Sabtu, 26 Desember 2009

Alhamdulillah... bulan-bulan yang menakjubkan...banyak tulisan-tulisan kecil yang memenuhi Blog di MP.... terimakasih untuk inspirasinya...

Catper Slamet [10] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...

Dari Base Camp kami diantar sampai ke Terminal Purwokerto yang berada diselatan perempatan Pancuwaris itu, tempat dimana aku bertemu dengan mas Pherlee yang sempat mengantarkan team ini sampai ke Pintu masuk di wisata Baturraden kemarin. Disana tangan ini serasa tak mau melepas salam hangat dan peluk untuk berpisah… mata ini pun tak mau mengijinkan perpisahan itu… hiks.. kau meninggalku sobat menuju kota penuh mimpimu. Aku pun meninggalkan terminal itu tanpa alas kaki….

Mendaki gunung lewati lembah
Sungai mengalir indah ke samudra
Bersama teman bertualang
Tempat yang baru belum pernah terjamah

Suasana yang ramai di tengah kota
Slalu waspadalah jika berjalan
Siap menolong orang di mana saja

Gozaru Gozaru itulah asalnya
Pembela kebenaran dan keadilan
Hai.. JPers Merbabuers

Di dahan pohon ia mulai beraksi
Menjaga anak-anak bermain di taman
Bunga-bunga terbang ke awan
Membawa hati kita bertualang

Ost-Ninja Hatori yang selalu kami nyanyikan sepanjang perjalanan... ;))




Terima kasih tak terhingga…
- Untuk Alloh SWT yang telah menyuguhkan rerimbunan hutan sepanjang tangga-tangga apik menuju istana hijau.
- Warga Bambangan-Purbalingga yang telah menjaga hutan itu, meski mata air tidak banyak mencukupi kebutuhan disana.
- Sekar Wangi Puja Laras : Untuk inspirasi dan telah mengantarku hingga akhirnya dan mengunjungi dan mencintai puncak merah disana. Wangimu menyelaraskan  kehidupan ditenda-tenda kami.
- Komandan Obie : semakin pantas kau menyandang pangkat yang dulu pertama kusebutkan di Argo… kau masih pendiam sobat, tapi mampu memimpin kami lagi disini.
- Opay : yang telah menjadi teman seteam kecil dan menjadi salah seorang dari The Fellowship of my Karrimor.. [Thea-Jabrix-Hero-Opay]. Terima kasih telah berbagi banyak cerita disana, dan membenarkan nada lagu opening Ninja Hatori… hiyaaaaa..
- mas Sen alias om Coin dari Merbabuers : kayaknya berat sekali ceril yang kau bawa. Sosok teman setia yang selalu mengiringi perjalanan lambat kami.
- Jiteng: untuk foto-foto yang kau ambil dari 1000D… dan tingkah polah hardcore-mu yang bikin ngakak.
- DCumi: sumpah keren abis…. sekilat cahaya kau meninggalkanku dari Selter sampe Base Camp.
- Ikwan: sahabat baik Opay sejak kuliah maupun digunung, ternyata ada misi terselubung disana… apa ya?
- Anak Komplek + the Brownies [Faris, Hero, Redi] : kecepatan kalian tak mampu aku tandingi… malu sama umur dah.
- Riri Putri Sanca Dewi : yang selalu kusuka dengan pakaianmu yang selalu ngepas serta celoteh rame dari nada yang sumbang mu... aku masih utang Ice Cream sejak JPI.. selalu kuingat.
- Andri Cempluk : yang telah mencarikan mobil carteran dengan wajah memelas, kenapa kau meninggalkan kami lebih awal?
- Jean Sisca : anak durhaka dari Purbalingga yang telah menemani selebrasi kecil dipuncak tertinggi.
- Cobus, Vincent dan Benno : dari team Deuter Biru, teman baru dan ternyata kalian MPers juga… like this deh…
- Bagus : salam kenal bro… selama ini lebih banyak ketemu di pesbuk.
- Bang One dengan kedua teman kantornya : team siap siaga setengah mati rela menjemput pasukan yang tertinggal.
- mas Guruh dan muridnya Ajat : Akhirnya kita nanjak bareng pak guru..dan muridnya.
- Gabriella aka Gaby dari Cekoslovakia, senang berkenalan denganmu, aku pantas malu padamu, kau mempelajari bahasa kami (Indonesia dan jawa) dengan baik… padahal kami banyak yang melupakanya disini.
- Adik-adik alumni dari Sandhy Putra Pecinta Alam (SAPUPALA) yang menjemput di stasiun maupun Helmy dan Iwan yang ikut mendaki juga.
- Team Merbabuers yang sempat tertinggal dan akhirnnya ngecamp bersama dibawah POS 7. aku lupa nama-nama kalian?
- Dan nama-nama yang belum aku kenal yang tergabung dalam team ini. Terima kasih telah mewarnai pendakian “ngelindur” ini. Saatnya ku tertidur lagi dan entah kapan bangun kembali.
- Dan seorang diluar Pendakian yang telah membantuku memiliki barang impian dari Tandike, AirSpace 35, hingga aku bisa menggunakannya dipendakian ini… baca deh catper ini, ada satu korban kejailanku… wakka….nggak dimilis, nggak dicathing, nggak digunung, Iseng always… Thanks ya THEA…



Alhamdulillah…

-hans-




Pendakian Gunung Slamet JPers feat Merbabuers
18-20 Desember 2009

Catatan Perjalanan ini ditulis dengan mengambil beberapa cerita yang mewarnai pendakian ke Gunung Slamet. Mohon maaf jika ada kelebihan dan kekurangannya.

Ditulis di Gombong, 21-23 Desember 2009


-SELESAI-


NB: semua foto yang melengkapi catatan ini diambil dari kemera : komandan Obie, Opay, Riri,



Catper Slamet [9] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...

-Kembali membumi, melewati hijaunya hutan-


Puas berpose disana, kami kembali turun ke POS 7 dimana tenda-tenda kami masih berdiri menyimpan peralatan yang selalu setia melindungi menjadi penghangat malam yang dingin dan menjadi pelindung terik sang mentari. Sebelum turun kuajak Jean dan Riri untuk sejenak menemaniku merayakan sebuah upacara kecil yang aku siapkan dengan sekaleng Fanta merah dipuncak Triangulasi tertinggi Gunung Slamet, yang menurut Suunto X10-nya herO menunjukan 3432mDPL, tapi di POS basecamp dituliskan 3428mDPL. Aku lebih percaya pada point yang kedua, karena menurut yang kudengar si Hero belum sempat mengkalibrasi Altimater yang ada di jam tangan tersebut.

Jadilah kami bertiga menikmati Sekaleng Fanta merah itu untuk bertiga.. sungguh nikmatnya. Menyegarkan tenggorokan dan memerahkan lidah ini… mungkin awan-awan pun ikut merah melihat tingkah kami disana… haha… Tidak lama kami merayakan puncak didekat nisan berlambangkan Universitas terbesar di Jogja yang masih baru terpasang mengenang nama-nama yang terpilih mati muda dipuncak-puncak dunia seperti sosok SOE HOK GIE… Suatu saat bisa saja nama kami terpampang disana. Menjadi pahlawan bagi pendaki lain atau malah dicemooh mati sia-sia oleh masyarakat. Kemudian terus turun melewati batuan rapuh yang pagi tadi kami lewati dengan susah payah. Cukup susah juga menuruninya jauh lebih sulit dari pada menuruni track pasir dipuncak Mahameru. Kulihat Opay berpeluh ria melewatinya karena masih tidak pede dengan pijakan kakinya.


Dan sampai kembali di POS 7, Packing serta membersihkan sisa-sisa kehidupan yang kami bangun dalam waktu semalam disana. Menyantap sup jagung yang disiapkan Sekar sebagai pengisi kantung makan kami yang akan mengubahnya menjadi tenaga untuk membawa raga yang sudah letih ini sampai ke asal kami, dimana kasur dan teh hangat selalu tersedia tanpa perlu bersusah payah mendirikan tenda dan menyaring air minum dengan kain slayer merah didasar lembah yang dingin.


Tidak banyak cerita yang akan kutulis untuk perjalanan turun ini. Aku hanya tak hentinya menikmati hutan tropis hijau, yang menyelimuti gunung dengan punggungan terluas di Jawa, meliputi beberapa kota kecil disekelilingnya seperti Purbalingga, Perwokerto, Karang Lewas, Ajibarang, Bumiayu, Slawi, Tegal, Guci ,Purwodadi , Pemalang, Randu Dongkal, Bobotsari. Jatuh bangun dihutan yang dingin, lebih sering memilih jalan sendiri dengan menjaga jarak antara kelompok yang ada didepanku Sekar, Cumi dan Mas Sen, serta kelompok yang dibelakangku, Obie, Opay, jiteng dan ikhwan. Meskipun sering kali juga saling susul menyusul. Inilah salah satu caraku menikmati keheningan hutan.

Tak ada Air yang menemaniku sejak dari selter hingga base camp. Beruntung ada hujan yang turun sehingga aku bisa meminum air-air yang berkumpul diujung daun dari tanaman yang memagari ladang itu. Argh… sempurnanya perjalananku kali ini ditemani sahabat-sahabat lama yang terasa seperti baru dan sahabat baru serasa sudah lama kukenal.


Bersambung....



Catper Slamet [8] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...

-Puncak Batuan Merah yang panjang-
Puncak Slamet, 20 Desember 2009

Jam 3 dini hari, teriakan-teriakan kecil dari atas sana membangunkan kami. Tenda Eiger UL warna biru toska itu ternyata cukup hangat untuk ditiduri kami bertiga. Menyiapkan dan memakai kembali sepatu track yang sudah tidak bersih lagi. Dan menggendong kembali daypack Hikeholic yang aku pinjam dari Doifani, semalam sebelum aku pergi ke kota Malang kemarin. Daypack ini sudah dipenuhi dengan snack-snack kecil untuk dimakan diatas nanti. Mas Sen lebih memilih menemani Sekar yang masih enggan bangun dari tendanya. Sedangkan aku, Ikhwan, Opay dan DCumi akhirnya meninggalkan mereka berdua disana.

Mendaki, memasuki rerimbunan semak yang menyesatkan, karena kami sempat salah jalan. Teringat saat team Argopuro nyasar, karena rumpun semak yang aku temui sama persis seperti di Argo, yang akhirnya kami buka dengan parang untuk menemukan kembali jalur pendakian setelah tersesat semalam sehari. Pengalaman tak akan terlupakan apalagi itu trip pertamaku bersama JPers yang selama ini hanya sering sapa di milis dan cathingan YM. Dan dini hari itu kami tersesat sejenak, bolak-balik mencari jalan yang sudah pernah dibuka tapi dibeberapa titik aku temui kebuntuan. Akhirnya Cobus menemukan jalan lain di sisi kiri, awal yang salah yang kami pilih. Terus mendaki diantara semak itu dan beberapa kali menemui sepetak tanah untuk bediri menikmati lampu-lampu kota. Disetiap petak itu aku matikan sejenak headlamp-ku… Menikmati tanah kelahiranku, tanah dimana aku dibesarkan di dataran Banyumas mirip dengan bumi tengah seperti Midle Earth dalam cerita Trilogi Lord Of The Ring yang selalu damai sebelun Sauron, Dark Lord menghancurkan kerajaan manusia.

Dan akhirnya batas vegetasi dari kelompok semak hijau kering dan Edelweis itu berganti dengan bunga-bunga cantiqi yang sesekali terlihat bergerombol diantara batuan merah vulkanik. Hijau cerah pada daun dan merah menyala pada bunganya, hidup sendiri seperti tak peduli pada bau belerang yang semakin menyengat. Menyesakan dada dan hampir memaksa untuk memuntahkan metabolisme yang tersisa ditubuh ini. Aku terus menjejaki batuan batuan rapuh itu yang semakin terasa tanpa ujung. Lebih dominan dengan batuan vulkanik merah maupun batuan sulfur kuning dari lelehan belerang. DCumi dan Opay terlihat dengan susah payah melewati jalur ini didampingi Ikhwan sang sweeper. Sedangkan aku terus mencoba bergerak dengan sesekali duduk diatas bebatuan itu.

“Mau gula merah han” Bang One menawariku sepotong gula kelapa merah dari genggamanya.
“Boleh bang” segera kuraih penambah stamina alami itu. Sambil sesekali melumat dan menggigitnya kami beriringan merangkak dan berjalan disana.
“Gw kalo lagi mendaki kaya gini, inget gak mau lagi ngerokok Han. Berat nih nafas” sedikit curhat tapi dia malah mengeluarkan sebatang rokoknya dan membakarnya menjadi bara nikmat bagi yang mencanduinya… haha… gak konsisten banget dah.

Sedikit mendaki keatas kembali kutemukan komandan Obie sedang menunggu sunrise, ia duduk disebuah batuan sambil matanya mengintip dibalik lensa SLR-nya. Disisi lain ada juga Benno yang keliatan sama menunggu matahari yang mulai merekah menggariskan cakrawala dilangit sebelah timur. Sedikit awan berkumpul disisi tenggara, karena kontur disana adalah perbukitan Krumput disekitar Banyumas Banjarnegara yang memanjang hingga ke kaki kaki Sindoro Sumbing membatasi.

Menjelang pukul 6 pagi, aku jejakan kaki dipuncak tertinggi kedua ditanah Jawa ini. Syukur alhamdulillah akhirnya bisa kugapai puncak ini, setelah 16 bulan lamanya tidak menyentuh gundukan tanah tertinggi disuatu pencakar langit yang menurut sebuah ayat yang aku yakini, tingginya puncak sama dengan dalamnya tanah yang menghujam kedalam perut bumi. Berdiri kokoh bagai pasak mencengkeram lapisan bumi agar tidak terbang seperti layaknya awan… Subhanalloh… maha sempurnanya sang pencipta yang menciptakan gunung-gunung dan alam ini.


Dan kini aku berdiri disana..
Tanpa pernah kutemui sosokmu yang selalu kucari..
Yang kutemui hanya
kekosongan…
Keheningan…
Kehampaan…

Tanpa pernah benar-benar aku mengerti keberadaanku disini..
Mencintai…mengagumi… atau hanya sekedar lari dari takdirku sebentar..

(mirip puisi untuk savanna kecil di Semeru yang pernah kutulis…tapi maksudnya memang sama… bukankah beg..begitu ?)

Sesi foto-foto dengan berbagai pose kami jalani. Sang fotografer bertugas sesuai perannya membidik dan menempatkan mata-mata lensa pada target yang sempurna antar pendaki dan kawah terluas dijawa ini. Dan kami pun menerima nasib dengan sebaik-baiknya nasib menjadi objek tanpa pernah protes akan arahan sang mata jeli yang selalu bergetar lebih cepat dibalik lensa. Sungguh sempurna….ya sangat sempurna apalagi bagi diriku yang tidak memiliki kamera ini.



Bersambung...


Jumat, 25 Desember 2009

Catper Slamet [7] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...

-Membuka lapak persabahatan di POS 7 Plawangan-



Aku dan mas Guruh adalah pendaki terakhir yang mencapai pos ini. Sempat bertukar ceril dengan daypack-ku yang hanya 35 liter, karena kaki mas Guruh sempat kram kemarin dan dia tidak bisa lepas dari rokoknya… dan lagi team kecilku akhirnya menjadi rombongan terakhir dan tidak mendapatkan tempat dipondokan atas, akhirnya harus menempati sebuah tempat lapang dibawah pondokan. Di sana 2 tenda berdiri saling berhadapan. Dengan Eiger UL  milik Ikhwan yang nantinya akan dihuni oleh Ikhwan, mas Sen dan Aku dari kaum Bapak serta Sekar, Opay serta DCumi dari kaum Ibu yang akan menghuni tenda Coleman cokelat milik mas Sen didepan tenda kami.

Menyiapan menu makan malam yang selalu diganggu angin puncak. Sangat menyusahkan, Nasi liwet dan goreng cornet akhirnya gagal kami siapkan, padahal team diatas sudah memanggil-manggil kami yang dibawah ini untuk bergabung dalam acara perkenalan. Maka akhirnya malam itu kami bergabung demi saling berkenalan tanpa sempat mengisi perut kami. Acara malam itu pun diawali dengan pembukaan oleh komandan Obie dan Sekar selaku leader team JPers dan Merbabuers. Dilanjutkan dengan saling memperkenalkan diri. Banyak nama-nama yang baru aku dengar, dan ada juga wajah-wajah lama yang selalu mengisi perjalananku 2 tahun ini bersama JPers.

Perkenalan itu pun ditutup dengan kami kembali ke-camp bawah. Ikhwan dan Opay menyiapkan teh untuk menghangatkan malam ini dan membuat agar-agar untuk dibawa kepuncak. Aku meminta ijin dan lebih memilih merebahkan diri dengan sedikit mencoba memakan roti sisir yang sudah tidak menyerupai aslinya dan kemudian tidur didalam tanda berbentuk keranda itu. Cukup hangat dan menyiapkan sisa tenaga untuk summit esok hari.

Mematikan sinarku
Meredupkan tatapku
Lelap dalam pelukan sang bintang
Rebah dalam naungan sang malam


Bersambung...




Catper Slamet [6] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...

-Hutan yang lebat, tapi minim air-

Sekitar jam 1 siang team kecilku sampai di POS 5 Samyang Rangkah. Aku memutuskan untuk memasak mie kuah karena perut ini tidak mau kompromi lagi. Aku sangat menghindari mie goreng sejak pendakianku ke Semeru. Dulu pernah masak mie goreng jam 1 malam di Arcopodo sebelum summit, tapi malah banyak rasa debu dan pasirnya dari pada mienya, maka sampe sekarang aku menghindari mie goreng. Dan siang itu aku menyiapkan 2 mie kuah untuk kami berempat. Cukup nikmat dimakan dengan kering tempe teri yang disiapkan oleh Opay dari Jakarta.


Mengikuti komandan yang mencoba peruntungan di mata air, aku menyusuri cekungan kecil berbatu disana. Semakin dalam dan menanjak lagi diantara batuan yang licin. Dan tiba-tiba “Brak!!” aku kepleset dengan dua buah botol air mineral kosong yang kubawa menghantam tulang rusuk kiriku. Sedikit nyengir dan berdiri lagi menemukan pijakan yang sempurna. Tidak begitu meninggalkan luka, Cuma kaget dan malu saja andaikan Dian Sastro lewat :P… haha.. Diatas batuan dengan beberapa genangan air yang lebih banyak dari pada di POS 3 tadi, aku lihat mas Guruh sedang menyaring air disana dengan menggunakan slayer merahnya sebelum dimasukan ke jerigen 5 literan dan beberapa botol air mineral besar. Ikut membantu dan menempatkan botol-botol yang sudah berisi penuh dengan air. Ternyata perjuangan mengambil air disini tidak sesulit apa yang kami kerjakan dibawah sana tadi. Lagi-lagi aku temui ilmu untuk lebih peduli dalam menghargai alam, apalagi Gunung Slamet ini terkenal dengan minimnya mata air, padahal hutannya begitu lebat. Tapi tidak mampu memenuhi kebutuhan air masyarakat disekitarnya, mereka masih banyak mengandalkan dari penampungan air tadah hujan.

Kembali di POS 5 lima aku temukan Sekar dan Opay sedang menunaikan Sholat Dzuhur, sungguh sempurna pandangan yang aku lihat siang itu, saat kabut sesekali menutupi terik ini, dua insan itu tak penah lupa mengingat sang pencipta meskipun keletihan raga juga menemani tatapan sayu. Menjelang pukul 3 rombongan kami berangkat kembali menuju POS 7, seperti yang direncanakan. Saat ini aku tidak berjalan dengan team kecil yang sejak kemarin aku ikuti. Tapi beriringan berjalan bersama mas Guruh, Redi, Ikhwan dan Faris. Memasuki semak dan ilalang dan rumpun edelweis yang lebih mendominasi vegetasi disana. Menggantikan hutan tropis lebat yang teduh.


-menuju POS 7 Plawangan Batu Merah, camp terakhir-

Baru beberapa tikungan menanjak, kaget dan kemudian tersenyum kembali saat melihat sang komandan Obie yang sedang menikmati crackernya padahal cukup lama jarakku dengannya saat memulai pendakian lagi dari POS 5. Akhirnya kami berkumpul lagi menemani komandan, dan menikmati Bengkoangnya herO. Padahal bengkoang tersebut akan digunakan perawatan wajahnya nanti, ini alasan yang disampaikan Faris saat mas Guruh mulai membagi separuh potongan buah itu menjadi beberapa bagian sesuai jumlah yang ada disini.

Mas guruh sebagai seorang yang pernah membimbing PA dan salah satu anak didiknya juga ikut di pendakian ini, Ajat, dia mengajarkan sedikit ilmu Navigasi Darat dengan menggunakan kompas yang aku bawa. Selama ini aku hanya bisa membaca arah utara selatan saja. Bukan menggunakan kompas bidik sesuai kebutuhan. Karena tidak membawa peta kontur, hanya teknik dasar membidik arah jam 12 sebagai titik pusat serta arah jam 10 dan jam 2 sebagai penarik acuan untuk mengambil titik koordinat keberadaan kita. Sedikit tapi cukup bermanfaat, semoga suatu saat nanti bisa belajar lebih detail.


Tidak terlalu jauh jarak antara POS 5 dengan POS 6 Samyang Jampang. Maka kami pun mengira tidak jauh juga jarak dengan POS 7 di Plawangan nanti. Saat di POS 6 itu sejenak kami beristirahat sambil membahas tentang perkembangan milis dan beberapa cerita ringan yang selalu menemani pendakian ini.  Ada banyak mimpi kecil yang terus menyesaki tentang kebersaman yang selama ini selalu menjadi roh dari komunitas ini.


Bersambung...



Catper Slamet [5] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...

“Dobre Rano”, aku menyapamu pagi ini..
Pondok Gembirung, 19 Desember 2009.


Pagi yang menggetarkan tubuh ini, tak ingin cepat beranjak atau malah ingin segera bergerak, karena tubuh ini sudah
tak mampu lagi meredam getaran-getaran tanpa irama ini. Sholat subuh didalam tenda dan sayup-sayup suara mulai rame diluar tenda membangunkan hutan Pondok Gembirung yang masih termenung. Aktifitas pagi dengan wajah-wajah yang mulai familiar. Opay beraksi dengan menghangatkan sisa teh yang semalam aku simpan didalam botol minumku. Dan kemudian menu roti bakar menjadi sajian pagi ini yang disiapkan oleh Opay.  Riri kesana-kemari membawa POPmie-nya mecari air panas dan sebungkus kerupuk yang menurut pengamatanku malah akhirnya dihabiskan oleh Sekar. Komandan Obie dan adik tanpa pengakuan khalayak, Om Jiteng, beraksi mengabadikan tingkah polah kami dengan handycam dan DSLR Cannon 1000D-nya. Team kecil kami hanyalah penghuni dataran atas dari kumpulan anak kampung dengan menu makan sederhana, roti bakar plus susu coklat dan beberapa snack. Sedangkan di dataran bawah (hanya beda 1 meter ketinggian) yang terdiri dari HerO, Faris, Cempluk, Jean dan Gaby merupakan anak komplek dengan menu makan pagi sandwich daging. Beda jauh kan kelasnya…


“Dobre Rano” mas Sen selalu mengingat kata selamat pagi yang diucapkan dalam bahasa Ceko. Kebetulan dari 28 pendaki rombongan JPers dan Merbabuers ini ada seorang yang bernama Gabriella, berkebangsaan Cekoslovakia tapi sudah sekitar dua tahun ini tinggal di Indonesia. Bahasa Indonesia-nya sudah lancar sehingga komunikasi diantara kami cukup mudah. Gaby panggilan akrabnya, sudah beberapa kali mendaki gunung di Sulawesi, NTT dan Jawa, jauh lebih banyak dari puncak-puncak yang pernah aku gapai.


-Survival air di POS 3 Pondok Cemara-


Satu persatu team kecil berangkat meninggalkan camp pertama ini, aku dan team kecilku yang masih sama dengan kemarin memilih jalan dibelakang, mungkin karena kami dari golongan team ngesot dari pada harus menghalangi team express yang berjalan gas pol rem blong. Dan atas anjuran Sekar kami akan mengambil air di antara POS 2 dan POS 3. Sekitar satu jam perjalanan mendaki, masih didalam rerimbunan hijau yang menakjubkan dan memanjakan itu kami beriringan dengan sesekali menarik nafas untuk sekedar menata kembali beban di pundak.

Disebuah datara
n lapang yang tidak telalu luas tertulis disebuah papan yang menggantung didahan pohon, POS III PONDOK CEMARA. Menurut Sekar, papan itu seharusnya tidak berada disana, tapi camp diatasnya lagi, mungkin ada pendaki yang iseng memindahkanya, kerena di sana terdapat salah satu mata air. Turun kebawah diantara semak basah dan cekungan yang lembab, tidak banyak air yang mengalir. Sempat kecewa, tapi persediaan air kami tipis, mau tidak mau harus mengambil air keruh yang hanya menetes dari akar serabut sejenis pohon palm kecil dan genangan air disekitarnya.  Yah… baru kali ini aku merasakan susahnya mengambil air digunung. Memenuhi botol-botol 1,5 liter air mineral dengan menggunakan tutupnya. Cukup memuaskan meskipun dengan bersusah payah, aku, mas Sen, Opay dan Sekar secara bergantian mampu mengumpulkan 1 jerigan 2,5liter dan 3 botol air mineral besar. Sedangkan komandan Obie meninggalkan kami lebih memilih peruntungan untuk mengambil air di POS 5 nanti.

Memenuhi kembali daypack 35 literku dengan air hasil jeripayah tadi. Kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Target hari ini adalah nge-camp di POS 7 agar tidak terlalu capek jika esok pagi mau me
ngejar sunrise. Selalu beriringan, saling salip dengan team lain. Dan menyalip komandan lagi, yang kemarin sempat update distatus pesbuk-nya “10 menit mendaki, 10 menit istirahat”, itu yang aku dengar. Mungkin karena umur yang sudah tidak bisa menipu lagi, sejauh apapun dia meninggalkan kami selalu saja dapat disalip dengan mudah… haha… dan di POS 4 Pondok Samarantau aku temui kembali dirinya yang sedang istirahat. Maka Nopia Telo yang juga kemarin aku beli pusat jajanan telo menjadi salah satu pengganjal perut sambil menemani canda kami. Nopia adalah salah satu makanan Khas kota Purbalingga, yang terbuat dari tepung beras dengan isi gula merah yang dimasak dengan dipanggang sampai kering. Saat kecil aku sangat suka dengan makanan ini, setiap kali bepergian pasti inilah jajanan yang selalu aku bawa pulang. Tapi Nopia kali ini yang aku bawa adalah terbuat dari Telo, cuma sayang disayang karena Nopianya terlalu keras saat dimakan, mungkin masaknya terlalu lama.



Bersambung..


Catper Slamet [4] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...

-mari memasak mari bercengkerama-



Beberapa tenda berdiri dan kami mulai mengeluarkan logistik untuk menu malam ini. Memasak dan mengolahnya menjadi beberapa menu. Aku memasak nasi liwet dengan teknik ajaran kang Arif Gentong, menggunakan kompor spritus yang aku buat dari bekas minuman kaleng dengan prinsip kompor tragia. Nasi liwet itu dimasak menggunakan nesting, tapi tidak boleh ada sisa kerak dibawahnya, harus matang sempurna. Sejak aku pertama kali mendaki, sejak itu pula aku selalu didampingi kang Arif. Dialah yang selalu mbekingi aku jika aku tidak kuat, terbukti beberapa kali dia jadi guide, porter juga koki rimbaku… tapi baru kali ini aku mendaki sendiri tanpa dirinya.

Sambil berhaha hihi.. menikmati kebersamaan disana. Sering aku menulis quote dibeberapa catperku, “inilah malam yang aku rindukan berbaur bersama sahabat dan alam”, saat dimana aku dan teman-teman sedang bercengkerama setelah seharian melewati jalanan yang terjal. Dan aku merasa kalo aku bisa menikmati malam-malam itu bersama sahabat, maka 70% pendakian itu sudah berhasil, sisanya adalah puncak jika tubuh ini masih mampu. Dan di Hutan Alam disebuah gunung dengan kawah terluas dijawa ini aku menemukan itu. Menemukan tawa kecil saat tangan ini menyentuh nesting panas, atau saat nasi yang kumasak kemasukan sedikit sepritus.

Disana kami saling berbagi sesuap nasi mie telor dadar yang kami masak bersama dalam satu nesting yang sama. Sungguh kebersamaan yang tak mengenal batas bahwa kau dan aku adalah manusia yang saling membutuhkan saat alam ini melindungi, menjadi sahabat malam-malamku. Terima kasih tak terhingga… menu yang kami siapkan malam itu cukup mengenyangkan. Redi serta Ikhwan-lah yang akhirnya menjadi menjadi tumbal penghabisan alias harus menghabiskan sisa makanan yang masih cukup banyak itu.

Seusai makan malam, ingin rasanya melanjutkan malam itu dengan sedikit cerita lepas tanpa bingkai… diriku yang sudah terbiasa menjadi manusia malam, belum juga merasa ngantuk. Dan menyiapkan teh hangat bagi siapa yang mau menemaniku “ndalang”,  tapi hampir semua penghuni tenda-tenda disana adalah manusia dengan pola tidur normal dan terlelap dalam kehangatan SB atau memilih mengobrol dengan teman tendanya. Akupun kemudian memilih menutup lapak… membereskan kompor dan nesting serta memasukan sisa teh hangat itu kedalam botol biruku. Kemudian bebaur dengan yang lain bermimpi tentang dinginnya hutan hijau digunung penuh legenda yang menurut catatan kuno bernama Gunung Agung, sedangkan nama Slamet ada sejak budaya islam masuk ke tanah Jawa.

Ternyata bukan hanya mimpi, malam itu aku dan mas Sen tidur dalam satu tenda di kemiringan, harus sering melorot dan mengigil kedinginan karena tenda yang kami pakai tanpa cover. Sangat dingin padahal disekitar area camp diselimuti tumbuhan yang cukup rapat.


Bersambung...

Catper Slamet [3] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...

-Start Pendakian-
Base Camp Bambangan.
   
Semua sudah siap memulai perjalanan panjang tiga hari kedepan menuju ketinggan diatas 3400 meter itu, puncak tertinggi kedua di tanah Jawa, setelah puncak Mahameru. Puncak yang pernah selama tiga tahun dulu selalu aku sapa tapi tidak pernah sekalipun mendekatinya. Dan kini bersama sahabat-sabahat baru aku mulai lagi sebuah pendakian mengunjungi puncak istana hijau di lembah Kamandoko, aku senang menyebutnya dengan nama itu, selain karena mirip dengan namaku…dan masa kecilku juga disangkutkan dengan cerita rakyat didataran Banyumas Selatan itu. Legenda Gua Jatijajar, Kamandoko adu Jago (sabung ayam jago). Menurut kisah yang pernah aku dengar legenda didataran banyumas bermula dari pantai Pandan Kuning di Petanahan, ke arah barat Joko Puring di pantai Puring (desa kelahiranku di Kebumen selatan), kemudian pantai Karang Bolong, Kamandoko di gua Jatijajar, gunung selok dan keutara berakhir dengan kisah percintaan antara Batur (pembantu/dayang) dengan Raden (anak raja) di Baturraden gunung Slamet.

Dimulai dengan memasuki ladang penduduk Bambangan di desa Kutabawa- Kecamatan Karangreja–Purbalingga, pemanasan yang cukup terasa, padahal belum menanjak, hanya sedikit berputar tapi nafas ini sudah langsung mengejar seperti laju truk gandeng… haha… maklum selama ini aku hampir tidak pernah olah raga berat, hanya sesekali jogging dan chating (nyambung nggak?). Dan juga sudah setahun lebih aku tidak nggunung, serasa hampir lupa ritme dan irama nafas itu. Sampai diatas POS 1 Lapangan, disekitar patok perbatasan kabupaten Purbalingga dan Pemalang aku masih besama team kecil Opay, Dcumi, Sekar, mas Sen dari Merbabu.com serta Cobus. Berfoto disemak dan ilalang dengan bunga kapas putihnya… sedikit iseng maka kukerjai si Opay anak nakal yang suka mencuri timun…

Ilalang dengan bunga kapas…entah namanya apa?.. aku bilang ke Opay kalo kita potong dan kita gigit tangkainya akan terasa manis, dan bisa dipakai untuk makanan survival. Dengan sedikit rasa tidak percaya maka mencobalah si Opay menggigit tangkai yang sebesar lidi itu dengan diujung satunya masih ada bunga kapasnya… masih mencoba menemukan rasa dan tiba-tiba aku tarik ujung tangkainya, maka menempelkah sebagian bunga kapas putih itu dimulutnya… wakkak…. Senang rasanya dapet saru korban sore itu… :D. Silahkan dicoba bagi yang belum pernah. Please, try this at home :P

Semakin tinggi saja tanjakan menuju selter gardu pandang yang baru saja diresmikan tanggal 17 Agustus 2009 kemarin. Selter itu sumbangan dari Bupati Purbalingga dengan sposor sebuah bank berlambang bunga biru. Tanjakan terjal yang cukup panjang dengan kontur tanah yang dibuat seperti anak tangga, pasti sangat licin jika kena air hujan. Sekitar jam 4 sore semua team beristirahat di selter tersebut. Beberapa diantara kami menunaikan sholat Ashar disana. Dan dilanjutkan dengan target selanjutnya camp di POS 2 Pondok Walang.
 

-Hutan hijau yang memanjakan mata-

Dari selter pertama aku masih bersama beberapa teman dalam satu team kecil, Aku, Sekar, mas Sen, Opay dan Cobus. Berjalan beriringan dijalan setapak yang semakin menanjak dengan kanan kiri berupa tanaman perdu. Terus menanjak memasuki hutan dengan vegetasi yang semakin rapat. Magrib menjelang, dibawah sebuah pohon dengan lahan datar yang tidak begitu luas, kami mencoba mengigat sang pencipta yang menciptakan hamparan langit, bumi dan alam ini bagi mereka yang mau berpikir. Argh…sejuknya saat teman saling mengingatkan.

Berhenti sejenak menikmati Bakpia Telo yang aku beli di pusat jajanan Telo di Lawang–Malang, sepulang dari Workshop kemarin sore. Rasa yang unik dan nyaman untuk dinikmati didingin malam yang semakin meresap ke kulit ini. Beriingan lagi kami melanjutkan sampai akhirnya Sekar dan mas Sen berjalan meninggalkan aku dan Opay, sedangkan Cobus pun terpisah dibelakang. Hanya kami berdua berjalan dimalam yang sangat gelap, beberapa kali aku matikan headlamp ini, ingin menikmati gelapnya hutan, tapi terlalu gelap… hehe… dan mempercepat melanjutkan untuk ngecamp di POS 2. Tapi ternyata team pertama yang sampai diatas malah ngecamp di sekitar Pondok Gembirung, dibawah POS 2. Di sekitar lahan yang cukup datar beberapa tenda kami berdiri. Aku dan mas Sen mendirikan tenda ditempat paling atas. Besebelahan dengan tenda Opay dan Sekar.


Bersambung...


 

Catper Slamet [2] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...

-Pertemuan sahabat-
Purwokerto, 18 Desember 2009.

Hanya sempat cuci muka di Mushola terminal dan kemudian melanjutkan dengan Ojek ke stasiun. Dengan kebiasaanku yang tidak mau tanya-tanya, alhasil harus keluar masuk stasiun karena aku tidak melihat ceril-ceril pendaki yang biasa mereka bawa, ternyata team dari JPers dan Merbabu’ers sedang istirahat di mushola sambil menunggu Cempluk yang masih mencarikan mobil carteran untuk mengantarkan ke Base Camp Bambangan. Kusapa satu persatu wajah-wajah yang sudah sebagian aku kenal, Komandan Obie, Opay, bang One, Riri, Faries, Redi, Ikhwan, DCumi, Bagus dan beberapa wajah baru yang akan menemani perjalanan nanti. Ada satu lagi, leader pendakian ini yang juga merupakan adik kelas alumniku di Purwokerto. Sekar Laras. Ini adalah pertemuan keduaku denganya. Yang pertama awal tahun ini di Pasfest Kuningan. Sosok Sekar menurutku sangat fenomenal di dunia milis, dia beberapa kali mendaki solo ke Cikurai dan Slamet, selain itu dia juga lebih suka mendaki dengan kaumnya daripada dengan kami sang arjuna… :D

Distasiun aku diperkenalkan oleh Sekar dengan beberapa anggota Sandhy Putra Pecinta Alam (SAPUPALA) STM Telkom Purwokerto. Dulu angkatankulah yang merintis SAPUPALA dengan lambang sebuah puncak gunung dikelilingi awan kinton versi Dragon Ball dan sebuah sapu mak lampir diatasnya, satu lagi sebuah sendok dan garpu menyilang… whaaha… kaya rumah makan… Entah sekarang masih dipakai atau tidak lambang tersebut, Cuma saat itu aku masih belum berani untuk mendaki, hanya sempat ikut sekali mendaki ke bukit Cendana diatas Curug Gede diselatan Gunung Slamet dan bermain Repling di jembatan Tanjung Purwokerto sekitar tahun 2000an.

