Jumat, 01 Juli 2011

Perak Isle, menghuni pulau tak berpenghuni...



Menyeberangi lautan, kali ini aku tidak lagi menjadi Frodo yang dengan riang bermain di hutan rumput yang menghampar sejauh mata memandang di Shire dan tak ada lagi kembang api dari si penyihir abu abu, Gandalf. Bukan lagi menjadi seorang Hobbit, tapi ingin menjadi seorang Peter Pan…. Taukah kalian siapa Peter Pan itu? Dia adalah tokoh anak petualang jahil yang menjadi pahlawan bagi teman-temanya, dia bisa terbang karena ditaburi butiran Kristal oleh sang peri, peri kecil cantik bernama Thinker Bell… yang selalu memarahi Peter karena kejahilanya menggoda Kapten Hook yang jahat.

Bening gemericing seperti bunyi lonceng, ah bukan! ia tidak berbunyi tapi berkilau selaksa butiran mutiara yang terhampar seluas lautan, ya luas sekali. Dari ujung satu ke ujung lainnya tak mampu kutangkap dalam satu pandangan mata. Aku dimana! Terombang-ambing ditengah kubangan besar. Yang tak aku kenali dan pahami penghuninya. Setelah beberapa saat meninggalkan dermaga Muara Angke dan terpaksa harus mendekam digeladak karena takut diturunkan paksa oleh Polisi Laut, seperti sebelumnya aku menaiki kapal tanpa pelampung, dan akhirnya harus menjadi sebagian dari penumpang yang diturunkan karena tak memakai pengaman itu.

“Ini di lautan, tak ada manusia yang bisa bertahan hidup dilaut… mau mati kamu” Itulah terikan-teriakan yang hampir seperti makian mengingatkan kami bahwa nyawa kami tak ada artinya jika terombang-ambing dilautan tanpa pelampung. Sayang, aku bukanlah seorang Peter Pan yang dapat terbang sambil membawa oleh-oleh mangga busuk untuk dilempar ke wajah Kapten Hook. Hanyalah seorang penumpang kapal yang baru pertama kali ini berada ditengah lautan yang seperti tanpa ujung ini, arghhh!! Terlalu luas menurutku!.

Inilah trip pertamaku ke laut, setelah sebelumnya lebih banyak mengunjungi menara-menara tinggi dinegeri Minas Ithilen, menggapai puncak-puncak dunia yang berupa gundukan melelahkan, Gunung. Jauh lebih sejuk dari pada terik yang kurasakan di geladak depan ini, duduk menantang angin sambil menikmati kapal-kapal lain yang juga berlalu-lalang, meskipun tanpa marka tapi sepertinya mereka mengikuti arus laut yang tentunya telah dipelajari sejak nenek moyang kita sebagai masyarakat bahari di Negara kelautan ini.


Tujuan kami liburan kali ini adalah Pulau tak berpenghuni, sejauh 5 jam perjalanan laut dari Jakarta. Pulau Perak, entah dimana itu…. Di dalam peta maupun Google Map yang terinstal di hapeku pun aku tak mampu menemukannya. Padahal dengan aplikasi itu selalu sukses menemaniku menjelajah beberapa kota yang belum pernah kudatangi sebelumnya, tapi kali ini hanya pasrah pada nahkoda. Terlalu kecil mungkin, diantara ribuan pulau yang ada di gugusan Kepulauan Seribu. Untuk menuju ke Pulau Perak bisa ditempuh dengan transit sekali di Pulau Harapan. Tapi karena sempat diturun paksakan oleh Polisi Laut akhirnya beberapa diantara kami harus transit beberapa kali di Pulau Tidung, Pulau Pramuka kemudian menaiki kapal kecil menuju Pulau Kelapa dan sampailah diPulau Harapan. Selain waktu yang 2 jam lebih lama juga harus berkeliling diantara selat-selat kecil yang memisahkan pulau-pulau itu, tak apalah ini trip ku pertamaku di sini dan memang harus mengenal lebih banyak nama-nama pulau disini.

5 Jam yang melelahkan, terombang ambing di Laut Jawa. Hanya satu BAB dari Buku Peter Pan and the Shadow Thieves yang mampu kuselesaikan, sisanya adalah mencoba terpejam dengan tubuh seperti dihentak kenakan dan kekiri, kejamnya ombak ini… Argh!, sepertinya aku gagal mimpi menjadi Peter Pan, bagaimana mau mengalahkan Kapten Hook kalo naik kapal kecil saja aku terdiam disudut geladak. Hmmm mungkin lebih pantas menjadi Kapten Jack Sparrow, meskipun hanya memakai rakit kecil dengan ditemani Rum dan Kompas dia bisa menjadi seorang Kapten. Memimpikan Black Pearl, hehee…


Lanjut ah, takut kalo sampe kaka rangga ngomong “kemonceren sampeyan mas!”. Tak usah mimpi jadi Peter Pan atau jadi Kapten Jack Sparrow yang akan segera tayang sequelnya. Mending jadi penumpang kapal biasa sambil memainkan pancing diburitan bersama teman teman lain yang sepertinya juga mulai bosan menikmati birunya laut, 5 jam dikapal dan 5 jam itu pula yang diliat cuma air laut. Hanya sesekali membidikan mata lensa 18-55 SAM ini menangkap landscape dan atol-atol yang tiba-tiba membirukan lautan menjadi lebih muda. Atau menangkap objek seorang nelayan yang sedang mengais rejeki dari lautan.

Dan jam 2 siang itu, akhirnya kapal kecil yang kami naiki dari Pulau Pramuka mendamparkan kami sebuah pulau dengan nama Pulau Kelapa, dengan melanjutkan langkah menuju pulau disebelahnya yang sudah dihubungkan dengan jalan darat. Sampailah di Pulau Harapan, istirahat sebentar dan maksi dirumah Pak Haji, jujugan kami yang tergabung dalam trip besutan dari Brownies Adventure. Disana kami bergabung dengan rombongan besar yang sebelumnya terpisah di Muara Angke. Tak lama di Pulau Harapan itu kami lanjutkan dengan dua kapal kecil menuju Pulau Perak, naik kapal lagi….beeeeeeh!!

Masih satu jam lagi menuju Pulau Perak, Rasanya semakin jauh dari daratan, atau kalimat putus asa-nya… semakin jauh dari kehidupan. Nahkoda kapal kecil yang ku tumpangi memainkan tugasnya dengan dibantu seorang navigator, tak dibutuhkan alat canggih cukup sang navigator melambaikan tanganya untuk menghindari ranjau laut (baca: sampah). Sang Nahkoda pun harus sigap membaca pesan itu kalau tak mau baling-balingnya tersangkut harta karun yang ternyata meskipun lautan itu luaaaas, tapi banyak juga sampah didalamnya L.


Hampir jam 3, akhirnya sampailah rombongan yang terdiri lebih dari tiga puluh peserta ini menginjakan kaki di Pulau Perak. Hanya sebentar menurunkan barang bawaan, dan leader kami kaka Rangga Dive menginstruksikan untuk menuju ke Spot Snorkeling pertama. Hm… belum pernah saya berenang dilautan seluas ini. Dan kali ini dengan sebuah pelampung langsung terjun kedalamnya. Memakai masker dan snorkel yang terasa aneh, nafas yang bingung antara mulut dan hidung, dan tentunya air laut yang terlalu asin, ya sangat terlalu sekali asinnya…. Harus dengan rela menelanya beberapa teguk. Huek! Bukanya keindahan laut yang kutemukan sore itu, tapi rasa asin dimana-mana, sepertinya saya menyerah di tengah lautan, masih lebih rela berpeluh ditengah hutan dan tanjakan dari pada harus menelan air kuah yang kebanyakan garam ini.

Tak lama di spot pertama, dan kembali ke Pulau Perak karena hari semakin sore, ternyata setelah di sampai di Pulau Perak, aku lebih takjub disini, coral biru yang menghampar mengelilingi pulau ini, sepertinya tak perlu jauh jauh mencari biota laut cukup menyelam disekitar pulau sudah menemukanya. Ditemani Om Timmy sebagai master dive yang menurunkan ilmunya pada ketiga muridnya yaitu, aku, Vina dan Joe. Sore itu tak jauh dari dermaga pulau sang suhu menurunkan ilmu dasar snorkeling. Bagaimana mengigit snorkel yang benar, hahaha… benar saja kenapa tadi bukanya bernafas dengan nyaman malah airnya masuk ke mulut semua, ternyata hanya digigit sedikit pada ujungnya sedangkan tadi aku menggigit semua snorkel masuk ke dalam mulut… hohoho *malu.

Setelah benar cara bernafas dan menggunakan masker, tips selanjutnya adalah berenang tanpa pelampung. Hm.. beranikah? sepertinya tidak. Dasar laut yang tak mampu kutembus dasarnya dan bulu babi yang sepertinya banyak dimana-mana. Hm.. sang master memang terkenal sebagai penipu yang baik hati, dengan sedikit rayuan maut akhirnya aku melepaskan pelampung meskipun sesekali berenang kearah pelampung dan akhirnya… bisa menikmati laut tanpa pelampung. Assssiiknyaaa… setelah 2 pelajaran utama itu, aku berani berkeliling disekitar pantai. Melihat lihat biota laut yang sungguh menakjubkan. Ikan-ikan warna warni yang selama ini hanya aku liat di DiveMag, dan kali ini aku bermain denganya. Seperti bermain petak umpet, aku datang mereka masuk ke dalam terumbu karang dan aku pergi dia melirik keluar. Hohoho… dikira monster laut kali… Menakjubkan kehidupan didalam air sana. Ada terumbu karang yang melebar seperti meja, ada kerang-kerang yang bulat, dan banyak ikan ikan kecil… ahhh, besok harus turun lagi.

Pulau ini tidak telalu luas, bahkan aku bisa melihat sela-sela cahaya diantara pepohonan diseputar pulau, mungkin 2x lapangan bola saja, atu malah kurang. Dan hanya ada satu sumber air disana, bukan air tawar tapi air payau. Tak baik diminum hanya bisa digunakan untuk membilas tubuh sehabis berenang di air laut. Pulau tak berpenghuni ini sebenarnya bukan juga pulau kosong, setiap akhir pekan selalu ada penunggunya yang mematok retrubusi untuk pengungjung yang ingin bermalam atau mandi disini. Karena tak ada rumah penduduk apalagi cottage, jika ingin bermalam disini harus membawa tenda. Seperti yang kami lakukan malam ini. Tenda tenda yang sudah disiapkan oleh Brownies Adventure siap menjadi tempat bermalam kami… Sepertinya aku lebih tertarik untuk tidur diluar beratapkan seribu bintang dan beralaskan ponco yang kubawa.

Sepeti biasa, kegiatan malam ini akan terasa sangat menyenangkan, bermain bersama sahabat-sahabat yang sebagian besar adalah wajah baru yang belum kukenal, dan diantaranya adalah 4L yang selalu menemani kisah perjalananku sebelumnya. Menyeduh mie kuah dan membuat kopi didepan tenda, inilah kehangatan alam yang selalu kurindukan. Perkenalan dimulai, doorpres dibagi, dan kemudian berbaur kembali dengan alam, menikmati dermaga kecil ini. Hampir sempurna menjadi Peter Pan, hanya perlu butiran butiran Kristal dari kantung peri yang sebenarnya adalah peri pekerja itu. Ingin rasanya menggapai ribuan bintang dilangit, kemudian melemparkan salah satunya sehingga membentuk bintang jatuh… dan tentunya aku bisa menyebutkan satu permitaan dari setiap bitang yang kulempar.. hehe.


Perkiraan yang salah sejak awal. Tenda yang kami dirikan ternyata berada ditempat yang tidak seharusnya. Air pasang memaksa kami memindahkanya, bukan cuma sekali sampai akhirnya semua tenda naik ke sela sela pepohonan… hehehe, untung aku tak berada didalam tenda, hanya cukup menarik ponco yang kujadikan alas pasir ini. Ditemani om timun, bercerita kecil menemani malam dingin dengan angin laut yang cukup kuat. Dan akhirnya tak ada suara diantara kami, dan terlelap beralaskan pasir putih..

Pagi beranjak disambut sunrise tak terlalu indah, tapi air laut biru muda dan coral-coral yang kemarin kusapa lebih menarik minatku. Melanjutkan training didalam air bersama om Timun, kali ini air laut lebih jernih dengan visibility yang lebih baik. Kedalam laut 6-10 meter dapat dilihat dengan baik. Semakin banyak ikan ikan kecil yang unik dikedalaman sana. Berbagai bentuk terumbu karang juga menakjubkan untuk dinikmati. Sungguh dunia bawah air yang sebenarnya ada dihadapanku. Segerombol anemone menjadi tempat bermain nemo si ikan badut. Ingin rasanya menyelam lebih dalam, tapi ternyata aku belum menguasai teknik menyelam. Susah rasanya membawa tubuh ini tenggelam. Hanya beberapa jengkal kemudian mengapung lagi. Dan ternyata ketakutanku kemarin sebelum mengenal laut memang tak beralasan. Kalau menyelam saja susah, bagaimana mau tenggelam. Jadi intinya selagi masih ada udara di dalam tubuh kita, kita tidak akan tenggelam, asalkan tidak panik. Yayaya.. alasan yang masuk akal dari master saya pagi itu.

Arus kuat membawaku menjauh dari dermaga, cukup jauh hingga terasa sangat capek untuk kembali berenang ke dermaga. Ternyata beberapa diantara kami pun tak sadar telah terbawa arus laut. Hingga kaka Rangga menginstruksikan kepada kami untuk menyudahi permainan di air karena harus segara packing dan kembali Ke Jakarta. Jam 12 kami harus sudah berada di Pulau Harapan, karena satu-satunya kapal akan berangkat mengembalikan kami ke Jakarta, dan jangan sampai terlambat atau menunggu keesokan harinya.

Hamparan laut itu telah memberikan sedikit cahaya surganya dikedalaman sana, tak apalah kali ini aku menikmatinya bersama Peter Pan dan Thinker Bell serta mimpi-mimpi gila Perompak Karibian, bermimpi menjadi anak jahil yang tak kehabisan akal untuk terus bermain di pulau kecil yang tak pernah membuatnya bertambah umur sedikitpun. Sepertinya esok hari kulit ini akan menjadi gosong setelah dua hari berjemur dalam terik dan asinya air laut. Dan kapal Dolphin yang membawa kami dari Pulau Harapan yang berair biru jernih telah mengantarkan sampai kembali ke Muara Angke yang airnya hitan kelam.

Aahhh… Pulau Perak, kini hatiku dihuni oleh penghuni pulau tak berpenghuni itu…. –Permata-

Thanks to:
Brownies Adventure: Rangga, Juppy, Jiteng, Faries, Reddy
Pasukan 4L: Om Timmun, Om Jaka, Henny, Joe, Agvina, Wawan and the gank
Dan kawan baru yang telah menemani menghuni pulau tak berpenguni..

 -hans-
www.trihans.com



3 komentar:

Dee An mengatakan...

Kalo dr hp tulisane ga kebaca han, putih semua...

Ahaa.., ketagihan jd anak seribu pulau jg kah?

HANS ' mengatakan...

waduh, maklum kopas dari FB...

baru sekali itu mba jadi pirates...eee langsung mriang seminggu saya :(

Dee An mengatakan...

Aku aja akhirnya ketagihan.. Walau kadang suka jiper jg, mklum ga bs berenang.. Hehehe...