Jumat, 17 Desember 2010

Mengunjungi Nisan SOE HOK GIE di Museum Taman Prasasti... yuk!!



Kawan,
Awal Mei lalu saya berkunjung ke Jakarta selama satu minggu. Dan diakhir perjalanan itu saya menutupnya dengan mengunjungi makam seorang sahabat. Meskipun bukan makam sesungguhnya yang saya temui, karena yang tersisa disana hanyalah sebuah nisan tanpa jasad. Nisan yang berupa sebuah patung peri yang menjaganya dibawah pohon rindang. Sebuah tempat yang ia sukai, pepohonan hijau dan teduh… seperti Mandalawangi… seperti Surya Kencana… seperti Semeru…

Jasadnya telah dikremasi dan abunya disebar di tempat yang sangat ia sukai di Lembah Mandalawangi. Sesuai permintaanya sebelum meninggal. Dan kini sisa nisannya masih berdiri diantara ratusan nisan lainnya tidak lagi dalam sebuah pemakaman, tapi berada disebuah Museum yang tidak jauh dari kita. Tepatnya di Museum Taman Prasasti.
Tanggal 16 Desember adalah tanggal dimana sabahat alam ini menghembuskan nafas terakhirya dipuncak tertinggi tanah jawa, di Mahameru 41 tahun yang lalu. Tepat sehari sebelum ia merayakan ulang tahunya yang ke-27.

Kawan,
Hari minggu, 19 Desember 2010 besok saya ingin berkunjung ke makamnya, menemaninya sejenak, mengunjunginya sejenak dan merenungkan jalan hidupnya sejenak… Dia dan sahabatnya telah mengenalkan kita pada sebuah kata “Pecinta Alam”. Pada sebuah kehidupan hijau yang selalu kita nikmati disela-sela kesibukan kita.
Dan saya ingin mengajak kawan-kawan untuk mengunjunginya… menemaninya sejenak…


Dimanakah Museum Taman Prasasti?
Dia tertidur ditegah-tengah kita, dipusat sebuah pemerintahan yang selalu mengusik pikiranya. Terbaring diantara gedung-gedung kementrian Republik ini.
Di Jalan Tanah Abang I no1, Jakarta Pusat.

Disebelah utara kantor Walikota Jakarta Pusat. Atau turun di Halte Monumen Nasional, didepan Museum Gajah, kemudian berjalan keutara sedikit dan kemudian masuk kejalan kecil disamping DEPKOMINFO. Lurus kearah barat hingga menemui jalan Abdul Muis. Berjalan kembali keutara dan di pertigaan pertama belok kearah Barat (kiri) dan diujung jalan itu adalah Museum Taman Prasasti.

Atau yang turun di Halte Harmoni bisa langsung menyeberang ke Selatan di Jalan Abdul Muis, kemudian dipertigaan pertama berbelok kearah kanan (Barat) ke Jalan Tanah Abang I.

Apa yang bisa diliat di Museum Taman Prasasti?
Kuburan pasti serem!! Tidak.. meskipun berupa makam, Museum ini berupa museum terbuka yang berisi koleksi nisan-nisan antik yang berupa patung sejak Jaman Belanda, Kereta Pemakaman antik dan tentunya bersejarah. Dijamin yang suka fotografi maupun suka difoto akan menikmati Museum yang lebih mirip dengan Taman ini.


Berapa HTM nya?
Umum : Rp 2000,-
Mahasiswa : Rp 1000,-
Anak anak: Rp 600,-
Murahkan?? Itulah kenapa saya suka ke Museum, murahnya sudah pasti dan banyak pengetahuan yang dapat kita ambil.

Dresscodenya apa ya?
Biar kompak dan seru, pakailah pakaian yang berbau “Pecinta Alam”,”Semeru”, "Gede Pangrango". Yang punya Buku atau apaun yang berbau SOE HOK GIE dibawa ya…

Acaranya apa?
Renungan sejenak mulai pukul 9:00 WIB sampai dengan selesai, menemaninya bermain dibawah rindangnya pepohonan… tidak di isi dengan acara formal, hanya kumpul-kumpul bersama, Mumpung hari minggu, sekalian menyukseskan TAHUN KUNJUNGAN MUSIUM. Yang baru sepedaan di Monas bisa mengalihkan rutenya sedikit kesana.

Ditunggu yaa…


Link:
http://kohan2282.multiply.com/photos/album/132/Batavia_Lama_-_Museum_Taman_Prasasti




-[ Hans ]-
[ W: www.trihans.com | T: @trihansdotcom | Y: cak_kohan | Gtalk & Skype : phoenixbiru ]

"If I can't change the world were we're living in, I can always change myself..."
Helloween-Wake Up The Mountain

2 komentar:

gambar pacul mengatakan...

ora kerumat temen ketone..

HANS ' mengatakan...

ya begitulah bangsa ini kang. Kurang menghargai orang orang besar. Apalagi yg jadi oposisi pemerintah. Bahkan makamnya aja banyak yang tidak tau...

Mulane ngesuk arep pada ngumpul. Menemaninya sejenak!