Aku ikut diantara mereka menaiki pick-up menuju ke Base Camp Bambangan. Satu bak dengan komandan Obie.
“kamu mau ikut naik han?” sapa komandan.
“enggak Ndan, cuma nganter saja”…
“kalo aku ikut nanti gimana? Nginep dimana?” balasku.
“Udah ikut saja nanggung nih” pinta komandanku saat mendaki ke Argopuro. sedikit pecakapan dengan komandan karena masih belum tau dengan keputusanku untuk ikut trip ini, sama seperti yang Sekar tanyakan saat di Mushola tadi.

Pick-Up yang kami naiki memasuki kawasan Baturaden. Dan kemudian memasuki hutan tropis yang rapat menuju ke Base Camp Bambangan. Sedikit kenangan saat melintasi hutan itu ”meniti tangga apik menuju istana hijau. bebagi peluh dalam peluk sang alam” (puisi lengkapnya baca di header MP mbok ju). Aku pernah melewatinya bersama seorang special… kisah dulu saat masih muda :D …curcol..curcol… :P


Menjelang sholat jumat rombongan kami memasuki desa Bambangan dan menjuju ke Base Camp. Sekar menyapa si empunya rumah seperti halnya anak sendiri. Entah berapa kali dia mengunjungi gunung ini, sampe tak sempat lagi menghitungnya. Aku dan beberapa pendaki langsung menuju mushola yang hanya terletak beberapa rumah dari Base camp. Dilanjutkan dengan persiapan perang dan kemudian pendakian itu pun kami mulai…

Aku memanggulmu kembali..
Memelukmu dan mengaromai nafas ini..
Dengan seribu mimpi tentang kekecewaan yang nanti akan aku temui
Karena kau pasti tak akan kutemui disana..


Bersambung...

Catper Slamet [1] : Wangimu menyelaraskan tenda-tenda kami...


Pendakian Gunung Slamet, Purbalingga
JPers feat Merbabuers
18-20 Desember 2009
 

-16 jam itu kumulai-
Surabaya, 17 Desember 2009.


Sudah 16 jam ini aku mulai perjal
anan panjang dari kota Batu-Malang balik ke Surabaya sebentar, yaa….hanya sebentar dan langsung bertolak ke kota Purwokerto. Dua hari kemarin aku mengikuti workshop disebuah resort yang cukup dingin dilembah antara gunung Panderman dan puncak Arjuno Welirang. Berangkat jam 1 siang dari kota Batu dan baru sampai ke Surabaya jam 5 sore, jalanan sedikit macet menjelang long weekend dengan 3 hari libur memperingati Tahun Baru Hijriah. Aku hanya sempat membeli beberapa kebutuhan logistik standar untuk ikut pendakian yang sebelumnya tidak ada dalam daftar gunung yang ingin aku kunjungi, bahkan mungkin kata pendakian sudah hampir aku lupakan setelah genap 16 bulan (sejak 17 Agustus 2008) aku tidak beraktifitas dengan dunia pendakian, hanya sesekali ikut kegiatan komunitas yang lebih cenderung bakcpaker-an ataupun kepanitian kecil.

Bulan Desember ini memang bulan terpadat disepanjang tahun yang aku jalani, Sudah sejak pertengah November kemarin aku mengikuti beberapa kegiatan. Mulai dari Pameran Reptil di Galaxi Mall Surabaya, kemudian membantu persiapan Panitia Nuansa Ular Unair, yang baru digelar mi
nggu kemarin (13 Desember) dan dilanjutkan dengan workshop 2 hari di Malang (16-17 Desember) kemudian sebuah trip yang akan kutulis ini, pendakian ke Gunung Slamet di Purwokerto (18-20 Desember). Terakhir mudik kerumah di Gombong sampai tanggal 25 Desember nanti.

Praktis hanya 1,5 jam aku mempersiapkan segala kebutuhan untuk mendaki dan mudik ke Jawa Tengah, kebetulan ruma
h tinggalku hanya sekitar satu jam disebelah timur tenggara Purwokerto. Beli Logisik, me-list beberapa peralatan yang harus aku bawa untuk kebutuhan 3 hari kedepan di alam dan packing ulang, akhirnya aku harus membawa 2 daypack, satu hikeholic eiger dan satunya berukuran 25 liter. Itupun sudah sangat mencukupi, karena aku hanya membawa kebutuhan standar tanpa tenda dan lebih banyak snack.

Lewat pukul 8 aku sudah berada di bus
ekonomi jurusan Surabaya-Solo. Karena long weekend sangat sulit untuk bisa mendapatkan bus patas. Setelah 2 kali rebutan meskipun berhasil naik bus, tapi dengan hasil nihil, padahal sudah rela berhujan-hujanan. Dan kemudian dengan baju setengah basah aku putuskan untuk menaiki bis MIRA yang hanya dengan tujuan akhir ke Solo, bukan Jogja. Yah dengan pertimbangan lebih cepat meninggalkan Surabaya dan menuju ke Purwokerto tapi tidak sampai ketinggalan team dari Jakarta yang akan transit di stasiun Purwokerto. Dengan harap- harap cemas agar aku bisa mengejar waktu yang memang sangat mepet. Perhitungan yang biasa aku jalani, butuh waktu sekitar 12 jam untuk menempuh perjalanan sekitar 490km itu. Dengan syarat tidak ada delay lama disetiap pergantian bus. Dan artinya aku harus sampai ke Purwokerto sekitar jam 8 pagi. Agar sesuai dengan itenerary yang dibuat oleh Sekar yang kubaca di Merbabu.com.

Sejak awal aku tidak ada niat untuk mendaki ke Gunung Slamet. Malahan aku ingin mengunjungi kebun bunga di Oro-Oro
Ombo yang hanya ada dimusim hujan seperti sekarang, sekalian ingin menikmati hari specialku disana. Tapi malahan team Semeru yang sebelumnya aku ikuti perkembangannya secara diam-diam malah bubar. Maka pilihanku adalah pulang kerumah dengan sebelumnya ikut trip ke Slamet. Hanya beberapa teman dari Jakarta yang sempat aku kontak sebelum mengikuti trip ini, selain untuk memantu pergerakan mereka aku juga tidak ingin sampai tertinggal di Purwokerto.

Tidak terlalu lama di terminal Tirtonadi dan k
emudian dilanjutkan dengan bis MIRA kedua menuju ke Jogja. Dua jam kemudian aku sampai di Terminal Giwangan Jogja. Dengan kondisi kedua terminal ini aku cukup familiar karena merupakan trayek mudikku sejak 8 tahun kemarin. Tidak lama juga aku di terminal yang teletak disebelah tenggara kota Budaya itu. Pukul 3:45 pagi bus RAHARJO yang kunaiki dari Jogja dengan cepat mengantarkanku ke Purwokerto dengan melewati kota masa kecilku, Gombong. Dari beberapa smsku dengan Opay, team dari Jakarta sudah merapat ke Stasiun disebelah barat kota Satria itu. Dan pukul 8:15 pagi bus yang kunaiki merapat ke terminal Purwoketo.


 

Bersambung…



Catatan 10 hari untuk Jambore Petualang Indonesia [15]

Struktur Panitia

Jambore Jejak Petualang 2009

 

Advisor

Dody Johanjaya : Koordinator Advisor

Heru Gonjess                          : Bidang Administrasi

Mohammad Anshori                 : Bidang Kegiatan

Bambang Pamungkas              : Bidang Umum

Soesilo Handoko                     : Bidang Sarana dan Prasarana

 

Panitia Pelaksana

Ketua Panitia(CampChief)         : Aji Rachmat Purwanto

 

Bendahara I                                      : Agustina Susanti

Bendahara II                                     : Rida Indah Fariani

 

Ketua Bidang Perkemahan

(Deputy campchief)                          : Cahyo Pandhu Subagyo

Subcampchief I - Air                           : Anto Stress Metal

Subcampchief II – Tanah                     : Tata Bukrata

Subcampchief III - Udara                     : Anggita Ramadoni

 

Ketua Bidang Administrasi              : Epik Wasilah

Ka Sie Pendaftaran dan data               : Zulfikar Hidayat Putra

 Tim Scoutshop : - Ria Kurniasih

                      - Mimi Jamilah

Ka Sie Atribut                                    : Fariesharjo

Ka Sie Kesekretariatan                       : Diana Susanti

                                                          Idyana Khodijah

 

Ketua Bidang Kegiatan                    : Rudy Rahadian

Ka Sie Giat Pilihan                             : Ligar Sonagar Rosyani

Ka Sub Sie Mountain Bike      : Tri Rahayu

Ka Sub Sie Fun Orientering     : Doni Saputra

Ka Sub Sie Trekking obat        : Iil Kholillah

Ka Sub Sie Trekking hutan      : Anugerah Bermani

Ka Sub Sie Trekking ular         : Ihya Ul Ulum

  Nurdin Hakim

Ka Sub Sie Trekking foto         : Eko Purnomo

Ka Sub Sie Trekking jurnalis    : Redi Tendean

Ka Sub Sie Trekking survival    : Thea Arabella


Ka Sie Jejak Petualang Nite             : Jaka Permana

Irda Yusanti

Faidah (Opay)

Darwin Wibowo

Ka Sie Penghijauan                             : Jemmi Novitra

Bagus Gunawan (Satub)

Kisyut

Agus Rubiantono

Ka Sie Fun Games                              : Novita Tampubolon

Windu Puaji

Tri Handoko

Sie Lomba Lari kaki diikat       : Diana Khaelani Putri

Sie Lomba Coin                      : Arief Priyosantoso

Sie Lomba Tarik Tambang       : Dadang Yulianto

Sie Lomba Belut                     : Devim Ragilia

Sie Lomba Paralon                 : Taufiq Rigel Baskoro

Sie Lomba Bakiak                  : Wahyu Lukman

                                              Rosdiana

Sie Lomba Balap Balon          : Yeni Rachman

Sie Lomba Rias                     : Tyas Kusuma

Sie Lomba Balap Karung        : Nurul Hidayati

            Sie Lomba Pindah Sarung      : Widya Permana

Ka Sie. Protokoler (Upacara)             : Ikhwan Setiawan

  

Ketua Bid. Usaha Dana, Kerjasama  : Dahlia Rera

Ka Sie Usaha Dana                             : Winniarlita

Inggrid

Beth Sutianty

Ka Sie Global Development Village        : Timmy Febrin

Ka Sie Dokumentasi                            : Mursid Sarwo Edi

  Kristanto

 Yudhi Nuryadi

Ka Sie Media Relation                            : Devi Ratnaning Ayu

Ka Sie Publikasi                                    : Dewi Putri Panca

  Suprih Puji Lestari

Ka Sie Jambore Info Center                   : Yulia Qim Deebraska

Ka Sie Pameran Umum                           : Witri Nur Apri Aini

Ka Sie Pameran Milis JP                         : Pritha Afsharry

   Susi Maryati

 

Ketua Bidang Sarana dan Logistik    : Dani Setiawan

Ka Sie Transportasi                              : Erwin Andi Londi

Yosef Taryono

Ka Sie Listrik, MCK, Sampah                : Santoni Sulaeman

 Mohammad Yani

Ka Sie Konsumsi                                 : Rusmiati

Myra Tri Tubidasari

Mila Oktaphiana

Ka Sie Logistik                                    : One M Nurrahmat

 

Ketua Bidang Umum                         : Arip Budiman

Ka Sie. Komunikasi                             : Irwan Febriansyah

Ka Sie. Keamanan                               : Ari Rahman

Ka Sie. Kesehatan – Rescue                : Mira Hamzah

Tim SAR

 

Koordinator Wilayah

Bandung dan sekitarnya                    : Aris Irwan Septiana

Semarang                                        : Andhy Daru

Yogyakarta                                      : Eko Hadi Saputro

Surabaya                                         : Hero Christian Martin

Bali                                                 : Rangga AF

 

Catatan 10 hari untuk Jambore Petualang Indonesia [17]



-masih dalam penulisan, mau upload Catper Slamet dulu, sabar ya.. :D -







Catatan 10 hari untuk Jambore Petualang Indonesia [18]



-masih dalam penulisan, mau upload Catper Slamet dulu, sabar ya.. :D -