Senin, 28 Juni 2010

Remembering JPers FUN Camp... [Kedua]

tulisan kedua...
...........


Jam 9 pagi, 28 Juni 2008.
KA Pakuan itu mengantarku ke kota angkot

Hanya sempat makan nasi uduk dipintu utara Stasiun Kota. Kemudian melanjutkan kembali perjalanan dengan menaiki kereta express Pakuan tujuan Stasiun Pakuan Bogor. Baru kali ini aku naik kereta antar kota yang selalu dipadati warga Bogor dan sekitarnya yang mencoba mengadu nasib di Jakarta. Cukup bersih dan masih bagus tidak seperti kereta ekonomi yang semalam aku naiki. Dengan tempat duduk saling berhadapan dan lorong panjangnya menyambung sehingga terkesan luas, tapi tidak untuk jam jam padat. Manusia-manusia akan bergelantungan naik turun disetiap stasiun yang disinggahi.

Hampir jam 12 siang. Sampai di Stasiun Pakuan. Inilah kali pertama aku melangkahkan kaki dikota Bogor, yang lebih dikenal dengan kota Hujan. Tapi bukan gerimis yang aku temui, malah kemacetan jalanan berwarna biru. Memusingkan. Ya ternyata kota ini dikenal juga dengan kota seribu Angkot. Kemacetan yang diciptakan bukan karena kepadatan mobil pribadi tapi karena angkot angkot yang berjajar dijalanan mencari rejeki. Dan kepenatan itu masih ditambah dengan keprihatinan. Disetiap angkot yang kunaiki berhenti disitulah pengamen anak-anak bergantian naik turun. Awalnya aku memberikan beberapa recehan, lama-lama sumpek juga. Kesalahan apakah yang dibuat pemerintah kota ini. Hingga mengatur roda transportasi kotanya saja berantakan seperti ini.


Nyasar sebelum sampai tujuan

Berganti angkot tiga kali melewati kampus IPB yang cukup terkenal, sampailah di pertigaan Ci Badak. Masih naik angkot sekali lagi untuk sampai ke Curug Ciheurang. Itulah informasi yang kudapatkan dari seorang penjual bakso.

“Pak kalo mau ke gunung Bunder masih jauh nggak dari jalan raya?” tanyaku pada pak sopir angkot,
“Cuma 700meter mas” bisa naik ojek. Pak supir memberikan solusinya.

Dengan modal informasi itulah aku dan Andri memilih untuk melanjutkan misi dengan jalan kaki, datang ke JP FUN Camp secara tiba-tiba. Kebiasaan jalan kaki inilah yang akhirnya membawa sengsara. Bagaimana tidak, jalanan yang katanya Cuma 700meter tapi setelah 5km, belum ada ujung dari tujuan kami, Gunung Bunder. Beberapa Plang telah mengarahkan kami ke pintu masuk Kawah Ratu, gunung Salak. Dan setelah hari mulai sore maka kecurigaan pun muncul kalo kami berdua nyasar ditempat yang tidak diketahui. Tidak diketahui karena memang tak tau berada dimana, padahal jalan terjal telah kami lalui dengan susah payah. Akhirnya harus kembali kami turuni.

Menyerah dan akhirnya mengontak beberapa teman di Area camp. Mengabarkan posisi kami sesuai dengan yang kami lewati. Dan ternyata memang kami salah jalan. Harusnya kami melewati pintu masuk satunya. Andaikan diteruskan bisa sampai tapi akan menaiki satu punggungan bukit… byuhh… Akhirnya Ucit dan Adit datang menjemput kami yang sudah bertampang kucel belum sempat tidur dikereta sejak malam ditambah dengan langkah kaki ke-pede-an karena salah informasi.


Ketemu tante Nha

Memasuki kanopi hijau hutan tropis yang rapat, pohon-pohon pines memagari menjadi istana hijau. Area Camping Ground Gunung Bunder telah terlihat. Beberapa tenda yang didirikan temen-temen sudah berdiri. Aku menyapa satu persatu wajah yang belum kukenal, hanya satu dua yang aku temui di Multiply: Indra Pangat & team, Riri dan team kecilnya yang cewe semua, Faris dengan pasukanya. Menjelang malam, seseorang yang kutunggu kedatangya kelihatan juga, Tante Nha. Siapa yang tak kenal tante Nha, sebagai member baru dikomunitas ini tentunya aku masih asing dengan sosok itu, Cuma beberapa kali melihat fotonya di Multiply.com dan hanya mendengar sedikit cerita tentangnya. Dialah ibunya milis JP. Yang selalu menyajikan masakan rumahan saat trip pendakian ke gunung, pengin suatu saat bisa mendaki bersamanya… (sampai sekarang, 2010, belum kesampaian.. )

Malam menjelang, suasana cukup dingin dan berkabut. Acara malam ini sederhana tapi meriah makan sate ayam diatas terpal bersama-sama lebih dari 50 peserta. Tak lupa kerupuk yang dibawa oleh Faris cukup menghiasi menu malam ini. Ada cerita unik dibalik kerupuk ini, silahkan tanya kepada yang bersangkutan. Dipimpin oleh om Gonjess, acara berlanjut diisi dengan kegiatan ringan, pagelaran ludruk dadakan. Kebetulan saat itu aku jadi pembuka dengan monolog tentang nyasarnya team Argopuro. Tanpa persiapan tapi cukup kocak… Dilanjutkan dengan kisah pendakian ke gunung Leuser oleh mba Joan Sibarani, pendakian selama 13 hari dipuncaknya Bumi Serambi Mekah yang masih terkenal ganas, bukan saja oleh binatang liarnya tapi oleh pasukan GAM yang masih berkeliaran dihutan itu.

Acara selesai dan dilanjutkan dengan kegiatan masing masing, malem itu aku masih bersama tante Nha, bang Boim dan Indra & the gank berada tengah lapangan yang miring beralaskan matras. Dingin. Permainan kecil dimulai, namanya “kartu tabok”. Agak lupa cara mainanya tapi aku yang tidak bisa konsentrasi, selalu jadi sasaran tabokan yang cukup keras ditangan, dan kadangpun aku ikut asal nabok sekuatnya meskipun salah kartunya. Seru… bermain bersama sahabat baru, ditengah hutan dan rerimbunan hijau yang berkabut.


Malam ini aku tidur didalam tendanya Indra, Opik, Redy dan seorang lagi yang aku lupa namanya. Indra kukenal di MP. Malah dia lebih mengenal JP dari MP bukan dari milis yang sebenarnya jadi tulang punggung komunitas JP Comm. Sebelum tidurpun masih diisi dengan cerita-cerita kecil dan doa bersama semoga besok mendapatkan Doorprise menarik dari Eiger Adventure.


Malam menghadirkan gelapnya..
Kabut tipis pegunungan salak menyelimuti
Menghangatkan kebersamaan kami disini..


bersambung...

Tidak ada komentar: