
“ Aku ajak dirimu bercumbu dicerukan bumi ini
Berdua menikmati hangatnya kabut Tengger
Dalam selimut malam yang mulai menyendiri
Berpacu menyetubuhi pasir-pasir remuk itu…
Rebah dalam putaran waktu
Menikmati sejenak keindahan alam
Aku terlelap diantara ilalang yang berkumpul manja
Memaksaku untuk tetap disini…
Selalu bersama dalam lembah kehidupan
Menyapa luasnya hamparan ini dari ujung keujung
Semua semakin penuh pesona
Saat basah hujan menyimak setiap langkah kita
Meninggalkan jejak langkahku
Yang pasti
Agar nodanya tak mengotori sucimu
Ah… aku semakin terjerat dalam cinta-cintamu
Diantara ilalang itu dan lembutnya pasir Bromo..”
***
Kupacu motor Supraku ini dihamparan Segoro Wedi Bromo yang seolah tanpa ujung, karena memang ujungnya tak mampu aku lihat. Malam ini begitu gelapnya, bahkan gugusan Gunung Batok disebelahku, Pura dan Kawah Candradimuka itu tak terlihat. Hanya patok-patok pembatas yang menuntun arah motorku. Daoi Fani yang membonceng dibelakangku pun kelihatan cukup payah menikmati
“srakkk…..” aku terjatuh lagi, seperti tak mau bangkit aku rebahkan sebentar tubuhku dilautan pasir ini sambil saling tertawa menimati petualanganku ber-off road ria menjelang malam ini.
Tak banyak yang mampu aku lihat disana, hanya merah lampu motor Hero dan Dadang yang jauh didepan
Biasanya aku melawati setengah rute pasir ini, start dari gerbang Bormo sampai ke sekitar bukit teletubies, tapi malam ini ternyata aku mengikuti guide-an Hero, untuk melewati jalur pananjakan, melewati turunan yang sangat curam, andaikan naik aku yakin motorku tak sanggup melewatinya. Dilajutkan menempuh rute pasir ini… melintasi bekas kawah purba dataran Tengger dari ujung pananjakan sampai hamparan
***
Ah!! Panas ini sudah cukup membuncah dikepalaku rasanya. Keringat hangat terus mengalir dari pori-poriku. Gerah dimana-mana, semua yang kutemui pun sambat satu hal yang sama,
Teringat status chat room-ku di YM,”Ranu Pani, 2300m DPL”. Aku pingin banget kesana lagi. Padahal tahun ini sudah kesana tiga kali. Mengunjungi desa tertinggi di dataran Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), dengan ketinggian 2300 meter Diatas Permukaan Laut. Sangat damai, sejuk…dingin…, dan tentunya seperti ada magnet kuat yang kutub-kutubnya selalu menarikku untuk kesana lagi. Apalagi dengan adanya Hamparan Savana Bromo, dipunggungan kawah Bromo dengan bukit-bukit kecil berbentuk seperti bukit rumput tempat bermain Tinkiwingky,Dipsy, Lala dan Poo. Makanya banyak orang menyebutnya bukit Teletubies.
Tak lama, dengan semangat untuk minggat dari
[Sabtu, 25 Oktober 2008, pukul 2 siang]
Aku sudah berada diujung utara
Hero dan Dadang juga sudah berangkat dari tengah
Lagi dan lagi, aku menikmati perjalanan ini, 105 km/jam angka maksimal yang mampu aku capai dijalanan Bangil Pasuruan yang luas dan rata dengan aspal barunya. Diteruskan ke Pasuruan, sampai akhirnya terjadi sedikit perdebatan, aku minta lewat
Melewati desa Tosari, hari sudah gelap, lewat maghrib. Terus menanjak dan hanya 2 motor kami yang membelah bukit berkabut yang ujung atas
Jalanan berkabut tebal yang basah dan dingin, jarak pandang tak lebih dari 10 meter. Dengan kanan kiri adalah jurang yang tak kami kenali. Semakin menurun, lama-lama semakin terjal. Dan sampailah kami diujung jalanan aspal menuju ke lautan pasir yang terhampar tanpa ujung karena gelapnya.
Berhenti sejenak, perjalanan malam ini kami lewati dengan jatuh bangun dilautan pasir, Segoro Wedi Bromo. Dari yang semula terlihat rute bekas Jeep, sampai akhirnya hanya pasir yang terhampar tanpa track. Bebas kami memilih jalanan disini tanpa marka, apalagi polisi tidur.
***
Selepas Track pasir yang melelahkan, dan sedikit kenang-kenangan dikaki karena saat jatuh menyentuh knalpot motorku, sampailah kami di
Karena semakin basah oleh gerimis, motor-motor kami hanya melewatinya tanpa berhenti, tarus naik hingga sampai di pertigaan Jemplang, dan terus sampai di Ranu Pani, Sebelum singgah dirumah Pak Tomas, Tasrip Home Stay, kami ingin mencicipi Bakso di depan pos perijinan Semeru. Dingin ini begitu nikmatnya makan Bakso panas. Ditambah beberapa gorengan dan peyek kedelai… ternyata kenikmatan itu cukup mahal kami harus membayarnya. 4 mangkuk bakso dan beberapa makanan tadi dihargai Rp 52.000,- cukup mahal untuk kantong petualang miskin seperti kami... :P. Tapi tak apalah, sekali-kali jadi wisatawan edan..haha…
***
Dirumah Pak Tomas, Kepala desa Ranu Pani, seperti biasanya jika kami aku menginap disini kami ditemani Pak Tasrip, ayahnya Pak Tomas. Bercerita panjang lebar tentang TNBTS, suku Tengger dan upacara-upacara adatnya. Beliau pindah dari Lumajang sekitar tahun 80an. Mungkin saat itu sedang booming lagu Dansa Ranu Pane-nya Gombloh.
Suku Tengger mendiami beberapa bukit dipenjuru arah kawah Bromo. Terdapat dalam 4 kabupaten. Tosari di sekitar Barat Laut merupakan kabupaten Pasuruan. Ngadas di Sebelah Barat Daya ikut kabupaten
Suku Tengger masih taat dalam menjalankan budaya turun-temurun dari leluhurnya. Seperti Yadnya Kasada, Unan-unan, Karo dan upacara-upacara lainya. Kasada merupakan upacara pesembahan dari rakyat Tengger sebagai rasa besyukur dengan melempar hasil bumi kekawah Candradimuka. Upacara ini cukup tekenal, bahkan jika sedang berlangsung, hamparan lautan pasir Bromo penuh oleh warga Tengger dan wisatawan. Sedangkan upacara Unan-unan, adalah upacara untuk mencegah bencana buruk di sekitar Tengger. Bulan Juli tahun ini aku sempat ke Ranu Pani saat itu aku begabung dalam pendakian BUSER Semeru bersama milis Jejak Petualang dan milis #pendaki
Tak terasa, dingin malam Ranu Pani ini kami lewati dengan perbincangan hangat, inilah saat-saat yang selalu mengisi malam berbaur bersama sahabat alam, masa yang selalu aku rindukan. Kami berlima duduk diperapian belakang. Hangat sambil meminun secangkir teh hangat yang aku siapkan. Malam ini kami menunggu kedatangan rombongan Om Mbenk dan beberapa pendaki dari
[Minggu, 26 Oktober 2008, jam 6 pagi]
Seperti sudah menjadi ritualku, tak sah jika kesana tidak memutari dua danau di desa itu, danau Ranu Pani dan danau Ranu Regullo disebelah timurnya. Setelah memutari danau itu, kami pulang kembali ke rumah Pak Tomas, dan tetap masih tak kutemui rombongan pendaki itu. Dari pada menunggu maka kami sempatkan untuk kembali ke hamparan Savana Bromo.
Disavana ini aku memilih rebahan diatas ilalang, Daoi Fani dan Dadang memilih untuk jalan-jalan kebukit terdekat, dari pandangan mata memang bukit itu serasa dekat, tapi sebenarnya jauh. Aku hanya sempat ngomong kalo bukit itu jauh ada sekitar satu kilo meter dari tempatku rebahan. Tapi mereka nekat, aku pun melanjutkan menikmati savana ini. Hero meminjam hp ku, dia nelpon komandan Obie dan Tante Nhanha. Saat menelpon tante nhanha inilah… tiba-tiba terdengar suara histeris disana
“kohan… Aku kecelakaan.. kereta yang aku naiki anjlok.. semua berterbangan, bergonyang kanan kiri.. horor banget….”. Ternyata kereta yang dinaiki tante anjlok dari rel-nya. Alhamdulillah untung tidak terjadi apa-apa.
Saat aku masih menikati hamparan ini, rombongan Om Mbenk datang. Ada Rera yang ribut minta ampun, Jager, Kucing, Sinyo dan 8 pendaki dari
***
Kami berempat melepas team pendakian ini sampai di ujung jalan beraspal, hingga mereka pergi menyusuri jalanan menuju puncak Semeru. Menggapai puncak impian pendaki ditanah jawa, Mahameru 3.676m DPL. Hujan deras mengawali langkah mereka, juga jalan kami menuju pulang ke
Memang jalur antara Coban Trisula dan Coban Plangi ditutup, hanya satu motor yang bisa melewatinya. Beberapa titik terlihat bekas longsor. Sementara Jeep pendaki tidak bisa melewatinya, harus memutar lewat Pananjakan.
Setelah memborong beberapa peralatan pendakian di toko adventure itu, kami langsung pulang ke
Memasuki kamarku yang masih hangat, mungkin hujan belum lama turunnya. Karena tubuh yang belum adaptasi dengan panas
Sejuta Terima Kasih untuk
-Hero, Daoi Fani, dan mas Dadang yang telah menemani minggat-ku ke Ranu Pani, besok kita ulangi lagi
-Mas Tomas dan Pak Tasrip, untuk Home Stay dan kehangatan Ranu Pani, ijinkan kami berkunjung kembali.
-Om Mbenk, untuk kaosnya :D
-Rera,… Selamat atas puncak Mahameru.
-TNBTS… selalu…
-koHan-
[kohan2282.multiply]
Ranu Pani, love never end…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar