidak bisa mengikuti Trip ini sampai akhir.

Perjalan dari Taman Hidup ke Cisentor di awali dengan memasuki Hutan Lumut yang cukup dingin dan panjang, sedikit menanjak, hanya mengitari bukit. Beberapa kali istirahat ditengah hujan yang terus mengguyur. Lama‐kelamaan track yang dilalui semakin menanjak seolah tanpa habis lagi. Shanty dengan jacket Consina‐nya mulai terlihat letih. Tapi seperti biasa keras kepalanya nggak mau dibawain Cariernya.

Pukul 3 sore sampailah kita dipersimpangan Sadelan. Hero memutuskan untuk menyusuri jalan menurun tapi ternyata rute pendakiannya sudah tertutup ilalang dan dia memutuskan tidak berani melanjutkan, akhirnya kami semua kembali ke Sadelan. Dari Sadelan ini akhirnya kami memilih rute keatas, mengitari, dan menanjak ke bukit. sampe pada Air Terjun mati. kita harus berjalan melipir jurang. Arah kanan “blank” tanpa pijakan. Belum lagi tanaman Djancukan yang mulai mengganggu pegangan disebelah kirinya.


Dimana kami berada?

Jalan yang licin, berlumpur, hujan yang terus membasahi jalur pendakian semakin menyulitkan.
Beberapa kali JPERS harus jatuh bangun terpeleset. Hari mulai gelap tapi jalan terus menanjak tidak ada tanda-tanda tempat Camp. Di barisan depan sempat terjadi perbedaan pendapat. Bang Finanta yang melihat adanya percabangan rute. Tapi hero memilih tetap menanjak ke atas. Begitulah kami yang di belakang karena memang baru pertama kali mendaki ke pegunungan Hyang. Cuma mengikuti dengan langkah yang mulai terseok.

Mulai jam 7 malam jalan yang kami lewati adalah lereng menurun 75 derajat. Dan ternyata dikemiringan itulah kita harus bermalam karena barisan depan memutuskan bahwa kita tersesat dan tidak berani melanjutkan perjalanan.

Dingin…
Beralaskan ilalang malam ini aku terlelap
Dalam balutan kabut argo aku berserah…

Dalam dingin malam itu aku mencoba menghidupkan HPku. Dan ternyata ada sinyal dari kartu Matrix‐ku. Sebentar nyala ada sebuah pesan singkat dari Mama‐nya Shanty.

18 Maret 2008, @ 07.44 pm

“Ass..maap ini mm-nya Santy mau tnya keadnya Santy baik2 aja? Tlng ttp ya de. Kl ada apa hbngi ibu. Tmksh”

Aku pun mencoba membalas pesan itu, tentunya tanpa memberi kabar bahwa malam ini kami tersesat hanya tidur ditempat seadanya.

“Alhamdulillah kita satu team baik2 aja. Santy jg. Kbetulan ada sinyal tp naik turun. Nanti kalo ada info kami hubungi”

Malam yang semakin dingin, aku hanya beralaskan matras sebagian dan berselimutkan bendera JPers. Tak kuasa menahan dingin itu. Beberapa kali harus mengigil karena celana yang dipakai masih basah. Aku coba menghangatkan badan dengan beraktifitas kecil, menggosok‐gosokan tangan. Dan ternyata aku menemukan HPku yang masih menyala aku coba menginfokan ke Jendral Mbenk dan Devim, tentang posisi kami. Siapa tahu mereka bisa membantu menginformasikan jalur yang harus kami tuju.

To Mbenk and Devim :
18 Maret 2008, @ 08.20 pm

“Team Argo sudah diantara Sadelan-Cisentor.Berhubung kemaleman n kehilangan jalur. Sementara bikin kamp darurat Dikemiringan 75 drjt. Tanpa tenda.Semua komplit dan sehat. Mohon doa restu agar bisa nemu jalur lg…"

Sebuah balasan singkat dari Mbenk mencoba memberi semangat.

From Mbenk:
18 Maret 2008, @ 08.20 pm

“Aku sukses han, hati2 ya..”

Malam itu aku dan Devim terjadi komunikasi via HP dengan suara yang kurang jelas, aku menginfokan posisi kita. Dan Devim berjanji untuk mencari informasi terbaik yang harus kami jalani.

From Devim:
18 Maret 2008, @ 10.21 pm

“Mas, aq brsn dpt info dr tmnq. Iwan. Hero th dia!. Di bukit stlh air terjun mati emang jlur yg kacau, sm sprt aq yg nyasar dulu! Kl situ ada HT qt mgkn bisa bntu dr sini!"

Akhir malam itu kami harus tidur dengan perasaan was‐was. Apakah esok hari masih kami temui… apakah malam ini kami harus terlelap disini. Aku sempatkan untuk menulis beberapa baris dibuku kecil yang berisi catatan perjalanan, uang logistik, pembayaran kaos, dan buku transport. Dengan bolpoint Faster warna biru pinjeman dari Ayu (sampai sekarang boplointnya masih di aku, lupa mengembalikan.. semoga di ikhlaskan…)


Dalam dingin malam Argo
Entah dimana kini aku berada
Rebah diantara ilalang dan indahnya bulan
Merajuk dan memaksaku tuk tinggal sejenak

Dalam keheningan alam ini
Diantara ruang sempit
Yang tak memberiku kesempatan
Kucoba bertahan bersama sahabat alam

Untuk menikmati sambutan cinta
Tuk menghargai indahnya lukisan Illahi
Kini dan nanti akan selalu
Akan aku nikmati suguhan pesona alam bumiku
Aku dan Sahabat Alam

18 Maret 2008
Tidur beralaskan matras dan berselimutkan Bendera JPers


Rabu, 19 Maret 2008 @ 05.00am

Pagi‐pagi buta kami sudah terbangun. Karena posisi tidur yang sangat tidak layak dan dinginnya pegunungan Hyang yang menusuk Jacket kami. Kebetulan aku semalam berjalan diposisi terakhir sehingga aku berada pada posisi paling atas. Entah melorot beberapa kali hingga kakiku harus mengenai kepalanya Ipunk yang tepat berada dibawahku. Posisi yang berada dibawahku pun ternyata tidak senyaman yang aku bayangkan semalam. Dari suara yang aku dengar, aku kira mereka tidur diatas batu dengan persediaan air yang memadai. Ternyata kita sama, mereka tidur hanya menggunakan bifak yang dibuat dari jas hujan kelelawar.

Adakah hangat cinta merambah hati mereka semalam
Atau membeku seperti kakiku yang kedinginan

Packing sebisanya dan makan snack seadanya juga menjadi sarapan kami pagi ini. Kue coklat bawaan Wiwid dan Bakpia sisa kemarin, karena posisiku terakhir maka akupun hanya dapat sisa. Aku habiskan dua butir Bakpia patuk. Aku yakin dengan bakpia ini bisa kuat sampai menemukan jalur pendakian yang benar.

Langkah pertama dilalui. Wiwid ditugaskan untuk mencari jalur pendakian menyusuri memutari bukit. Tapi gagal. Akhirnya team JPers memutuskan untuk terus mendaki keatas ke bukit didepan kami. karena posisi semalam kami berada dilembah dan kembali ke titik awal pun sudah tidak mungkin. Sampai diatas bukit jalan buntu kita temui lagi. Yang ada hanya ilalang setinggi diatas tubuh manusia, yang terselipkan bunga‐bunga Jelatang.

“Kita kembali ke titik awal saja” saran Hero.
“Nggak lah, kita cari jalur aja” sahut Arief Gentong.
“Ok! yang pake carier kecil di depan” tambah Hero lagi.

Aku kebetulan memang punya Carier kecil buatan The South Merapi dengan kapasitas 45‐50 liter yang sudah dimodifikasi, dan membawa golok titipan dari Arif Gentong. Maka aku pun berjalan di depan sambil membabatkan golok kearah ilalang dan pohon jelatang. Bergantian Aku, Tovic, Hero, dan Arif membuka jalur baru. Naik turun bukit dan lembah. Seolah tanpa ujung. Kita mencoba berjalan kearah kiri melewati jalan yang dirasa gampang. Yang menuntun kami hanya feeling. Karena kami berjalan dengan kompas milik Hero tapi tanpa peta kontur. Sempat muncul keraguan kalo kami tiba‐tiba menemui jurang. karena kita tidak tahu kontur dari bukit yang kami lewati.

Perasaan Down mulai merasuki aku. Saat aku harus membuat jalur diantara pohon jelatang yang sangat tinggi. Tapi dengan bantuan Hero akhirnya bisa membuat gua diantara tanaman jelatang. Entah berapa kali harus berteriak “Djanc*k” saat kulit ini terkena duri pohon Jelatang.

Hujan mulai mengguruyur rombongan kami yang masih bingung arah dan tujuan. Satu persatu mulai Drop fisiknya. Hero serasa tak sanggup lagi berjalan dia minta istirahat, karena kebetulan disitu ada beberapa track yang datar. Tapi tak mampu menampung kita semua. Shanty yang tak mau jalan lagi. Aku sempat kesal sedikit saat melihat kejadian itu apalagi persediaan air mulai menipis.

“Kita harus turun dan terus jalan, pasti ada harapan dibawah sana” sedikit membentak aku ambil tas Daypack Eiger Hero. Mencoba meringankan bebannya. Uchit mengambil alih pembukaan jalur. Bang Syaiful dan aku mengikuti dari belakang. Jalan menurun semakin curam menambah was‐was kalo kita menemui jurang. Beberapa kali aku tersperosok. Sakit kaki ini, tapi aku harus tetep jalan.

Beberapa saat aku lihat Uchit mulai frustasi, terucap sebuah kata yang akan selalu aku ingat “Luas sekali pegunungan Hyang”. Sebuah kata yang dalam, cukup mewakili perasaan dihati kita masing‐masing saat itu.

Aku mencoba menghidupkan HPku lagi. Alhamdulillah ada sinyal dari Matrix‐ku. Sejurus kemudian kuhubungi teman‐teman kantorku di Surabaya. Untuk menanyakan posisi Lock‐Up HPku, semoga bisa membantu arah yang harus kami tuju. Dan akhirnya posisi HPku ditemukan. Matrix‐ku saat itu tercover BTS Rejo Agung. Berada disebelah barat dari BTS. Setidaknya kami sudah tahu posisi kami. Tinggal mencari jalur pendakian yang benar.

Disebelahku ada bang Syaiful yang sedang ditelpon oleh anaknya. Suasana berubah menjadi melankolis. Mata bang Syaiful seperti basah. Saat kudengar anaknya minta dibelikan oleh‐oleh burung perkutut.

Uchit bangkit lagi, menebaskan golok‐nya mencoba mencari jalur pendakian. Kekanan dan kekiri tak tentu arah kami. Hanya satu tujuan yaitu ke arah tenggara kami harus tetap melangkah. Sampai pada akhirnya.


@12.15 pm

Uchit berteriak girang “Hoi! JALURNYA KETEMU”. Syukur alhamdulillah. Kami segera memburu Uchit dan berteriak ke temen‐temen yang masih diatas. Menginformasinkan bahwa jalur pendakian sudah ditemukan.

Tak kuasa kutahan air mata ini ya Rob
Atas kenikmatan hidup yang kami temui lagi...

Devim kebetulan menelpon, ternyata dia begitu khawatirnya dengan rombongan JPers yang nyasar ini, sampai‐sampai harus menghubungi Pos Perijinan di Baderan. Aku mengabarkan kalo kami sudah menemui jalur dan sedang dalam perjalan ke Pos Aing kene’. Target Cisentor kami tangguhkan, apalagi target muncak bener‐benar kami lupakan sejenak. Yang penting bisa istiharat dan makan yang layak karena sudah dua hari ini kami hanya minum air dan makan snack seadanya.

Perjalanan dimulai lagi dengan semangat baru, karena kami tidak harus membelah hutan belantara lagi. Tapi kaki yang terperosok beberapa kali ini makin terasa sakit. Alhasil aku harus berjalan dengan satu kaki nyeret dibantu Stick pendaki milik Shanty. Ternyata jalur yang kami lalui menuju pos Aing kene’ masihlah sangat jauh dan mendaki, seolah perjuangan ini tak ada habisnya. Terus mendaki dari satu bukit kebukit lainnya. Karena harus berjalan dengan satu kaki ini aku berjalan sangat lambat ditemani oleh Wahyu dan komandan Obie yang juga sudah kelihatan drop. Ditambah lagi dengan pakaiannya yang compang‐camping persis seperti iklan Jupiter MX‐nya Komeng.


-Aing kene’-
@ 05.00 pm

Naik turun bukit, terpeleset beberapa kali dan lagi‐lagi harus menyentuh pohon jelatang. Akhirnya sampailah dipos Aing kene’ sekitar pukul 5 sore. Rombongan masih menunggu kami, untuk minta pendapat komandan Obie, apakah perjalanan akan diteruskan ke Cisentor atau bermalam disini. Karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan dan fisik yang kecapaian setelah dua hari tidak makan layak. Maka diputuskan untuk bermalam di Aing kene’.

Sore ini Shanty dan Ayu yang jadi Kori (Koki Rimba), pecel dan tempe mendoan menjadi menu utama. Nikmat rasanya bisa menemui nasi dan sayuran segar lagi, ditambah the hangat buatan bang Tovic.
Selesai makan, karena sudah kecapaian, JPERS memilih untuk masuk ketenda masing‐masing. Sehabis sholat berjamaah bertiga aku, Wahyu dan Ayu memilih untuk kembali ke tenda masing‐masing.


Pingsan dua kali

Malam ini aku pingin mencoba tenda Lafuma, pemberian dari Om Dody Johanjaya. Produser JP Trans7. yang memang khusus diberikan sebagai infentaris milist JPers, beserta kompor Trangia. Dari desain dan luasnya tenda Lafuma cukup hangat untuk tidur berlima malam ini.

Tubuh yang lelah ini tak mampu lagi menahan kantuk, hangatnya Sleeping bag Eiger merah model mummy ini cukup memberikan kehangatan untuk raga yang letih. Aku tertidur disamping Ayu…

“Aduh!” ditengah malam yang sangat dingin Shanty terbangun. Luka dijempol kakinya cukup parah. Bengkak sebesar dua kali besar aslinya. Wuih! ngeri juga kalo lihat. Bang Obie menyarankan untuk mengompres kaki Shanty menggunakan Spirtus, karena memang ini satu‐satunya cairan yang bisa mensterilkan. Saat ditetesi cairan spirtus Shanty sedikit menjerit dan pingsan…yah pingsan nih anak!. Ayu dengan sigap membersihkan luka di jempol kaki Shanty. Sesaat Shanty terbangun dan melihat kakinya yang masih terasa sakit. Pasti sakit sekali. Dia pingsan lagi. Yah! Pingsan lagi deh.


Kamis, 20 maret 2008

Keesokan harinya. Kaki Shanty sudah tidak terasa sakit lagi, begitu katanya. Manjur juga tuh Spirtus. Setelah acara makan pagi dan bersih‐bersih selesai. Kembali JPers disibukan dengan acara packing masing‐masing bawaanya. Dan tentunya terasa semakin berat, karena sebagian pakaian yang dibawa sudah basah.

Tante NhaNha yang ikut khawatir, dari Jakarta menelpon HP bang Obie. Sempet terjadi berbincangan yang meriah karena suaranya diloudspeaker. Akupun ikut menyempatkan diri untuk gabung berbicara dengan Tante NhaNha, makasih ya Tante atas perhatiannya pada kami :D …

Pukul 9.30 perjalan dilanjutkan ke pos Cisentor. Setelah berdoa bersama, JPers memulai perjalanan panjangnya. Shanty yang semalam kesakitan hari ini terlihat lebih santai sambil bernyanyi berduet bersama Andre menyanyikan lagunya BCL dengan Ari Lasso. Merdu juga suara mereka mengisi ruang‐ruang kosong diantara semak dan pohon jelatang.

“Duhai cintaku sayangku..seluruh hidupku….”

Tak beberapa lama berjalan dengan diselingi guyonan kecil dan cerita‐cerita dari Andre terus mengalir mengocok perut kami semua, sampai‐sampai bang Finanta terjatuh bersama carier Rhino‐nya. Andre merupakan JPers dari Purworejo, temen Arif Jakarta. Saking ramenya sampai‐sampai cerita “Pasar Ikan” melegenda mengalir bersama perjalanan kami menyusuri Argopuro.

Sampailah rombongan JPers di sebuah savanna pertama yang kami temui. Semua berlari bernarsis ria. Tak kalah berbagai pose dicoba dan diabadikan.


-Cisentor-
@01.00 pm

Beberapa savanna kita lewati dan sampailah kita disebuah pondokan kecil. Pos Cisentor. Semua berkumpul didalam pondok, sambil beberapa JPERS menyiapkan makan siang plus makan malam. Ada Arief Gentong yang sibuk menjadi Koki utama, Ayu dan Ipunk yang menyiapkan sayur terong, Shanty yang menggoreng ikan asin. Dan bang Syaipul yang menyiapkan nasi.

Aku dan bang Finanta yang memang nggak gablek masak menikmati foto‐foto dari I‐pod nya bang Obie, beberapa kali kami harus berteriak histeris saat melihat foto idola kami, Srikandi JP, Riyanni Djangkaru dengan berbagai posenya. Juga Medina Kamil dengan foto‐foto petualangannya. Puas rasanya bisa melihat foto‐foto idola. Apalagi membayangkan kapan bisa foto bareng dengan mereka seperti bang Obie.

Makanan yang sudah disiapkan, kami nikmati bersama, aku lagi‐lagi satu piring dengan bang Finanta, saking nikmatnya kalo gak salah kami sampai nambah tiga kali. Nikmat lah, nasi sayur lodeh plus ikan teri tawar bawaan bang Arif. Sore menjelang malam ini kami susun acara seperti malam pertama di Taman Hidup. Sesi perkenalan diulang lagi satu persatu. Dimulai dari 4 JPers yang terpisah dimalam pertama. Dan hingga semua menyampaikan perkenalan dan harapan satu persatu tentang milist JPers.

Hari mulai gelap. Semua JPers mempersiapkan diri untuk istirahat dalam satu pondokan kecil itu. Bang Nereus yang tidur ditengah jadi bahan sandaran kaki‐kaki panjang kami. Arief Gentong dan Ipunk serta Wiwid sibuk menyiapkan makan malam, untuk bekal kami kepuncak Rengganis esok hari


Jum’at, 21 Maret 2007 @ 01.00 am

Pagi ini sebagian dari JPERS sudah bangun menyiapkan makan malam. Ada juga yang sibuk menyiapkan kaos JPERSnya. Nasi goring adalah menu kami dini hari ini. Juga bekal jahe hangat yang sudah dimasukan ke dalam termos.

Terima kasih untuk Arief Gentong dan Ipunk yang telah menyiapkan menu ini.

Ada tiga JPERS nantinya yang tidak ikut muncak menjaga pos Cisentor, Arief Gentong, Ipunk dan bang Syaiful.


-Puncak Rengganis-

Semua JPers yang pagi ini akan muncak berdoa bersama, semoga nanti bisa sampai puncak dengan selamat dan bisa mengejar Sunrise. Beriringan kami melewati jalan setapak dimalam yang masih gulita. Hanya dengan berbekal lampu senter kecil. Menembus hutan belantara dan padang savana yang cukup panjang. Naik turun bukit. Dan sampailah kami dipuncak Rengganis. Meski team yang berjumlah 14 orang ini terpisah menjadi beberapa kelompok. Aku termasuk team pertama yang sampai puncak meskipun harus kesakitan menahan lutut yang kumat lagi gara‐gara terperosok kemarin. Aku sempatkan sejenak untuk bersujud dan Sholat Subuh dipuncak Rengganis.

Begitu besar keagunganMu…
Untuk itulah kami datang mengunjugi ciptaanMu
MengingatMu…
Menyadari bahwa kami kecil dihadapanMu

Teringat sebuah puisi yang aku buat saat‐saat memimpikan perjalanan ke Argopuro ini bersama Ayu saat Chating di YM, yang sekarang kami jalani dan kami nikmati.

Aku lari dari mimpi panjang ini
Aku terjatuh diantara hati yang menggunjing
Aku terlepas dalam hening retakan‐retakan usia
Aku mati...

Pintu cinta menatap angkuh langkahku
yang terseok dalam bekunya malam
tanpa teman setia menyertai tumbuhnya jiwa
Aku hilang...

Hujan kemarau mengusik tidur panjangku
yang tertatih memimpikan sang dewi Rengganis
menuju tangga‐tangga singgasana
aku mendaki mengusir dingin hujan dialam damaiku
Aku ada...

Dalam keadaanku aku mencoba tetap ada
Dalam kematianku aku berusaha untuk hidup
Dalam kehilanganku aku terus hadir
karena aku hidup bersama alam...

Sby, 29 feb 2008 @ 3.20pm

CINTAku tertinggal di Argo...

RINDUku untuk sahabat ALAM,
seminggu kita berbaur dalam dingin suasana GUNUNG...
dalam kehangatan BUMI, dalam kemurnian UDARA..
AKU dan sahabat ALAM (JPers)...

Semua pose narsis sudah dijalani, dengan berbagai bentuk dan gaya. Kami kibarkan dengan bangga bendera JPers dipuncak tertinggi Dataran Pegunungan Hyang. Yang aneh Wahyu dan Pramono, memang sabtu tanggal 15 kemarin mereka baru saja wisuda dari Universitas Bhayangkara Surabaya sebagai Sarjana Teknik. Dipuncak ini pun mereka berdua sibuk merayakan nya dengan menggelar prosesi Wisuda sebagai Sarjana Petualang. Ada gak ya ST, SP?


@ 08.00 am

Setelah merasa cukup puas dengan gambar yang kami dapatkan. Kami memutuskan untuk kembali ke Pos Cisentor untuk melanjutkan ke Cikasur siang nanti. Perjalanan menurun dari puncak cukup menyiksa kakiku yang semakin terasa sakit. Sambil setengah lari aku paksakan menuruni bebatuan yang cukup terjal. Sampe akhirnya istirahat sebentar di Rawa Embik. Rawa Embik ini merupakan pos terakhir yang biasa digunakan sebagai camp para pendaki sebelum sampai ke puncak Rengganis, atau Argo 1 dan Argo 2.

Perjalanan masih cukup panjang untuk sampai ke Cisentor, harus melewati beberapa patok yang bertuliskan Hm151, Hm150, Hm149 dan seterusnya hingga mendekati pos Cisentor Hm 141. selisih kedatanganku dengan team pertama sekitar satu jam. Pukul 11.30 am sampai juga di Cisentor disambut dingin oleh gerimis yang mulai turun. Tapi begitu nikmatya setelah sampe dipos, aku langsung disuguhi dengan segelas jahe hangat oleh Arief Gentong. Hm…thanks sobat!

Makan siang juga sudah disiapkan. Menu siang ini adalah sayur kentang dan jengkol plus oseng‐oseng teri cumi. Nyam..! nikmat lagi deh. Berbagi piring dengan bang Finanta lagi.

Selesai makan kami lanjutkan dengan tidur sebentar untuk melepaskan kantuk dan lelah setelah perjalanan panjang dari pucak.

Kedatangan jendral Mbenk

Pukul 01.00 siang, sedikit suara gaduh membangunkan kami yang sedang malas dalam rasa kantuk ini. Ternyata rombongan jendral Mbenk bersama beberapa pendaki dari Malaysia sudah sampe ke pos Cisentor, kami harus bergantian tempat. Maka kami mulai melakukan packing secepatnya.

Kami mempersilahkan rombongan Jendral Mbenk untuk mengambil alih kekuasan. Dan kami bersiap melanjutkan perjalan ke Cikasur. Sebelum berangkat aku sempat berbincang‐bincang dengan team dari Malaysia, Masya Allah!. Ternyata aku kenal dengan mereka, walaupun cuma di dunia Cyber. Karat Adventure yang diasuh oleh Uncle Rasid juga dengan Dila. Yang biasa saling sapa di Multiply.com.

Perjalanan ke Cikasur cukup melelahkan, Aku, bang Obie, bang Arif, dan Andre berjalan beriringan sepanjang jalan. Hanya berhenti sejenak untuk melemaskan punggung, begitu dan begitu seterusnya. Dari satu savana ke savana berikutnya. Seakan tak berujung, cukup melelahkan dan membuat stress.


-Cikasur-

@04.00 pm

Setelah melawati berbagai luas padang savana dari yang kecil sampai yang luas. Tibalah kami berempat disalah satu padang yang terluas. Dan membentuk semacam bekas landasan pesawat. Ternyata sampailah kami di Cikasur. Dan melihat dipinggirannya ada sebuah pondokan kecil mirip seperti di Cisentor. Alhamdulillah, sampai juga.

Meskipun gerimis masih turun akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan camp dibawah, dekat dengan sungai. Sore itu fisikku sudah terasa sangat Drop. Bahkan untuk membantu mendirikan tendapun serasa sudah tidak sanggup lagi. Setelah tenda bang Finanta berdiri maka akupun minta ijin untuk masuk dan beristirahat. Maka malam itu aku awali dengan istirahat panjang utuk perjalanan pulang ke Baderan esok hari.

Malam ini Kori Arief Gentong dan bang Nereus terus bergerilya, menyiapkan menu‐menu special dimalam kelima, malam terakhir di Argopuro. Meskipun tak keluar tenda sejak sore makanan silih berganti menghampiriku. Makasih sobat! Yang yang tak kalah berkesan adalah bubur kacang ijo + nata de coco + roycko sapi dengan sedikit parafin kata bang Nereus, rasanya begitu kenyal dan nikmat. Hm.. Aku kangen masakan ini.

Malam itu sebelum tidur kami sempat berbincang‐bincang tentang milist JP (jejakpetualang@yahoogroups.com) dengan bang Obie, bang Finanta, Arief dan Uchit dengan ditemani sekaleng Fanta merah. Ada aja yang bawa Fanta di gunung pikirku. Beberapa masukan ke milis yang tentunya dibawa komandan Obie untuk disampaikan ke Moderator milis.


Sabtu, 22 Maret 2008 @ 05.00 am

Pagi ini adalah hari ke enam kami di pengunungan Hyang. Cukup lama untuk satu pendakian di gunung Jawa. Sesuai rencana semalam perjalanan pulang akan diawali lebih pagi, untuk mengejar waktu bagi team JPers yang dari Jakarta. Tapi namanya juga orang Narsis, rugi kalo nggak foto‐foto ditempat seindah Cikasur. Yang rencana semula pukul 7 harus sudah berangkat. Ini malah pukul setengah tujuh lagi bernarsis ria diantara hamparan padang rumput Cikasur yang hijau menawan.

Ada komandan Obie yang sibuk merekam profil masing‐masing JPers dengan handycam Panasonic barunya. Ada Shanty dan Ayu yang lenggak‐lenggok gak jelas. Ada bang Finanta dan Wiwid yang mengintip dari balik lensa kameranya. Ya… itulah suasana pagi di Cikasur. Begitu indahnya hamparan ini. Begitu banyaknya kisah dibalik pembuatan landasan bandara itu.

Entah berapa nyawa yang terkubur disana
Entah berapa tetes darah yang mengalir membekukan suara
Aku hanya terdiam menikmati hamparan indah tanpa merasa iba..

Selada air dan jengkol goreng menjadi menu penutup kita selama seminggu digunung. Nikmatnya kebersamaan ini, meskipun kami baru kenal diawal pendakian ini serasa seperti sahabat lama yang berjumpa dalam satu jamuan makan. Akh!… tak ingin rasanya meninggalkan waktu ini…


Jalan tanpa ujung

@ 09.30 am

Perjalanan pulang menuju Baderan dimulai. Dari camp terakhir sedikit naik kepadang rumput bang Obie berhenti. Dengan Camera Prosumer Fuji Finepix‐nya dia mengarahkan gaya kita untuk berfoto bersama. Baru kali ini kami berfoto bersama menggunakan kaos JPers versi Argopuro. Sungguh kebanggaan yang terulang setelah dipuncak kemarin. Kami bergaya dengan mantapnya.

Perjalanan dilanjutkan, beberapa kali aku mengganti baterei MP3 playerku. Dari lagu satu ke lagu berikutnya mengiringi seperti savana satu ke savana berikutnya. Berputar terus. Ternyata masih panjang jalan pulang yang harus kami lalui. Diperjalanan pulang ini kami sempat bertemu dengan rombongan Neneng dari Nico Jakarta bersama teamnya yang berjumlah 16 orang. Sedikit menyapa dan berfoto bersama.

Pukul 1 siang sampailah kami di di Mata Air 2. istirahat sejenak, bang Finanta menghidupkan HPnya, ada sinyal dan dia cepat menghubungi Devim karena besok pagi harus sudah berada di Jakarta sebelum jam 12 siang. Devim mengabarkan kalo nanti sore sanggup menyiapkan kendaraan untuk membawa rombongan dari Baderan ke Besuki.

Dari mata air 2 aku, Ayu dan Wahyu sedikit berlari menuruni jalanan yang memang cukup lebar itu setidaknya untuk mengabaikan rasa sakit dikaki jika harus berajalan pelan. Ditengah jalan Wahyu mimisan, darah segar keluar dari hidungnya. Kami bertiga pun berhenti sambil menunggu rombongan Shanty dibelakang.


@ 04.00 pm

Perjalanan dilanjutkan lagi setelah menunggu kedatangan rombongan Shanty. Aku dan Ayu masih berlari menuruni jalan tanah. Sampe pada akhirnya tinggal aku sendirian yang terus berlari dan sampai keladang penduduk. Di ladang ini aku disambut dengan segelas kopi dan jagung bakar ala penduduk lokal sambil menunggu rombongan terakhir. Informasi yang didapat perjalanan ke Baderan masih 2 jam lagi. Masya Allah! Benar‐benar perjalanan tanpa ujung. Yang lebih membikin nyaliku mati. Perjalan dari ladang ke Baderan adalah berupa jalan makadam. Waduh! Bisa hancur nih kaki…

Benar tenyata informasi yang diterima. Jalan yang harus dilalui adalah jalan makadam yang serasa tanpa ujung. Kaki begitu sakit setiap menginjak bebatuan. Aku pun tak mampu memaksakan kakiku yang sudah cidera ini. Tak kubayangkan betapa sakitnya Shanty yang harus berjalan dengan kaki yang jauh lebih parah dariku. Semakin jauh melangkah, semakin gelap tak ada penerangan yang memadai. Hanya kami berempat, aku, bang Arif, Wiwid dan Shanty, berjalan beriringan sambil menahan rasa sakit di telapak kaki.

Dipos 3 bang Obie sudah menunggu kami. Sebuah penerangan yang sangat membantu dari headlamp bang Obie mengiringi langkah kami selanjutnya. Jalan yang tak berujung. Itulah pikirku. Sudah cukup jauh melangkah tapi tak ketemu juga dengan ujungnya. Sampai pada satu pos lagi aku temui tanda‐tanda kehidupan. Devim dan Ipunk menyambut langkah kami. Tak kuasa kusujudkan lagi diriku dibebatuan yang memajang ini.

Aku tumpahkan lagi air mata syukur ini
Hanya karena Kau masih mengasihiku…

Carierku dibawa oleh Ipunk, sedikit beban yang aku bawa berkurang, kami berenam, aku, Shanty, Devim, Ipunk, Tovic, Nereus, Obie dan Wiwid terus berjalan menyusuri jalanan macadam yang penuh dengan air. Kaki yang sudah pecah‐pecah ini terasa segar dan pedih saat terkena air itu.

Devim mencoba menghibur Shanty yang bertanya masihkah jauh Pos Perijinannya. Devim hanya menjawab pos Perijinan dibalik bukit didepan kami. Yah! lagi‐lagi kami harus berjalan merasakan jalan berbatu yang tak berujung. Langakah demi langkah, akhirnya sampai juga dipemukiman penduduk, diBaderan.


-Baderan-

@ 08.00 pm

Kami sampai di Pos Perijinan. Dan lagi aku bersujud ditanah dan tumput basah didepan Pos Perijinan. Sebuah kenikamatan saat kutemui perkampungan penduduk setelah seminggu berbaur dengan alam.

Beberapa JPers terlihat sudah rapi menunggu kami yang baru datang. Kucoba membuka sepatu dan kaki terasa pedih sekali. Telapakan yang sudah tidak berujud normal, seperti peta kontur karena kedinginan.

Karena sopir angkutan yang kami carter sudah menunggu terlalu lama sejak jam 5 sore, maka sebagian JPers tidak sempat mandi hanya berganti dengan pakaian kering untuk pulang ke Surabaya. Angkutan membawa kami berjalan membelah malam mengoyak hawa dingin Baderan menuju Besuki.


-Besuki-
@ 10.00 pm

Devim pamit dengan rombongan JPers, karena jarak rumahnya (Probolinggo) cukup jauh dari Besuki.

Terima kasih sahabat
Tak akan kami kulupakan hangatnya sambutanmu
Akan terus kami ingat cinta diujung senyum itu…

Perajalanan menuju Surabaya dengan menaiki bus antar kota selama 4 jam menidurkan raga‐raga yang letih ini. Aku kebetuan dapat tempat dikursi paling belakang harus menjaga beberapa carier yang bergoyang dan menimpa penumpang yang lain. Maaf!. Rp 20.000,‐ adalah retribusi yang harus kami bayar saat naik bus Besuki ‐ Surabaya.


Titik nol

-Surabaya-
Minggu, 23 Maret 2008 @ 02.00 am

Jam 2 dini hari. Bus AKAS yang membawa rombongan memasuki terminal Bungurasih. Kami pun bersiap dan turun satu persatu membawa carier yang masih terasa berat meskipun semua logistik sudah habis. Di masjid Bungurasih kembali kami berkumpul, pada hari yang sama, Minggu.

Telah kami lalui perjalan panjang
Sudah terukir beribu kisah baru
Waktu terus mengulang memori diantara hutan dan hujan
Kini kami kembali ketitik awal…
Titik nol…

Disini Nereus, bang Tovic, dan Wiwid berpisah dengan rombongan JPers yang lain, untuk pulang ke kota masing‐masing. Beberapa temen Surabaya langsung pulang. Aku pun begitu pulang ke kos tercinta dengan membawa beribu kisah. Sesampainya di kos aku langsung mandi sebentar dan pergi lagi meluncur menaiki Supra X 125‐ku menuju stasiun Pasar Turi menanyakan jadwal keberangkatan menuju Jakarta. Hasilnya cukup mengecewakan karena kereta yang diharapkan ternyata kelas eksekutif, yang tentunya sangat memberatkan kawan JPers dari Jakarta.

Balik Haluan aku kembali ke Bungurasih, untuk menjemput rombongan JPers dari Jakarta menuju ke stasiun Semut, Stasiun Lama. Ipunk yang sudah menyiapkan Karimun berwarna Flexi‐nya menyiapkan layanan antar jemput dari Bungurasih ke Stasiun Semut. Bang Finanta bertugas sebagai sopir Karimun yang berisi tas carier mengikuti aku yang membonceng bang Obie kestasiun. Sedangkan Ipunk mengantar teman‐temen menggunakan bus kota menuju ke stasiun juga.

Jadwal kereta Gaya Baru yang akan dinaiki menuju Jakarta ternyata berangkat pukul 2 siang. Maka kami JPers Surabaya dan JPers Jakarta berame‐rame menunggu di Stasiun Semut. Karena ketulan hari minggu, lokasi ini dekat dengan Tugu Pahlawan. Sehingga rame dengan pasar dadakan yang ada hanya setiap hari minggu saja. Shanty, Ayu dan Uchit sempet jalan‐jalan dan membeli oleh‐oleh untuk dibawa pulang.

Aku sibuk mentransfer semetara file‐file dari memori card camera masing‐masing ke laptopku. Cukup gede juga, 2,5 Giga byte yang terkumpul. Foto‐foto dengan ukuran aslinya. Wah mantap nih !


@ 02.00 pm

Kereta Gaya Baru jurusan stasiun Semut Surabaya–Stasiun Kota Jakarta sudah siap diberangkatkan. Shanty masih menghilang bersama Hero membeli makanan di McD sebagai bekal perjalanan ke Jakarta.
Akhirnya tangan kamipun bersalaman, tubuh kami berpelukan. Melepas kepergian sahabat‐sahabat baru kami sampai dipintu peron. Tak seorang pun dari mereka yang memalingkan wajah ke belakang, sekedar tuk melihat keberadaan kami. Aku pun tahu betapa berat hatimu untuk meninggalkan kisah ini. Untuk menutup langkah yang sudah kita rangkai bersama seminggu kemarin. Dipuncak‐puncak impian terindah.

Selamat Jalan Sahabat Alam (JPers)


from:Finanta Djangkaru finanta46@yahoo.co.id
reply-tojejakpetualang@yahoogroups.com,to jejak petualang,
dateMon, Mar 24, 2008 at 9:17 AM

subject[Jejak Petualang] Terimakasih

Alhamdulillah semalam tepat pukul 20.10 saya sudah berkumpul dengan istri dan anak tercinta setelah seminggu bersama teman2 jpers mendaki Argopuro-Rengganis.

Terimakasih untuk para Jpers Surabaya terutama Arief Surabaya, Handoko, Hero dan lainnya yang sudah bersusah payah mencarikan tiket pulang saya ke jakarta... juga untuk Devim yang sudah bersusah payah menunggu kedatangan kami di baderan dan mencarikan kendaraan turun dari baderan ke besuki.

Untuk Obie, Shanty, Ayu, Uchit, Arief dan Syaiful maaf ya saya tidak bisa ikut bersama pulang ke jakarta berbarengan dengan kalian semua...

Salam kompak selalu
I love u fullllll....


Alhamdulillah, sahabat engkau telah sampai dalam hangatnya peluk bersama keluarga tercinta.

TENTANG KALIAN… TEAM ARGOPURO..

Menyisir bayu di kesunyian..Kuingin berlari untuk mengenyahkan penat...
akan gusarnya hidup yang terkukung...
Ketika ku tak lagi menemukan nikmatnya hidup...Kutemukan dirimu..kawan...
kawan ingatkah kau saat hujan lebat melumpuhkan
kawan ingatkah kau saat malam tak seindah kelambu diperaduan
ketika tawa dan tangis kita bercampur dipelukan..
saat dunia‐pun tersenyum ketika kita temukan jalan menembus keputus asaan..

Sungguh ku ingin waktu tak cepat berotasi...
Berhenti berputar untuk terus menyaksikan kebersamaan kita...
Ketika kau setia menghantarkanku di stasiun yang menjadi saksi...
airmataku runtuh dalam hati...sungguh kupedih akan perpisahan ini...
kalian saudaraku...kalian pelipur laraku..kalian pelita asaku...
dan kalian segalanya bagi‐ku...

by Shanty



Profil JPers Trip Argopuro

Komandan Obie, Dani Setiawan (Jakarta)
Komandan yang pendiam. Hanya matanya yang selalu jeli mengintip dibalik camera dan handycam‐nya. Semua kisah dan foto perjalanan panjangnya bisa dijenguk juga di http://photosavana.multiply.com/, http://profiles.friendster.com/63321208 .

koHAN, Tri Handoko (Surabaya)
Kata orang sih rame, murah senyum, baik hati dan suka bangun pagi.. :D . Bukan pendaki professional hanya ingin menikmati suasana fresh alam. Bisa juga dikunjugi di http://kohan2282.multiply.com/, http://profiles.friendster.com/kokohan .

Finanta (Pamulang)
Sosok ayah idaman, meski digunung tidak lupa menhubungi keluarga dan buah hati tercinta. Penggemar Valentino Rossi yang berfoto memakai seragam kerjanya di puncak Rengganis, tidak lupa ID cardnya.

Shanty Lolyta (Pamulang)
Cewe’ manis ini ternyata keras kepala sekali. Tidak mau dibawakan cariernya meskipun wajahnya sudah letih sekali, bahkan sampai pingsan dijalan. Waduh!. Senyum manisnya mengisi perjalanan selama di Argopuro. Wajah imut dan amitnya bisa ditemui di http://profiles.friendster.com/44612581 .

Syaiful (Karawang)
Teman sepermaian sejak kecil sama bang Finanta digunung, seorang juragan yang ulet. Bahkan saat naik digunungpun tidak lupa untuk memonitor perkembangan bursa saham BEJ. Bang Ipul inilah penemu “si Fitri” yang melegenda mengiringi dari Bremi to Baderan. Fitri siapa ya..?

Arif (Jakarta)
The Next Green Ranger, mencoba menyaingi kegilaan dari Arief gentong. Tapi kayaknya masih kalah jauh lah :D. karyawan sebuah hotel bintang di Jakarta ini lebih memilih gunung dari pada kamar hotelnya yang nyaman. Salut deh untuk sampah yang diambili sepanjang Cikasur Baderan.

Uchit (Jakarta)
Anak PAWASKA Bogor, yang tinggi banget ini memang bener‐bener tinggi. Saat yang lain kesulitan merangkak dia hanya melangkah. Dia girang banget saat menemukan jalur pendakian setelah tersesat. Kangen sama Uchit? ada nih link friendsternya: http://profiles.friendster.com/19293971 .

Ayu Purwati (Tanggerang)
Si Ayu yang perkasa, entah berapa pria yang ia jamah disetiap malam Argo :P. Link http://55sam.multiply.com/ , http://profiles.friendster.com/45514948 merupakan alamat si Ayu mempublikasikan dirinya kedunia maya. Aktris utama Lembah Cinta ini selalu terbayang kehangatan lembah itu. Halah…mbahas apa ini ?

Widya Permana (Yogyakarta)
Anak kreatif khas Jogja yang memenangkan Design bendera milist JPers ini emang kelewat kreatif. Berbagai polah menarik ia lakukan di Argo. Mulai berlari ketengah padang Cikasur. Ngapain Wid?. Membawa sebagian besar logistik. Dan mengangkut sampah sampai ke ladang.. ck..ck… makasih Posternya!

Andre (Purworejo)
Ngga’ tahu dari mana dia berasal, tapi dia datang membawa “Pasar Ikan” ketengah‐tengah Argo. Naik kereta pakai sepatu tapi saat mendaki hanya pake sandal jepit. Pecinta Alam yang alami sampai nggak tahu ukuran tas dan peralatan mendaki ini selalu siap mengocok perut dengan segudang cerita lucu, besok kalo ada Trip ikut lagi ya Ndre…

Hero (Surabaya)
Siputih yang cepat, itu kata Shanty. Selalu berjalan didepan karena dialah Guide team JPers ini di Argo. Beberapa kali bolak‐balik Argo masih juga nyasar :D. tapi dengan kejadian itu malah menambah rasa kebersamaan kita. Thanks untuk PIN dan nyasarnya. Link nya :http://profiles.friendster.com/12135277 .

Devim Ragilia (Probolinggo)
Sederhana dan baik hati. Setia menjemput JPers yang kemalaman di Baderan. Penyumbang infentaris JPers ini sering bolak‐balik ke Argo untuk nganter anak bimbingnya di PA. Makannya jalannya cepet banget.. pokoknya 4 jempol untuk Devim atas dedikasinya pada JPers trip Argo.

Nereusyanto Raja Gukguk (Malang)
Pecinta dan penggemar berat Medina Kamil ini masih tercatat sebagai mahasiswa semeseter akhir. Nggak tahu kapan lulusnya. Selain itu dia juga ulet sebagai usahawan. Termasuk pembuatan kaos JPers versi Argo adalah hasil karyanya. Ini dia linknya : http://profiles.friendster.com/20709691, http://nereusyanto.multiply.com/ .

Tovic (Malang)
JPers yang mendaftar terakhir pada Trip Argo kemarin. Bermodalkan sepatu boot yang super nyaman. Type pendaki yang sayang temen, mau menunggu temen yang ketinggalan dan berjalan lambat. Salut deh! Shanty banyak makasih tuh sama bang Tovic.

Wahyu Lukman (Surabaya)
Pangeran Cinta, selalu menjadi aktor pada setiap sesi pendakian. Kali ini menjadi pemeran Lembah Cinta, saat yang lain kedinginan dia mendapatkan kehangatan yang tak terhingga sampai “bengkak”. Gimana ceritanya ? sesuai sekenario ngga’ ?

Hengky Pramono (Surabaya)
Type pendaki dengan peralatan lengkap dan memadai. Sampai speaker Mp3 yang mengiringi sepanjang perjalanan adalah miliknya. Meskipun carier nya gede, jalannya cepet juga. Cuma kalo Packing ko lambat ya? Cita‐cita yang selalu terucap adalah pingin mendaki Rinjani sebagai puncak terakhirnya.


Ribut Ari Budianto (Surabaya)
Mendadak ikut trip Argo saat tahu akan mendaki bareng JPers dari beberapa kota. Meskipun Cuma ikut sampai Taman Hidup tapi dedikasinya pada JPers terlihat saat ikut mengantarkan JPers Jakarta di stasiun Semut.

Ipunk, Purwanto (Surabaya)
endaki yang tidak pernah mau muncak. Ini dia orang yang mengenalkan aku dengan dunia pendakian. Tidak ada yang aneh dari anak ini karena semuanya memang sudah aneh. Tanya kenapa??

Arief Lumba‐lumba (Surabaya)
Arek Suroboyo!
Tak banyak kata yang terucap : Gue Suka Gaya Loe !!


Terucap kata TERIMA KASIH untuk:

1. Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam. Atas karunianya menciptakan bumi yang Indah ini.
2. Bang Doddy Johanjaya, untuk Jejak Petualang‐nya, Lafuma, dan Trangia‐nya.
3. Medina Kamil, Riyanni Djangkaru, Syifa Kumala: yang menginspirasikan JPers Indonesia untuk terus mencintai Bumi.
4. Tante NhaNha, atas perhatian dan dedikasinya pada Milis Pejak Petualang.
5. Jendral Mbenk, untuk informasi pendakian dan sambutannya bagi JPers Trip Argopuro.
6. Moderator Milis JPers Indonesia. Dan Rekan‐rekan JPers Indonesia yang telah mendoakan keberhasilan Trip Argopuro ini.


#Terima Kasih dan Mohon maaf atas segala kesalahan Penulisan Nama dan Tempat. Kisah ini adalah Nyata. Diambil dari perjalanan Trip Argopuro milis Jejak Petualang. Argopuro‐Rengganis, 15‐23 maret 2008

Surabaya, 30 maret 2008
koHAN / kohan2282.multiply.com