Payung warna pink hadiah dari PMI itu sudah masuk kedalam daypack-ku, daypack kecil kenangan dari JP Camp dicurug Ciheurang akhir juni kemarin. Hari ini akan aku nitai sebuah perjalanan yang cukup panjang. Setidaknya payung itu akan sangat membantu jika hujan benar-benar turun membasahi
Ini adalah sebuah perjalanan dari wong edan yang kebanyakan libur dan kurang kerjaan. Hari ini aku libur lagi, setelah kemarin libur dan besok juga libur, padahal sekarang adalah hari Selasa. Itulah kenikmatan kerja Shift yang aku jalani, meskipun dunia serasa milik sendiri, setidaknya aku masih bisa menyesuaikan waktu liburku dengan kebutuhanku. Naik gunung 10 hari tanpa cuti pun pernah aku lakukan. Sebenernya niatan ini sudah pernah timbul dalam benaku. Awal tahun kemarin aku pernah berjalan dari terminal Bungurasih sampai ke daerah Ketintang, rumah kosku, dengan jarak 5 km Dan hari ini aku ingin melakukan perjalanan dari Ketintang kearah utara hingga berujung di Tugu Pahlawan dengan jarak kurang lebih 8 km. dan pulang naik bis
Pukul 9 lewat 15 menit, setelah mengisi perut yang kosong ini, aku mulai dari sisi dalam perkampungan Karangrejo Sawah, disebelah barat pasar Wonokromo. Memilih melewati jalan kampung yang sesak dan padat selain lebih banyak orang juga sekalian mengenali
Sesaat keluar dari perkampungan dan dilanjutkan melewati komplek Terminal Joyoboyo yang masih saja tetap terlihat kumuh meskipun beberapa kali pernah ditata ulang oleh Pemkot dengan satpol PP-nya sebagai tameng saat berperang dengan rakyat kecil. Terus keutara dan mengitari komplek BONBIN Surabaya. Mengambil beberapa foto disana dan foto patung kebanggaan
Melawati trotoar disisi barat jalan raya Darmo yang membelah
Tak lama ditaman Bungkul, pukul 10.19 aku teruskan langkahku yang mulai berkeringat dibawah panas
Memasuki Segitiga emas di sekitar pasar keputran, aku memilih untuk menyabrang melewati jembatan penyeberangan dan memilih kembali melawati trotoar sebelah barat. Melawati Jalan Basuki Rahmat hingga sampai Tunjungan Plasa. Trotoar disini sudah dibuat cukup bagus, kerena memang merupakan proyek Pedestrian, tapi tetep aja
Saat melewati pintu masuk ke TP1 ini, aku pun memilih untuk melewatinya masuk dan turun kebawah, melewati HERO dan memasuki hall TP3 terus kearah utara dan nantinya akan keluar di pintu SOGO, cukup nyaman pikirku. Selain mempersingkat jalan dan yang penting adalah menikmati dinginnya AC mall. Masih sepi, baru sekitar jam 11, saat mau keluar dari SOGO ini lah aku sempat dibuat bingung alias nyasar :P, meskipun aku tahu lantai yang aku lalui adalah lantai Ground, setelah naik satu tingkat dari lantai UG. Tapi jalan keluar tak kunjung aku temui. Sempet inisiatif untuk melalui tangga darurat, tapi sayang pintunya di gembok, Tanya tukang jaga toilet juga Cuma menjawab seadanya.
“mas kalo mau keluar dari sogo lewat mana?” tanyaku
“ya tinggal lewat saja” jawabnya
Akupun mengabaikanya, ada SMS dari Hero diapun menyarankan lewat tangga darurat. Akhirnya aku pun nekat muter di SOGO. Dan benar ternyata pintu yang aku tuju tertutup Eskalator, kalo diliat dari dalam. Sebuah tata ruang yang membingungkan.
