Rabu, 27 Februari 2008

Puisi untuk Medina Kamil (Presenter JP)....

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Rabu, 13 Februari 2008

ganti Theme....

Sore-sore mau pulang, e.. sebelum pulang punya niat lirik2 MP. nah utak-atik keyboard n mainan mouse..sampelah pada satu halaman yang menarik untuk diklik, ternyata aku masuk ke Customize Theme. liat2... ternyata ada yang kelihatan menarik.
secara reflex, langsung klik aja sebuah gambar yang berisi preview theme. Nah ternyata.. secara otomatis merubah tampilan theme, yang tentunya merubah CSS theme. Padahal CSS yang sebelumnya ngerasa udah "AKU" banget, kalaupun mau ganti suasana tinggal merubah gambar BG-nya.
Dan akhirnya aku gak bisa menyelamatkan CSS favoritku, yang kalo gak salah dulu tak edit semaleman...sampe gak tidur.. hiks...
Rencana pulang cepat gak jadi, sementara harus menyelamatkan tampilan MP yang sudah kadung hancur.
dan sementara pakelah theme ini ... tidak terlalu jelek lah

Selasa, 12 Februari 2008

Tidak pernah ada nada sibuk bagi kita….

 
 
Assalamu’alaikum. .

Pernahkah Anda bayangkan bila pada saat kita berdoa, kita mendengar ini:

"Terima kasih, Anda telah menghubungi Baitullah".

"Tekan 1 untuk ‘meminta’.
Tekan 2 untuk ‘mengucap syukur’.
Tekan 3 untuk ‘mengeluh’.
Tekan 4 untuk ‘permintaan lainnya’."

Atau….
Bagaimana jika Malaikat memohon maaf atas panggilan anda seperti ini:
"Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain. Tetaplah anda sabar
menunggu. Panggilan Anda pasti dijawab berdasarkan urutannya."

Atau, bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda mendapat
respons seperti ini:

"Jika Anda ingin berbicara dengan Malaikat,

Tekan 1. Dengan Malaikat Mikail,
Tekan 2. Dengan malaikat lainnya,
Tekan 3. Jika Anda ingin mendengar sari tilawah saat Anda menunggu,
Tekan 4. "Untuk jawaban pertanyaan tentang hakekat surga & neraka,
silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini!!"

Atau bisa juga Anda mendengar ini :

"Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini.
Silakan mencoba kembali esok hari, dan jangan lupa berwudhu kembali saat anda akan menelpon nomor ini."
atau…
"Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silakan menelpon kembali hari
Senin setelah pukul 9 pagi."

Nah…mengucaplah:
Alhamdulillah. .. Allah SWT masih mengasihi kita, dan Anda dapat menelpon-Nya
setiap saat!!!

Anda hanya perlu untuk memanggilnya kapan saja dan Dia mendengar Anda.
Karena bila memanggil Allah, Anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk.
Allah menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara
pribadi.

Ketika Anda memanggil-Nya, gunakan nomor utama ini: 24434

2 : shalat Subuh
4 : shalat Zuhur
4 : shalat Ashar
3 : shalat Maghrib
4 : shalat Isya

Atau untuk lebih lengkapnya dan lebih banyak kemashlahatannya, gunakan
nomor ini : 28443483

2 : shalat Subuh
8 : Shalat Dhuha
4 : shalat Zuhur
4 : shalat Ashar
3 : shalat Maghrib
4 : shalat Isya
8 : Shalat Lail (tahajjud atau lainnya)
3 : Shalat Witir

Info selengkapnya ada di Buku Telepon berjudul "Al Qur’anul Karim &
Hadist Rasul"

Langsung hubungi, tanpa Operator tanpa Perantara, tanpa dipungut biaya.

Nomor 24434 dan 28443483 ini memiliki jumlah saluran hunting yang tak
terbatas dan seluruhnya buka 24 jam sehari 7 hari seminggu 365 hari
setahun !!! 

 
Bisa anda bayangkan …adakah server yang lebih hebat dari server ini…???

Sebarkan informasi ini kepada orang-orang di sekeliling kita..
Mana tahu mungkin mereka sedang membutuhkannya

Sabda Rasulullah S.A.W : "Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia
terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya
walau sebanyak buih laut"

7 Kalimah ALLAH:

1. Mengucap "Bismillah" pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
2. Mengucap " Alhamdulillah" pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.
3. Mengucap "Astaghfirullah" jika lidah terselip perkataan yang tidak
patut.
4. Mengucap " Insya-Allah" jika merencanakan berbuat sesuatu di hari
esok.
5. Mengucap "La haula wala kuwwata illa billah" jika menghadapi sesuatu
tak disukai dan tak diingini.
6. Mengucap "inna lillahi wa inna ilaihi rajiun" jika menghadapi dan
menerima musibah.
7. Mengucap "La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah " sepanjang siang
dan malam sehingga tak terpisah dari lidahnya.

Dari tafsir Hanafi, mudah-mudahan ingat, walau lambat-lambat. …
mudah-mudahan selalu, walau sambil lalu… mudah-mudahan jadi bisa,
karena sudah biasa.

Sekarang anda mempunyai 2 pilihan :

1. Biarkan E-mail ini tetap dalam mailbox anda. Insya-Allah tidak akan
ada sesuatu yang terjadi pada diri anda.

2. Forward E-mail ini ke sejumlah orang yang anda kenal dan Insya-Allah
ridha Allah akan dianugerahkan kepada setiap orang yang Anda kirim (Ini yang saya lakukan dengan ikhlas) 

Wassalaamu’alaikum..

Semoga Allah SWT memberkati kita semua…..Amin.

Senin, 11 Februari 2008

168 Jam Dalam Sandera

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Meutya Hafid
Penyunting: Hermawan Aksan
Penerbit: Hikmah
Tebal: xviii + 280 hlm

Kita tentu masih ingat peristiwa penculikan yang menimpa dua orang jurnalis Metro TV, Meutya Hafid (reporter) dan Budiyanto (juru kamera), oleh Kelompok Mujahidin Irak (Jaish al Mujahideen) pada 15 Februari 2005. Selama 168 jam mereka disandera di sebuah gua di tengah gurun pasir Ramadi. Tak kurang dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono turut mengupayakan pembebasan bagi keduanya.

Bagi Meutya, peristiwa penyanderaan dirinya itu merupakan sebuah pengalaman berharga dalam sepanjang hidupnya. Sudah lama ia berniat untuk menuliskannya. Namun, karena kesibukan dan lain-lain, baru terwujud dua tahun setelahnya. Buku yang diberi judul 168 Jam Dalam Sandera itu, akhirnya diluncurkan pada Jumat, 28 September 2007 di Ruang Prambanan Hotel Sahid Jaya, Jakarta.

Lewat buku tersebut, Meutya hendak berbagi cerita kepada masyarakat, khususnya para wartawan di negeri ini, bahwa akhirnya tidak ada berita yang nilainya lebih dari nyawa. Di saat-saat yang dirasanya begitu dekat dengan kematian, ia baru menyadari betapa nyawa amatlah berharga dibandingkan berita sepenting apapun dan tak ada sesiapa yang dapat menolongnya kecuali atas kehendak Tuhan. Peristiwa selama 168 jam itu telah membuatnya belajar tentang kepasrahan total kepada Yang Maha Kuasa.

Selain itu, Meutya juga ingin mempersembahkan buku ini bagi perjuangan rakyat Irak serta para penyanderanya, Jaish Al Mujahideen, sebagai pemenuhan janjinya untuk memberitakan (peristiwa penculikan itu) secara berimbang. Lewat buku ini, Meutya juga menaruh harapan agar bangsa ini bisa lebih menghargai lagi profesi jurnalis yang kerap mesti mempertaruhkan nyawa bagi dua menit berita di televisi atau satu kolom kecil tulisan di koran.

Buku ini merekam secara filmis (dan emosional) adegan demi adegan yang dialami Meutya dan Budi sejak diculik di sebuah pompa bensin di Ramadi hingga disekap di gua dan kemudian dibebaskan tanpa tuntutan apapun. Sebagai sebuah memoar, buku ini cukup "jujur", personal, dan menarik karena dituturkan dengan gaya bercerita orang pertama (aku) dengan plot layaknya sebuah novel. Guna lebih menghidupkan cerita, Meutya juga mengisahkan secuil riwayat hidupnya semasa kecil hingga peristiwa tersebut terjadi. Mungkin bakal asyik juga kalau diangkat ke layar lebar.

Pujian bagi rancangan covernya yang menampilkan gambar "bersejarah" itu (Meutya dan Budiyanto di bawah ancaman senjata api dua orang penculiknya dari Kelompok Mujahidin Irak). Gambar tersebut bersumber dari para penculik yang lantas menyebarluaskannya ke seluruh jagad melalui jaringan siaran televisi.

Wanita cantik kelahiran 29 tahun silam itu semula tidak pernah bercita-cita bekerja sebagai jurnalis. Ia yang lulusan Teknik Industri Universitas New South Wales, Australia ini, mengaku kariernya sebagai reporter televisi bermula dari rasa ketertarikannya pada konsep televisi berita 24 jam di Metro TV. Acara pertama yang dibawakannya di stasiun tivi tersebut adalah e-Lifestyle sebelum akhirnya menjadi pembaca berita seperti sekarang ini.

Pada pengujung Januari 2005, Meutya tak dapat berkelit dari tugas yang diberikan atasannya untuk pergi meliput secara langsung pemilihan umum (pemilu) di Irak. Padahal, ia baru saja kembali dari tugas liputan pascatsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Pemilu di Irak tersebut menjadi penting sebab itulah pemilu bebas pertama yang diselenggarakan setelah tergulingnya Saddam Husein.

Sebagai wartawan tivi dengan jam terbang lima tahun, Meutya telah cukup banyak mengantungi pengalaman meliput daerah-daerah "rawan" dan berbahaya. Ketika menerima penugasannya ke Irak, Meutya sadar bahwa ia akan terjun meliput ke sebuah wilayah konflik bersenjata yang setiap saat berisiko terhadap keselamatan jiwanya. Namun, tentu ia tak pernah bermimpi jika akhirnya ia benar-benar berada pada sebuah situasi riil yang mengancam keselamatannya. Ia diculik. Sungguh-sungguh diculik! Dan lima hari kemudian, ia yang biasa mewartakan berita kepada dunia, kini berbalik menjadi objek yang diberitakan.

Selain Meutya, penulisan buku ini juga melibatkan tim penulis pendamping yang terdiri dari Mauluddin Anwar, A.Latief Siregar, dan Ninok Leksono serta Hermawan Aksan (cerpenis/novelis) selaku editor.***

Sumber : Perca