Sabtu, 31 Oktober 2009

Catatan 10 hari untuk Jambore Petualang Indonesia [2]


Masih dihari pertama…
Pasar Festival Kuningan, 2 Agustus 2009.

Aku dan NCH yang memisahkan diri sejak dari Lapangan Banteng, datang ke Pasfest menggunakan motor jadi lebih cepat dari pada team lain yang akan pindah kumpul disini. Agenda sore ini akan dilanjutkan dengan Rapat pleno terakhir panitia JPI yang sekitar tiga bulan ini rutin dilaksanakan disini maupun di Scoutshop Cibubur. JPI, Sebuah event nasional yang akan diselenggarakan oleh komunitas milis bukan event organizer prof
essional, digerakan oleh sekumpulan anak muda yang selama ini koordinasi lebih banyak dilakukan di submilis, memadati inbox inbox dunia maya. Sebuah terobosan baru dimana senioritas dan prioritas disini bukanlah siapa yang paling lama duduk disuatu jabatan, tapi siapa yang mau berkompeten dan bertanggung jawab dalam bidang yang bahkan mungkin belum pernah ia geluti sebelumnya, bisa dikatakan mereka adalah sekumpulan anak muda yang nekat mencoba-coba menggerakan ribuan masa untuk berkumpul dan berbaur dalam satu petualangan dengan modal kepercayaan dan persahabatan dunia maya yang tidak maya.


Sudah dua kali ini aku ikut ngumpul di Pasfest, gerahnya Jakarta dan sedikit macetnya, mungkin karena hari minggu jadi tidak begitu macet. Sore itu aku sempatkan mandi di mushola Pasfest sebelum ada teman-teman panitia berkumpul. Mandi yang kedua kali juga, dulu yang pertama aku kesini setelah acara Amazing chaity di Himatta dan sedikit berlatih Climbing di wall bersama Jpers dan om Budcay. Dan yang kedua ini akupun mandi lagi setelah seharian menikmati Jakarta hanya cuci muka di stasiun Gambir. Aku kira di Gambir ada kamar mandi yang bisa untuk mandi seperti di Stasiun Kota Jakarta, tenyata malah ada tulisan “DILARANG MANDI”.

Segarnya mandi, langsung kuambil air wudhlu dan sholat azhar di Mushola, didalam ada dua jpers yang sedang asik ngerumpi, “Eh Irda dan Ami”, sapaku pada dua sosok yang sudah cukup lama aku kenal. “bukan Irda mas, tapi Ray” Ray alias Farah menyangkal.. hehe, entah karena mereka yang mirip atau karena aku yang tanpa kacamata sore itu. Tapi memang akhir-akhir ini banyak kemiripan diantara Jpers, ada Irda yang mirip Ray, ada mba Puji yang mirip Riri sama kecil dan ramenya, ada Opay yang mirip Ntik dan Mila, mungkin juga Neneng Nurhasanah masuk disini, ada Rangga yang mirip komandan Obie (lebih seru cerita pertemuan merekan nanti pas hari pertama JPI), ada Ocep yang mirip bang One… argh.. mereka semua membingungkanku, eh ada satu lagi… ada Idur dan aku yang juga nggak jauh beda..xixi.

Sholat azhar selesai, aku dan NCH naik lagi ke sekitar papan panjat Pasfest didepan Bakrie School itu. Masih sepi...hanya satu dua yang kukenal. Kami berdua pun akhirnya memilih untuk mencari minuman segar di foodcourt. Orange juss yang cukup menyegarkan, satu persatu temen-temen Jpers mulai kelihatan diawali dengan Opay yang baru pertama ketemu, Jemmi, mba Puji, teh Epik, dan mba Yeni yang dulu ketemu di JP Camp Ciheurang. Mereka pun memilih bergabung dimejaku daripada memulai rapat di pelataran bawah.
 
Opay, baru ketemu saat itu tapi tidak terasa asing, karena sudah setiap hari chating di Yahoo Messenger!. Aku kecanduan online di YM, dari pada di jejaring social seperti FB maupun yang lainya, meskipun aku juga punya semua accountnya. Di YM dengan emoticon yang lucu dan unik ekspresinya, selain itu juga mudah konek dimanapun meskipun a
ku dari rumah dengan PC DELL buildup-ku. Saat itu Opay yang sedang merasakan tidak nyaman dengan tenggorokanya memilih memesan teh hangat, dan ternyata teh yang disuguhkan adalah teh Poci Tegal lengkap dengan satu teko, dua cangkir kecilnya juga nampan yang terbuat dari tanah liat dan gula batu yang sempurna melengkapinya…

Sesaat aku teringat dengan buku Musashi yang sudah dua bulan ini kubaca dan belum kelar, sebuah cerita rakyat Samurai Jepang Kuno setebal 1247 halaman, dahulu pada masa perang Dunia ke 2, merupakan cerita bersambung di koran harian Jepang selama 3 tahun yang kemudian dibukukan dan menjadi salah satu buku berpengaruh disana. Ada satu adegan ya
ng kuingat dimana Koetsu, seorang seniman tembikar dan pelukis pernis sedang menyambut tamuanya, Musashi, dengan jamuan upacara minum teh. Dimana kebangsawanan dijepang ditunjukan salah satunya dengan ketrampilan dari si bangsawan tersebut dalam upacara minum teh. Koestu melakukanya dengan sempurna, jiwa seni dalam diri seorang bangsawan jepang yang manakjubkan. Bebeda dengan Musashi seorang Samurai tak bertuan yang tidak betah menjalani upacara tersebut, lebih memilih duduk bersila dari pada bersimpuh menunggu teh dituangkan ke cawan minumnya... xixi… Sore itu aku pun menuangkan The Poci memenuhi kedua cangkir. Meminumnya berulang kali, bahkan yang  punya si Opay kalah banyak dari yang kuminum. Aku sangat menikmati minum teh. Dan kadang masih melakukan upacara minum teh kecil dengan Teko tanah milik ibu kos yang kutemukan tak terurus digudang. Maaf ya Opay…

Beberapa kelompok kecil mulai meramaikan pelataran pasfest, aku pun mengikuti brefing dari bang Ori, senior milis yang juga baru pertama  kali itu kutemui.  Satu persatu ketua seksi kegiatan melaporkan persiapan mereka. Aku yang baru pertama kali ikut rapat hanya menyimak sambil sesekali menyalami teman-teman yang baru datang. Ada Obiers, Ambon, Mira Hamzah yang ternyata masih anak kecil, sangat berbeda dengan foto cubbynya di FB, Ada teh Qim dan Kevin dengan sebakul combro-nya… dan banyak lagi
sahabat yang seminggu kedepan akan terus menemani di Jakarta.

Ups! terabaikan nasib temen senasib sepenang
gunangku, NCH, akhirnya dia pamit disaat aku sibuk mendengarkan celoteh dari Ibu Negara (teh Epik) atas permintaanya padaku untuk menjadi team penerima peserta JPI di meja sekretariat nantinya. Maaf yang banyak ya mass…., terima kasih telah menyambut kedatanganku kembali di Jakarta.


Jam 11 malam satu persatu panitia berger
ak meninggalkan Pasfest, aku masih mengikuti rombongan Sioux yang sejak pagi tadi sudah kuikuti. Kali ini harus menyesaki Kijang teh Owien. Mengantarkan ke Apartemen teh Owien dan kemudian dilanjutkan dengan taxi ke Scoutshop Cibubur. Hampir tengah malam sampai sana, langsung terkapar sambil menikmati Nasi goreng yang dibelikan Rizky… dan satu persatu tidur nggak teratur di lantai Soutshop….ZZZ.zz.ZZz…


foto ngambil disini, dari pada nggak ada (thanks riri)

Bersambung….
 

SMILEY NATIONAL REPTILE CONTEST & EXHIBITON 2009

Start:     Nov 13, '09
End:     Nov 15, '09
Location:     BALLROOM GALAXI MALL SURABAYA
SIOUX - Lembaga Studi Ular Indonesia- akan ikut serta dalam SMILEY NATIONAL REPTILE CONTEST & EXHIBITON 2009, yang diselernggarakan di Galaxi Mall Surabaya pada pertengahan bulan November 2009 ini. Beberapa personil SIOUX akan datang langsung dari Jakarta dan Jogja, juga beberapa Muscle yang ada di Surabaya, termasuk Aji Rahmat sebagai salah seorang pendiri SIOUX juga akan hadir.

Yuk, kumpul dan belajar tentang berbagai reptil disini..


-han-

Senin, 26 Oktober 2009

Catatan 10 hari untuk Jambore Petualang Indonesia [1]


***
Tiga kali aku mengikuti trip panjang dijakarta, tapi tidak satupun capter yang aku buat, sekedar untuk mengingat langkah pernah dijalani, mungkin juga jejak yang pernah tertinggal. Ataupun tatapan baru yang akan selalu mengisi perjalanan kita. Ciee….. ya selain termotivasi dengan beberapa catatan perjalanan temen-teman dikepanitian JPI, aku juga pengin mencoba belajar menulis lagi, setelah beberapa bulan kemarin mulai jarang aku lakukan, mungkin juga ini salah satu efek negatif dari jejaring sosial yang berlatar biru itu.. OK, aku mulai dengan 10 hari cerita diperjalanan JPI ini, ada banyak kesan dan ilmu disana. Sesuatu yang sangat berharga yang akan sangat sayang jika terbuang tanpa satu tulisanpun untuk pembelajaran diriku nantinya…
***

Kita Mulai…


Surabaya, 1 Agustus 2009

Baru kali ini aku ngantor bawa ceril, cukup mengundang tanya penasaran dari petugas satpam di pos 1 dan pos 2 kantorku yang berada didepan pasar Keputran itu. Jangan-jangan bawa bom.. hehe.. kaya bom di JW Mariot kemarin, kan yang memasok bom kedalam hotel juga orang dalam hotel itu sendiri. Ceril 50lt yang penuh berisi persiapan selama 10 hari mendatang, berisi kebutuhan standar untuk hidup dialam bebas dan kebutuhan hidupku nanti selama di Jakarta. Karena sebelum keacara utama di Ranca Upas. Aku akan membantu persiapan panitia Jambore Petualang Indonesia di Jakarta. Semoga saja tenagaku tidak sia-sia nanti…
 
Dari kantorku yang hanya berjarak sekitar 3km dari pasar Stasiun Pasar Turi aku diantarkan untuk mengawali perjalanan ke kota Jakarta menaiki kereta Gumarang. Kali ini aku mengambil 10 hari jatah libur, dengan 6 hari cuti dan masing-masing 2 hari di awal dan diakhir adalah bonus libur pergantian shift. Jatah libur yang cukup menggiurkan yang bisa diambil kapan saja. Setahun ini saja aku sudah mengambil hampir 30 hari libur, dan semuanya aku gunakan untuk jalan-jalan, mulai dari ikut liputan team Jejak Petualang di Cangar, Amazing charity di Himatta, Nuansa ular di Malang, Trip ke Bromo, mudik dan ikut Nuansa Ular di Jogja, dengan rata-rata pengambilan hari libur 4 sampai 6 hari. Kebetulan aku bekerja dengan sistem kerja Shift, dimana jadwal yang sudah ada boleh diacak-acak dibawah tangan oleh satu team. Sesuai kebutuhan masing-masing personal dan bosku pun dengan sangat terbuka mempersilahkan proses acak-acak itu, dengan komitmen selalu ada yg jaga dikantor (meskipun bekerja  long shift sampai 24 jam lebih) dan penagihan absensinya tidak berubah sesuai jadwal yang sudah dibuat.

3 tahun ini aku menikmati kerja Shift, memang awalnya merasa aneh, saat yang lain libur aku tetep bekerja dan kebalikanya saat yang lain bekerja aku bisa nyaman jalan-jalan. Lebih sumpek lagi saat ada libur panjang nasional, sudah dipastikan aku akan jadi anak kantoran full time…system kerja seperti ini sangat bisa dinikmati bagi orang-orang yang menikmati keluyuran sama seperti aku. Tidak begitu terikat oleh waktu, tapi harus tetep mempunyai loyalitas meskipun libur (lebaran/natal/tahun baru) harus rela jadi penjaga perangkat di kantor.

10 hari kedepan sudah ku-planing beberapa kegiatan padat yang akan mengisi liburan, atau tepatnya pindah kerja, dari yang biasanya mijitin keyboard dan ngelus-elus mouse mungkin nanti akan sedikit berkeringat disana. Tidak ada yang menarik salama berada dikereta, hanya ditemani seorang mahasiswi IPB yang juga berasal Surabaya.

 
[Hari Pertama]
Lapangan Banteng, Jakarta, 2 Agustus 2009

Masih 6 hari lagi menuju Jambore Petualang Indonesia 2009, yang baru pertama kali digelar oleh patualang-petualang muda Indonesia yang bergabung dalam Jejak Petualang Community dan juga dari berbagai elemen komunitas dalam satu Panitia JPI 2009.
 
Setelah 13 jam perjalanan dikereta bisnis dari stasiun Pasar Turi Surabaya sampai ke Stasiun Gambir, sekitar pukul 7 pagi itu aku memasuki kota Jakarta dengan disambut Tugu Monas yang menjulang. Jakarta yang mulai panas dan ramainya warga ibu kota yang sekedar menikmati liburan akhir pekan.

Masih dengan Cerilku yang cukup berat, aku berjalan menuju ke Lapangan Banteng. Sebelumnya aku sempet googling di wikimapia lokasi Lapangan Banteng, ternyata tidak terlalu jauh dari Stasiun Gambir, jadi aku berani ambil inisiatif untuk jalan kaki dari stasiun. Awalnya pengin masuk ke sekitar lapangan Monas, hanya saja aku tidak
tau jalan masuknya setelah cukup lama berputar-putar di area parkir Bus Gambir, Sempat terpikir untuk lompat, pagar tapi tidak mungkin… (kebiasaan jelek dikampung...hehe) dan akhirnya memilih menaiki tangga busway disebelah utara Gambir itu, dan menyeberang terus keutara sampai ke Masjid Istiqlal, dan belok kekanan menuju Lapangan Banteng. Disana aku masih menunggu team SIOUX yang baru memasuki lokasi sekitar pukul 8 pagi.

Duduk sendiri menikmati pameran FLORA dan FAUNA melihat lihat muda mudi yang sedang asik pacaran ataupun olah raga. Sarapan kerak telor yang bikin seret minta ampun ditenggorokan…haha (wuih… berasa jadi orang jakarte’ pagi-pagi sarapan kerak telor, pancene cah edan :P )

Agenda hari ini adalah ikut kegiatan SIOUX Lembaga Studi Ular Indonesia, yang diundang oleh Komunitas Reptil Jakarta, untuk mengisi materi Ular di pameran FLONA itu. Ini juga ketiga kalinya aku ikut kegiatan SIOUX, sebelumnya di Nuansa Ular Malang dan Jogja. Kenal SIOUX berawal dari mas Aji yang menyuruhku untuk ngerapihin theme Multiply SIOUX Indonesia. kebetulan juga mas Aji adalah moderator milis Jejak Petualang dan pernah jadi prenseter di beberapa program petualangan tv dan juga salah seorang pendiri SOIUX.

Entahlah, dulu aku bener-bener nggak suka dengan acaranya mas Aji, yang lebih sering mendampingi Ulung Putri maupun Nuray Rifat. Selain karena aku bener-bener masih takut  dengan hewan melata yang namanya Ular, juga merasa kasihan aja adengan ular-ular itu. Tapi seiring dengan kenal mas Aji dan SIOUX-nya, aku malah penasaran dan akhirnya ikut gabung menjadi Muscle Sioux, bukan karena banyak pengalaman tapi kerena penasaran ingin belajar dan mengenal lebih binatang yang sangat mematikan itu.

Pukul 9, satu persatu team SIOUX mulai kelihatan di tengah Lapangan Banteng, dibawah tugu orang yang sedang sedang berdiri dengan tangan terlepas dari rantai, mungkin merupakan simbol kebebasan. Acarapun dimulai, dengan rasa penasaran dan takut dari penonton (peserta apa penonton ya?). Pengenalan ular secara biologis dan maupun sesuai tingkat bisa-nya serta dengan ditunjukan jenis-jenis ular koleksi dari SIOUX, aku hanya bantu-bantu masang banner sambil temu kenal dengan temen-temen dunia maya yang selama ini hanya ketemu dimilis JP maupun milis Sioux.

Pukul 1 siang, diterik Jakarta yang tidak jauh beda dengan panas kota Surabaya, team berkumpul dan saling memperkenalkan diri, ada banyak nama-nama yang selama ini aku kenal dimilis, saat ini ketemu langsung, banyak juga wajah-wajah yang hampir setahun ini bertemu disetiap acara JPComm. Ada satu temenku yang setiap aku ke Jakarta selalu menyempatkan untuk menjemputku, NCH, temen 3 tahun kos di Purwokerto saat masih STM dulu.

Nurcholis (pake baju hijau) atau NCH adalah temen senasib sepenanggunganku (halah!!) dengan banyak kesamaan antara aku dan dia, antara lain : memiliki tanggal lahir, bulan dan tahun yang sama (tentunya jadi berkarakter kepribadian yang sama juga) ; sama-sama tiga tahun dikos ditempat yang sama di Purwokerto, bahkan yang selama 2 tahun terakhirnya dikamar yang sama ; suka dan ikut satu olah raga beladiri yang sama juga ; pernah berkecimpung didunia kegunungan alias jadi wong nggunung ; dan yang terakhir bekerja diperusahaan yang sama dan bagian yang sama, hanya saja dia di Jakarta dan aku di Surabaya, jadi kami sering koordinasi juga untuk kerjaan yang sama. Hahaha… dan sekarang perut kami sama-sama lebih menonjol xixix…..ancur dahh….




























Foto saat acara SIOUX dipameran FLONA ada di MP SIOUX

 

Bersambung...

 


Gigi-ku rimpil seperlimanya... mungkin ini yang bikin aku nggreges semingguan ini... oalah.. ngene tok, sesaat setelah patah ko suasana kembali normal...badai laut selatan seolah tak pernah lewat, apalagi sentuhan sisuter cantik..benar-benar tak terasa lagi... semoga bener dan tidak ada indikasi lain... ;)

Minggu, 18 Oktober 2009

Tips dan Trik "BERTUALANG DI PEDALAMAN KALIMANTAN"

from        : Dody Johanjaya
to           : jejakpetualang@yahoogroups.com

dateSun, Oct 18, 2009 at 10:54 PM

subject[JPers] Tips dan Trik : BERTUALANG DI PEDALAMAN KALIMANTAN


"Tidak disarankan berjalan-jalan di hutan menggunakan sandal gunung apalagi sandal jepit. Sandal tidak melindungi kaki dari batu, patahan kayu tajam, akar dan lain sebagainya. Disarankan berjalan di hutan memakai sepatu, lebih baik lagi sepatu yg khusus digunakan untuk berjalan di alam bebas, karena biasanya punya alas kaki anti licin. Kaki yang sehat adalah segalanya di hutan agar kita bisa berjalan, bila kaki kita terluka maka 50% kemampuan kita bertualang di hutan berkurang."

Sungai-sungai di Kalimantan terutama di bagian hulu mempunyai karakter, badan sungai yang sempit, berbatu-batu, berjeram dan berarus kuat. Sehingga sarana transportasi andalan masyarakat di pedalaman Kalimantan adalah long boat (perahu panjang), perahu tempel (ces) dan ketinting (perahu kecil dengan penggerak mesin dengan batang panjang di bagian belakang ditambang baling baling).

Perahu-perahu ini digunakan sesuai karakter sungai yang ada. Menggunakan perahu apapun yang wajib kita bawa dan kita pakai adalah pelampung. Yang bisa berenang atau yang tidak bisa berenang, wajib memakai peranti penyelamat ini agar apabila kita terhempas keluar perahu, badan masih bisa terapung. Karena di jeram yang kuat, arus air bisa menyedot badan manusia ke dalam, hal ini sangat berbahaya, bagi perenang handal sekalipun.

Oh yah sebelum menyewa perahu ketintin, pastikan harga sewa sudah disepakati terlebih dahulu, apakah harga sudah termasuk minyak (bensin atau solar), makan minum awak perahu dan sebagainya. Buatlah kesepakatan diatas kertas, agar jelas dan ada bukti bila terjadi perselisihan. Bayarlah sewa perahu bila kita sudah sampai tujuan, kita kasih uang hanya untuk beli minyak.

Karena hampir semua perahu besar maupun kecil di Kalimantan tidak beratap. Panas dan angin langsung mengenai tubuh, maka disarankan menggunakan rain coat atau jaket hujan, topi dan pelindung mata (sun glasses). Rain coat, selain melindungi diri dari panas dan angin juga bisa menahan air hujan dan cipratan air sungai akibat jeram besar.

Awak ketinting biasanya dua orang, satu di belakang (motoris) adalah nahkoda yang mengemudikan ketinting, dialah pilot ketinting, orang nomor satu yang wajib dipatuhi segala perintahnya. Motoris adalah orang yg bertanggungjawab atas keselamatan ketinting dengan segala isinya. Kemudian orang kedua adalah juru batu yang duduk di bagian depan perahu. Juru batu adalah pembantu motoris orang kedua di perahu, dia kepanjangan tangan dan mata motoris, untuk mengarahkan perahu melewati jalur yg aman, menghindari batu yang menghadang dan memilih alur perahu melibas jeram-jeram yang menghadang, namun semua keputusan akhir yg diambil kemana arah perahu dijalankan tetap dipegang motoris.

Ketika naik ketingting, duduk lah ditempat yang disarankan oleh motoris jangan memilih tempat sehendak kita, seperti cari tempat yang nyaman dan enak, karena motoris tahu persis keseimbangan perahu. Duduk santai dan jangan membuat gerakan tiba-tiba dan tidak perlu. Ketinting didisain panjang dan ramping agar mampu membelah jeram dan meliuk-liuk diantara bebatuan dengan lincah. Maka berat barang bawaan pun perlu diperhatikan. Ketinting tidak mampu membawa banyak barang. Kalau barang bawaaan banyak maka kita butuh banyak ketinting untuk membawa barang kita. Saking kecil dan rampingnya ketinting, permukaan air sungai sangat dekat dengan sisi badan perahu, sehingga mudah sekali air masuk kedalam perahu, sehingga ketintingpun mudah terbalik.

Bila kita membawa peralatan elektronik, seperti lap top, mp3 player. camera digital, camcorder dan sebagainya, bungkuslah dengan plastik semua peralatan tersebut, untuk menghindari basah kena cipratan air sungai. Lebih baik lagi kalau semua peralatan elektronik tersebut dimasukan dalam dry box atau dry bag, sehingga kalau-kalau peralatan tersebut kecemplung ke sungai, atau perahu terbalik masih terapung dan bisa diselamatkan.

Kalau tidak ingin melelewatkan momen bagus disepanjang sungai, siapkan kamera dengan hati-hati dengan pelindung plastik. Ambil momen penting, kemudian masukan kembali dalam pelastik demikian seterusnya. Jangan coba-coba mengeluarkan peralatan elektronik ketika perahu melewati jeram, sangat berbahaya dan bereseiko tidak hanya ke barang namun jiwa kita. Berjaga-jaga agar kamera terlindung dari cipratan air yang sewaktu-waktu dapat menimpa tubuh kita.

Ketika sampai di tempat tujuan, motoris akan mencari lokasi yang aman untuk ketinting mendarat, kalau tidak ada dermaga maka yang dicari adalah tanah landai, batang pohon besar, atau batu besar. Jangan turun atau membuat gerakan tiba-tiba. Tunggu aba-aba motoris atau juru batu (pembantu motoris) di depan. Biasanya juru batu akan menambatkan dulu perahu di batu atau batang pohon. Kemudian dia akan memegang badan ketinting, setelah dirasa aman dan stabil maka penumpang dipersilahkan turun satu-satu.

Tidak disarankan berjalan-jalan di hutan menggunakan sandal gunung apalagi sandal jepit. Sandal tidak melindungi kaki dari batu, patahan kayu tajam, akar dan lain sebagainya. Disarankan berjalan di hutan memakai sepatu, lebih baik lagi sepatu yg khusus digunakan untuk berjalan di alam bebas, karena biasanya punya alas kaki anti licin. Kaki yang sehat adalah segalanya di hutan agar kita bisa berjalan, bila kaki kita terluka maka 50% kemampuan kita bertualang di hutan berkurang.

Masuk pedalaman Kalimantan diusahakan membawa perbekalan makanan yg cukup, walaupun di pedalaman kadang ada warung namun harganya selangit. Kalau terpaksa kita mau berbelanja di warung, perhatikan baik-baik masa berlakunya, karena beberapa makanan instant masa berlakunya sudah habis, karena lama tidak terjual.

Pedalaman Kalimantan terutama Kalimantan Timur seperti di kawasan Sungai Kayan, Hulu Bahau atau di Taman Nasional Kayan mentarang kondisi alamnya masih alami di bandingkan kawasan lain. Di sinilah surga bagi satwa liar, kita kadang bisa menyaksikan satwa aliar minum air disepanjang sungai. Satwa yang kita saksikan diantaranya babuy (babi), pelanduk (kancil), payau (kijang), banteng, beruang madu, macan akar, ular dan sebagainya.

Walaupun mereka liar dan hidup bebas di alamnya, kita tidak perlu takut. Karena pada dasarnya satwa-satwa yang hidup di hutan takut manusia, mereka akan menghidari manusia kalau tercium baunya. Demikian juga dengan ular, mereka akan langsung kabur bila jumpa manusia.

Yang perlu diperhatikan disini adalah beberapa serangga yang berbahaya seperti lebah dan penyengat. Bila masuk hutan yg rapat perlu diperhatikan lintasan jalan yg akan dilalui, bila jumpa sarang lebah lebih baik ambil jalan memutar, jangan sampai kita mengganggu apalagi merusak sarang lebah, karena serangan lebah sangat mematikan, bila tidak ditangangi dengan cepat. Sama halnya dengan penyengat, sangat menyakitkan bila terkena badan. Nyamuk banyak di hutan terutama pada sore hari, semakin malam akan berkurang. Membawa lotion anti nyamuk sangat disarankan untuk menahan serangan nyamuk. Lotion nyamuk juga berguna untuk menangkal pacet yg banyak terdapat di areal hutan yang basah dan lembab.

Semoga tulisan singkat ini berguna dan bermanfaat bagi yang akan jalan-jalan di Kalimantan.
Selamat bertualang ..... jangan lupa selalu berdoa :)


Salam,

Dody Johanjaya
warungjp@gmail.com

(Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman bertualang ke pedalaman Kalimantan seperti, Hulu Sungai Mahakam, Hulu Bahau, TN. Kayan Mentarang, Hulu Sungai Kayan, Hulu Sungai Kapuas, Taman Nasional Betung Kerihun, Long Bawan, Long Alango, Long Pujungan, Apauping…..dan hulu sungai lainnya di Kalimantan, berjumpa dan hidup bersama masayarakat Dayak)


diambil dari milis JEJAK PETUALANG COMMUNITY



Sabtu, 03 Oktober 2009

Ketemu RD lagi.. :)




Salah satu yang menjadi magnet dari acara JPI ini adalah kehadiran Riyanni Djangkaru, Syifa Kumala, dan om Doddy Johanjaya selama JPI. dan RD hanya sempat datang dan berbagi kisahnya di JPI Night "Dugem (duduk gemetar) with star"


Sempet pangling saat pertama ketemu RD di ruang VIP, karena saking cantik dan anggunya dia malam itu (hush!! istri orang tuh... hehe). malah dia yang menyapa duluan "Hans Handoko"... cihuy.. dan kemudian dikenalkan dengan Suami serta Bapaknya RD yang kebetulan malem itu diajak ke Ranca Upas, sedangkan si kecil Biam, ditinggal dipenginapan karena masih tidur.

Tidak bisa lama bercengkrama dengan RD, karena beliau harus ke Bali esok hari untuk melanjutkan kerjaanya. hanya sedikit mendengarkan kisahnya selama beberapa bulan "Come Back di Jejak Petualang", thanks ya teh...

kalo Syifa, hm.. siapa sih JPers yang gak kenal neng geulis dari bandung ini, dia sangat care dengan JPers, hampir setiap kegiatan yang diselenggarakan komunitas, dia selalu turun serta menjadi bagian dari panitia, dan di JPI ini syifa juga jadi salah satu dari panitia... udah cantik, baik hati lagi.... love you ya cii...

Sempet dengar Ulung Putri datang juga, sayang siang itu aku masih sibuk dengan beberapa kerjaan, alhasil nggak ketemu dengan Ulung.. hanya melihat foto2-nya.. padahal pengin bangetttt...

nah kalo Medina Kamil... entah, dia jarang kumpul dengan JPers... cuma sempat ketemu di Talk Show dimalang. dan liat dia pas di ulah JP april kemarin,....

next.. masih belum ketemeu ka Mentari KP, Nuray Rifat....

:)


Jambore Petualang Indonesia




ngumpulin dari beberapa album foto FB temen-temen, maklum nggak punya kamera, jadi kerjanya ikut nampamg aja...

Mohon ijin untuk upload foto-fotonya yaa..

Jumat, 02 Oktober 2009

Langkah yang terbenam LUMPUR

29 Mei 2006- 29Mei 2009 :: Lumpur Lapindo ::
31 Mei :: Ultah Kota Surabaya ::

Surabaya-Porong, 30 Mei 2009


 
Musibah!! Kita tak akan pernah tau kapan datangnya. Dan tak ada seorangpun yang mengharapkan datangnya musibah tersebut, besar atau kecil, disengaja atau tidak. Seperti halnya luapan lumpur panas di Porong yang pertama kali keluar pada tanggal 29 mei 2006. Dan tiga tahun sejak luapan itu lumpur itu telah menenggelamkan sedikitnya 3 desa, Renokenongo, Siring, dan Besuki. Ribuan saudara kita menjadi korban dari sebuah musibah yang sampai saat ini masih dipertentangkan, apakah musibah tersebut merupakan fenomena alam atau karena kesalahan manusia, dalam hal ini PT Lapindo sebagai pihak penambang yang dimintai pertanggungjawab.

Porong terletak 14 km diselatan kota Sidoarjo, berbatasan langsung dengan Kabutapen Pasuruan dan Selat Madura, sehingga porong merupakan jalur darat utama untuk menuju kewilayah Indonesia Timur. Dampak dari luapan lumpur panas yang telah menenggelamkan akses jalan Tol Gempol sangat memukul roda perkonomian tertutama disekitar Jawa Timur. Bnayak Pabrik yang terpaksa tutup karena biaya operasional yang terus membengkak, imbasnya ribuan karyawan di PHK.

30 Mei 2009 kemarin, aku yang memang suka jalan-jalan (jalan kaki). Ingin melihat luapan lumpur itu dari dekat. Meskipun sudah 3 tahun musibah itu terjadi belum sekalipun aku melihat dari dekat pusat semburan itu. Selama ini hanya melewati jalan raya porong disebelahnya yang selalu macet. Dengan beberapa sekenario yang telah direncakan akhirnya saya berniat untuk jalan kaki dari ketintang (kos) menuju ke pusat semburan sejauh kurang lebih 25 km. sekenarionya adalah, Perjalanan dari Ketintang (Surabaya) ke Sidoarjo aku berjalan sendiri, sedang dari Sidoarjo akan ditemani Nurul. Dan nanti pulangnya akan dijemput oleh teman-teman dari JPComm.

Pagi itu dimulai pukul 5:30 pagi, aku mulai melewati jalanan Surabaya yang masih lengang, karena hari minggu jalan A.Yani yang biasanya padat merayap hari ini sepi. Terus keselatan berjalan disisi barat jalur utama menuju kota Surabaya tersebut. Tidak ada yang aneh, awal tahun 2008 kemarin aku pernah menempuh jalan kaki dari Bungurasih menuju kosku, 5 km selama 2 jam. Sampai dibundaran Waru aku memilih untuk pindah ke sisi timur dengan melewati jembatan penyebrangan. Dan terus keselatan di bawah jalan layang Bungur kembali aku pindah ke sisi kanan jalan. Berjalan melawan arus kendaran akan merasa lebih aman, karena kita bisa melihat semua kendaran yang lewat. Berbeda dengan berjalan disisi yang searah, karena kendaraan dari belakang kita jadi lebih waswas..

Sekitar pukul 10. 4 jam setelah berjalan kaki sampailah di depan SMU 1 Sidoarjo. Disini aku menunggu Nurul yang memang berencana mengikuti trip gilaku yang ke 3 ini. Setengah jam menunggu ternyata cukup membuat otot kakiku kaget.. akhirnya harus berjalan dengan sedikit nyeri di kaki. Melewati sisi kiri jalanan sidoarjo, memasuki pasar yang sebenarnya adalah Trotoar untuk pedestrian yang malah berubah menjadi padat dengan lapak-lapak pedagang kaki lima, potret sudut negara berkembang, dimana fasilitas umum selalu tersisihkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sebagian rakyatnya

Selepas keluar dari kota Sidoarjo, suhu panas jalanan ini semakin terasa belum lagi mulai jarangnya pepohonan yang melindungiku dari sengatan matahari. Yah seperti berjalan digurun ditambah dengan sauna polusi dari kendaraan bermotor yang mulai memacetkan jalanan. Memang tidak ada yg tau kalo aku dan Nurul niat jalan kaki ke Porong. Seperti kisah ini ditulis oleh Nurul di facebook-nya dengan judul : Kencan Tak Romantis Surabaya–Porong,  karena memang tak ada romantisnya. Sampai disekitar daerah Candi, aku yang sudah lebih dari 5 jam berjalan dan hanya beristirahat lama sekali sudah mulai kurang staminanya, belum lagi kaki kanan yang mulai nyeri… dan jalanan panas yang semakin terang tanpa peneduh.

 

Menjelang pukul 1 siang,

gundukan tanah hijau itu sudah mulai kelihatan,

angkuh membatasi langkah manusia,

menimbun ribuan mimpi dari ribuan jiwa..

tanggul lumpur panas…

 

Setelah 7 jam perjalanan yang tak akan pernah dibiliang “logis” ini. Setelah ribuan langkah dari jarak 25 km. Entah apa yang aku cari, tapi aku menikmatinya.. menikmati setiap langkah yang aku pijakan, menikmati setiap keramaian kaum-kaum marjinal yang menjajakan hidupnya dijalanan demi sesuap nasi. Aku menikmati kehidupan ini dari jalanku. Mecoba melihat kehidupan ini dari sudut yang bebeda menjadi bagian dari yang tersisihkan.

Tanggul kolam besar Lumpur Panas Lapindo yang sudah 3 tahun berdiri tanpa solusi yang pasti. Akhirnya aku berdiri diatasnya. Sebuah tempat yang berlabel wisata LAPINDOMIRE, tanpa kata… disana memang terjadi musibah. Musibah yang akan semakin mendekatkan kita pada kebesaran Tuhan, atau malah ingkar karena tuhan tak pernah lagi menyayangi kita.

Dan aku menjalani perjalanan ini bukan untuk menikmati musibah saudaraku, hanya ingin ikut merasakan keprihatinan itu… kepedihan itu. Satu sahabatku dari JPComm, Zainul Mutaqin. Dia adalah satu anak pengungsi yang menjadi korban dari luapan itu. Dari beberapa chating-ku dengan nya, dia lebih senang berada dipengungsian dari pada di rumah kontrakan barunya. Disana dia bisa bermain bersama teman-temanya. Teman yang dulu tinggal disekitar porong yang kini terbenam lumpur.

Akhirnya perjalanan ini diakhiri dengan datangnya teman-teman JP Comm yang menjemputku. Ada Daoi Fani, Ieaz, Dadank, Wahyu dan Hero yang mengantarku kembali keasalku…

 

Thanks to all..

Semoga Musibah ini kini bukan menjadi komoditas politik demi sebuah jabatan Ketua Umum Partai…


foto lengkap di: http://kohan2282.multiply.com/photos/album/102


-[han]-

Langkah yang terbenam LUMPUR




29 Mei 2006- 29Mei 2009 :: Lumpur Lapindo ::
31 Mei :: Ultah Kota Surabaya ::

Surabaya-Porong, 30 Mei 2009

Musibah!! Kita tak akan pernah tau kapan datangnya. Dan tak ada seorangpun yang mengharapkan datangnya musibah tersebut, besar atau kecil, disengaja atau tidak. Seperti halnya luapan lumpur panas di Porong yang pertama kali keluar pada tanggal 29 mei 2006. Dan tiga tahun sejak luapan itu lumpur itu telah menenggelamkan sedikitnya 3 desa, Renokenongo, Siring, dan Besuki. Ribuan saudara kita menjadi korban dari sebuah musibah yang sampai saat ini masih dipertentangkan, apakah musibah tersebut merupakan fenomena alam atau karena kesalahan manusia, dalam hal ini PT Lapindo sebagai pihak penambang yang dimintai pertanggungjawab. ...
...
Dan aku menjalani perjalanan ini bukan untuk menikmati musibah saudaraku, hanya ingin ikut merasakan keprihatinan itu… kepedihan itu. Satu sahabatku dari JPComm, Zainul Mutaqin. Dia adalah satu anak pengungsi yang menjadi korban dari luapan itu. Dari beberapa chating-ku dengan nya, dia lebih senang berada dipengungsian dari pada di rumah kontrakan barunya. Disana dia bisa bermain bersama teman-temanya. Teman yang dulu tinggal disekitar porong yang kini terbenam lumpur.
....

capter lengkap di : http://kohan2282.multiply.com/journal/item/73/Langkah_yang_terbenam_LUMPUR

semua foto diambil oleh : Nurul Aneh

-han-