Keluar dari SOGO langsung tembus dijalan Embong Malang, saat itu jam di HPku sudah menunjukan 11 lewat 29 menit. Hampir tengah hari. Cukup panas, untung matahari tidak begitu terik. Perjalanan menuju Tugu Pahlawan sudah semakin dekat, tinggal meneruskan sampe ujung jalan ini kemudiam menyeberangi lampu merah sampai di komplek jalan Blauran. Menyusuri pasar yang disepanjang tokonya adalah penjual emas. Di seberang jalan adalah sebuah bangunan megah, Empire. Miris rasanya melihat bagunan itu, saat rakyat miskin sedang bergelut untuk mendapatkan sesuap nasi, Bangunan itu dibangun sebagai pusat penjualan permata di
Akupun melanjutkan dan memilih memasuki Pasar Baluran. Baru sekali ini aku memasuki pasar yang dikenal juga sebagai tempat untuk berburu buku bekas atau buku murah, entah legalitasnya. Tidak begitu sesak, masih banyak los-los pedagang yang tutup. Berjalan sampai ujung dan akhirnya keluar lagi di perempatan jalan Kranggan, sebuah jalan kuno yang sudah ada sejak jaman Belanda. Menyeberangi lampu merah tepat di depan mall BG Junction yang masih tergolong mall baru. Dan diteruskan sampai dijalan Bubutan. Tinggal satu nama jalan Panjang ini untuk sampai di Tugu Pahlawan. Sempat beristirahat sejenak dihalte diatara jalan ini. Sambil memperhatikan sebuah bangunan kuno yang sudah ditumbuhi rumput diatapnya. Tinggal menunggu roboh, sungguh sayang bangunan itu mungkin salah satu saksi sejarah pertempuran 10 November.
Diujung jalan Bubutan ini dan menyeberang perempatan yang cukup padat dan lebar disanalah berdiri begitu gagahnya tugu kebanggaan Arek-arek Suroboyo. Tugu Pahlawan simbol Patiotisme bangsa
Tak lama aku memasuki komplek tugu ini, setelah memasuki dan memegang Tugu ini (hanya memegang haha…). Aku pun segera meninggalkanya. Entah apa yang aku cari, jauh-jauh jalan kaki hampir 10 km selama 3 jam hanya untuk menyentuh Tugu itu untuk pertama kali, pancene cah edan…
Rencana untuk langsung pulang naik bis
Berjalan diantara pedagang dan pembeli yang saling tawar menawar, meskipun tak ada barang yang aku cari tapi aku terus menikmati keramaian ini. Lebih dari satu jam seperti terjebak diantara barang dan orang sampe akhirnya memutuskan untuk keluar dan pulang. Jalan pulang yang aku ambil siang ini akan diawali lewat jalan
Sekitar pukul dua siang memasuki daerah Kranggan yang semrawut, kanan kiri terlalu banyak pedagang kaki
Sampailah diujung Jalan Praban, memasuki jalan yang cukup terkenal, Jalan Tunjugan.. rek ayo rek.. mlaku-mlaku neng Tunjungan… jika pernah melihat beberapa titik di foto-foto
Aku berjalan tidak sampai keujung jalan tunjungan ini atau melewati jalan pemuda. Tapi aku ingin ke Balai
Sampai didepan Balai Kota, aku sudah merasakan kaki ini capek, pegal-pegal. tapi perjalan pulang masih jauh. Tak berhenti lama dan terus berjalan melewat patung Sudirman,
Saat melewati petigaan jalan Bintaro, aku memilih mengambil ke kiri, bukan untuk meneruskan perjalan tapi untuk menikmati kuliner sore. Disini cukup tekenal sebuah warung kaki
Karena keunikanya inilah meskipun hanya berupa beberapa meja dan tenda terpal tidak permanen tapi cukup rame dan diminati konsumen kelas bawah. Aku pun hanya habis uang Rp 9500,- untuk sebuah Sembako, cucak rowo, udang dibalik batu, krisdayanti dan segelas es teh. Dan tak lupa pulang membeli segalon sinom (botol mineral 1,5 liter).
Pukul 4 sampai kembali ditaman Bungkul, suasana sudah berubah, kalo tadi pagi masih sepi sore ini sudah mulai banyak muda-mudi disini, aku mengambil satu sudut disana, sambil menikmati membaca milis dari hp
Pukul 5 sore ini aku memasuki kamar kosku. Langsung meluruskan kaki yang sudah sangat capek ini. Dan diteruskan dengan mandi sore….segarnya…
Mission Complette… pancene cah edan…. whahaha…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar