-SAHABATdariSURABAYA-
koHAN, Wahyu, Hengky, Harto,
Ribut, Eric.
-IJO LUMUT-
Arif, Sigit, Eko, Agung, Rizky, Adit,
Bungurasih-Surabaya
14 Agustus 2006
Sesuai kesepakatan, kita berlima janjian kumpul di Masjid Bungurasih, Sehabis sholat Isya’ semua kru dari Surabaya ngumpul, perjalan dimulai dengan naik Bis Jurusan Malang. Kebetulan saat itu jalur ke malang masih bisa lewat TOL Porong, meskipun sudah mulai Buka-Tutup nggak pasti. Dan ini juga saat pertama kali aku lihat Luapan Lumpur yang sangat dahsyat. Yang bahkan sampe sekarang masih belum berhenti dan Tol Porong sudah hilang dari Peta Bumi. Selain ngeri juga sempat punya pikiran iseng, Besok kalo mau muncak gunung ga’ perlu jauh-jauh. Cukup jalan aja ke porong sudah liat kawah.
Terminal Arjosari kota Malang
Sampe diterminal kota Malang sekitar pukul 10 malem, kita terlambat hampir 2 jam. Maklum perjalanan di Tol Porong merayap, karena terendem air Lumpur. Diterminal kita disambut Mas Eric temennya mas Wahyu, salah satu kru dari Surabaya. diterminal Arjosari kita ketemu Rombongan dari Surabaya “Ijo Lumut-SMK Rajasa”. Ini juga awal kita mulai petualangan bersama naik kegunung-gunung lain dijawa timur. Dari Teminal Arjosari kita naik angkot menuju pasar Tumpang, per-anak Rp 6.000,-.Penuh sesak naik angkot dipenuhi guyonan-guyonan ala pendaki.
Pasar Tumpang - Malang
Sampe dipasar Tumpang masih pukul 11 malem, ternyata perjalan belum bisa dilanjutkan malam itu, kerena kita akan ikut naik Truk Sayur besok pagi. Semalem kita mulai merasakan jadi anak liar dan dinginnya tidur diemperan pasar.
15 Agustus 2006
Segelas Kopi panas di pagi hari, menjelang subuh kita dipaksa sudah harus terbangun karena emperan tokonya sudah berubah menjadi pasar. Kanan kiri banyak pedagang yang mulai bangun mencari rejeki. Sambutan hangat dari pemilik Truk sayur, Pak No, dengan segelas kopi hangat. Sekitar pukul 6 pagi perjalan dimulai dari pasar Tumpang, da rombongan lain juga yang ikut naik truk. Biaya per orang Rp 20.000,-.
Pos Perijinan di Tumpang, setiap pendaki dimintai kontribusi Rp 7.000,-. Biasanya pada waktu-waktu salain pendakian masal cuma Rp 4.000,-. Pengelola Gunung Semeru dibawah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Perjalan dilanjutkan melalui jalur yang cukup ekstrim, kanan kiri jurang dan pertanian sayuran masyarakat Tengger. Selain itu juga pemandangan cukup bagus, kita bisa melihat Bromo Back Side (foto di folder Fotografer.Net). Sebuah hamparan lautan pasir khas Bromo megah terhampar. Terlihat kokoh dari belakang.
Ranu Pane - Lumajang
Sekitar dua jam sampailah Rombongan didesa terakhir, Ranu Pane 2.200 mdpl. Sebelum dilanjutkan dengan jalan kaki. Disini romongan melaporkan perbekalan dan jumlah personil yang akan mendaki. Karena di bawah TNBTS, pendakian di Semeru terasa istimewa, semua koordinasi terorganisir dengan baik. Pendakian Start dari Pos I Ranu Pane, kita disambut dengan sebuah penunjuk arah “Semeru 17 km”. Wow!! Perjalan yang jauh.
Ranu Kumbol
Naik turun perbukitan selama sekitar 4 jam, kita akan menemui sebuah hamparan danau yang sangat eksotis, masih alami belum tersentuh dunia modern. Ranu Kumbolo adalah danau bekas kawah gunung semeru. Dengan ketinggian 2.300 mdpl. Hawa disini sudah mulai dingin. Rombongam berencana untuk nge-camp semalam disini, disisi barat danau.
16 Agustus 2006
Pagi harinya sekitar pukul 4 suhu masih sengat ekstrim -4 derajat Celcius. Embun pagi yang berupa air berubah menjadi butiran es. Sekitar pukul 5.30 pagi,
Pukul 10 pagi. Pendakian kembali dilanjutkan, tidak jauh dari Ranu Kumbolo kita langsung disuguhi track yang cukup terkenal dan juga terjal sepanjang 100m, Tanjakan Cinta. Mitosnya siapa yang mampu melewati Tanjakan Cinta tanpa behenti, maka kisah cintanya akan mulus. Siapa yang sanggup?. View Ranu Kumbolo dari puncak Tanjakan Cinta pun tidak kalah menawan, dengan pantulan sinar mataharinya seperti lautan kristal.
Oro-oro Ombo
Turun dari Tanjakan Cinta, sudah
Kali Mati
Setelah melewati hutan oro-oro ombo, kita akan melewati jalur mendatar lagi. Disini kita akan kembali takjub. Karena puncak mahameru sudah mulai kelihatan. Dengan durasi yang cukup teratur, sekitar 20 menit sekali terlihat jelas luncuran awan panas yang keluar dari kawah gunung semeru.
Kali mati 2.700 mdpl, merupakan Pos ke 4 dari pendakian Semeru. Di pos ini juga merupakan tempat terakhir bekal persedian air minum. Dengan berjalan sekitar 1 jam kita akan menjumpai mata air yang tidak terlalu besar. Disarankan untuk mengambil bekal air minum disini, karena setelah ini tidak dijumpai sumber mata air.
Arcopodo
Track yang kita lewati setelah Pos 4 akan berubah drastis. Sebelumnya kita dimanja track mendatar, dengan naik turun sedikit. Setelah masuk hutan Arcopodo. Hutan terakhir sebelum puncak Mahameru. Track akan langsung mendaki dengan jalanan yang berdebu. Cukup menyiksa apalagi dengan beban berat tas carier yang ada dipundak. Kadang juga menemui jurang. Sehingga harus bergantian jika berpapasan dengan rombongan lain.
Untuk pendakian malam hari di hutan ini harus ekstra hati-hati. Pos 5 Arcopodo berada diketinggain 3.000 mdpl. Terdapat area yang cukup datar, sehingga banyak digunakan untuk camp terakhir sebelum pendakian ke puncak. Disini juga terdapat banyak “Nisan” yang bertulisakan nama-nama pendaki yang gugur sebagai Green Ranger Indonesia.
17 Agustus 2006
Jam 1 dini hari, diantara rimba hutan cemara dan dinginnya udara gunung yang menusuk. Kami dan semua rombongan yang mendirikan camp di Arcopodo dibangunkan oleh Panitia Pengibaran Bendera Merah Putih Upacara Proklamasi Kemerdeakan Indonesia di puncak Mahameru. Pada tahun 2006 ini Panitia dari Kampus ITN Malang. Perjalanan kepuncak dimulai sekitar jam 2 pagi.
Mahameru
Track berpasir dan berdebu yang licin, dengan kanan kiri berupa tebing jurang yang gelap. Ditambah udara puncak yang dingin menusuk. Setiap pendaki merayap berbaris satu persatu. Cukup melelahkan, karena setiap kita mendaki selangkah, maka langkah kita akan melorot separuhnya. Karena medan yang kita daki adalah pasir terjal dengan kemiringan hampir 450. dan ini adalah satu-satunya rute yang bisa dilewati.
Setelah mendaki dan merayap sekitar 4 jam, sampailah kita dipuncak Mahameru, 3.676 mdpl. Sebuah puncak teragung, puncak tertiggi tanah jawa. Disebelah barat kita bisa melihat jajaran gunung Panderman, Arjuno-Welirang, Penanggungan. Agak serong keutara sejurus hamparan istana hijau TNBTS, dengan gunung Batok dan Bromo sebagai pusatnya, berada ditengah mengepulkan asap belerangnya. Hingga pandangan kita tertuju pada puncak gunung Pananjakan. Mungkin kita akan lebih sering melihat foto TNBTS dari Pannjakan dari pada dari puncak Mahameru. Memang karena dari pananjakan sudah diset menjadi objek wisata.
Sebentar menikmati puncak Mahameru dengan luncuran awan panas yang keluar dari Kawah Jonggring Saloko, dilanjutkandengan Upacara detik-detik Proklamasi. Khidmat. Setiap peserta dengan bangga mengibarkan bendera club adventure-nya.
Tak akan habis-habisnya kita puja keagungan alam, yang disuguhkan oleh Tuhan untuk menunjukkan
Rombongan sampai di Ranu Kumbolo. DiTanjakan Cinta semua pendaki digeledah oleh tim SAR, semua sampah harus dibawa turun dan dilarang membakar sampah diatas. Dan lebih parah lagi bagi yang mencuri Bunga Edelweis. Tak tanggung-tanggung, mereka disuruh push-up dan kungkum didalam danau Ranu Kumbolo yang sangat dingin. “Pecinta alam tidak mengambil sesuatu kecuali Potret. Tidak meniggalkan sesuatu kecuali Jejak, Tidak membunuh sesuatu kecuali Waktu”
18 Agustus 2006
Rombongan yang berjumlah 13 anak ini, sempat nge-camp lagi di Ranu Kumbolo. Dan sekitar pukul 10 siang, perjalanan pulang diawali. Turun dengan rasa Patriotisme dan bangga telah mencapai puncak tertinggi tanah jawa. Dan tentunya siap untuk mendaki puncak-puncak berikutnya.
SAHABATdariSURABAYA
Semeru, 14-18 Agustus 2006
(Seluruh foto ada di folder Ekspedisi Semeru dan Video diupload di MP ini juga)
Surabaya, 29 Agustus 2007
koHAN
kohan2282.multiply.com