Sabtu, 15 September 2007

Jogja dalam cerita sehari

LEVI’S dan Barkas

 
Oleh-oleh mu
dik kemarin… Diawali dengan perjalanan panjang yang sangat melelahkan. Dan rasa kangen yang sudah cukup lama, akhirnya aku niatkan untuk singgah semalem dikota "gudeg" Ngayogjakarto Hadiningrat.

SMS temen, mas Said, minta dijemput dibawah jalan layang Gianti. Mas Said adalah tetangga rumah di Gombong yang sudah cukup lama menetap dijogja. Dan beberapa kali aku nginep di-kos-nya. Pertemuan diawali dengan melintasi beberapa sudut kota Jogja, tidak terasa asing, tapi cukup merasa banyak perubahan. Hotel Ambarukmo sudah berubah menjadi Mall Ambarukmo. Agak kebarat dikit masih disekitar jalan Solo, ada Mall baru lagi. Ternyata jogja sebagai kota wisata, yang menurutku kota yang paling bisa menjaga keaslian bangunan kunonya mulai tumbuh menjadi kota metropolis. Kanan kiri tumbuh Mall-mall yang malah mematikan ekonomi menengah ke bawah dan menghilangakn kesan Jogja sebagai kota yang Eksotis.

Lurus ke barat dari jalan solo melewati depan Rumah Sakit Bethesda, sampai ke persimpangan Gramedia, belok ke utara ada bundaran UGM yang masih seperti dulu.

Berita pertama yang aku terima dari Jogja adalah sebuah berita duka. Tiga sahabat seperguruan dari Merpati Putih kolat Sleman. Meninggal dunia tenggelam dikali Opak, dekat Parangkusumo. Mereka adalah Alm Mas Fadhli, Alm Mas Bayu, & Alm Mas Leo. Dalam acara Ujian Kenaikan Tingkat Nasional (UKT-Nas). Aku coba call ke temen MP UGM, mba Hera. Untuk konfirmasi berita ini, ternyata memang benar. Dan saat aku telpon mba Hera sedang dalam perjalanan ke rumah duka di Maos (cilacap) rumah Alm mas Bayu. Hari ini (9 Sept 2007) adalah hari berkabung untuk keluarga besar PPS BETAKO Merpati Putih.

Dari kawasan bundaran UGM, perjalanan dilanjutkan ke jalan kaliurang disekitar gedung pusat UGM. Berhenti sejenak menikmati makanan lesehan. Disepanjang trotoar depan kampus pusat UGM. Terakhir ke Jogja kawasan UGM belum serame ini.

Karena sudah cukup lelah setelah perjalanan seharian dari Surabaya. Aku lebih meilih untuk langsung ke kosnya mas Said di jalan kaliurang km. 7. disinilah satu cerita baru tentang jogja dimulai.

 

Tentang LEVI’S bekas...

Fashion... nggak terbayang dan tidak ada niat kalo aku disuruh beli pakaian dengan harga yang mahal (>Rp.150.000) apalagi beli bekas. Aku yang terbiasa dengan jeans kaki lima seharga 50 ribuan, dan juga kaos bermerek promosi hasil beli dikonser musik atau tempat-tempat wisata dengan harga 40 ribuan. Bagiku merk bukanlah segalanya. Yang penting kenangan atau history dari barang yang aku miliki.

Beda dengan pendapat temenku yang satu ini. Mungkin karena kehidupannya dijogja, sebagai salah satu kota fashion. Ternyata harga celana Levi’s bekas disini masih ’gila’, 200 ribu untuk celana bekas dan kumal adalah hal biasa. Cerita tentang Levi’s ini dimulai dengan History dari awal pembutan celana jeans ini, yaitu sekitar tahun 1853. dan sampe sekarang produsen Levi’s masih memproduksi satu model yang sama sejak awal celana ini mulai dibuat.

Dengan logo LEVI’S atau yang lebih dikenal dengan istilah ”big E”. Logo ini berubah sejak tahun 1970 menjadi LeVI’S dan dikenal  dengan ”little e”.  Dan ternyata untuk mendapatkan celana Levi’s original dengan beberapa kriteria seperti pada gambar. Para kolektor banyak berburu ditoko pakaian bekas pakai yang lumayan banyak disekitar kota jogja. Bahkan mulai menjamur dan mungkin malah tidak berijin resmi dari pemerintah.

 

Barkas dan barang bekas....

Satu lagi peluang bisnis baru yang mulai tumbuh di Jogja yaitu Barkas (Barang bekas) atau sebuah gerai toko yang khusus menjual barang-barang bekas. Uniknya lagi barang-barang bekas tersebut masih terikat dengan pemilik aslinya (pihak pertama). Disini Barkas hanya menjualkan barang bekas dengan ketentuan pihak Barkas akan mendapatkan sharing keuntungan 10 % jika jika barang tersebut laku. Dan pihak penitip akan dikenai biaya administrasi mulai dari Rp. 3500 untuk itemnya. Tergantung dari harga jualnya.

Unik. Usaha bisnis seperti ini baru berjalan dikota Bandung dan Jogja. Mungkin karena di dua kota itu kan banyak mahasiswa yang secara ekonomis selalu membutuhkan dana cepat jika butuh uang, ini mungkin (maaf  kalo salah).

Sehari di Jogja sempat melihat dua toko Barkas, satu diderah Nganglik, dan satunnya di Barkas pusat Jl. Gejayan no. 8C.

 

Sebuah peluang bisnis yang berhubungan dengan barang bekas... sehatkah?   

2 komentar:

KuroShiro TheDeviL mengatakan...

Yupz,sini anak2x gila fashion!! Coba aja, ql pendatang biasa dandananny masih cupu, ntar ql dah smstr 2 pokoke udah tgl bbrp bulan djogja menunjukan perubahan2 ksana!!

She Ncie mengatakan...

gimana jogja......... menyenangkan bukan..????