Jumat, 02 Oktober 2009

Langkah yang terbenam LUMPUR

29 Mei 2006- 29Mei 2009 :: Lumpur Lapindo ::
31 Mei :: Ultah Kota Surabaya ::

Surabaya-Porong, 30 Mei 2009


 
Musibah!! Kita tak akan pernah tau kapan datangnya. Dan tak ada seorangpun yang mengharapkan datangnya musibah tersebut, besar atau kecil, disengaja atau tidak. Seperti halnya luapan lumpur panas di Porong yang pertama kali keluar pada tanggal 29 mei 2006. Dan tiga tahun sejak luapan itu lumpur itu telah menenggelamkan sedikitnya 3 desa, Renokenongo, Siring, dan Besuki. Ribuan saudara kita menjadi korban dari sebuah musibah yang sampai saat ini masih dipertentangkan, apakah musibah tersebut merupakan fenomena alam atau karena kesalahan manusia, dalam hal ini PT Lapindo sebagai pihak penambang yang dimintai pertanggungjawab.

Porong terletak 14 km diselatan kota Sidoarjo, berbatasan langsung dengan Kabutapen Pasuruan dan Selat Madura, sehingga porong merupakan jalur darat utama untuk menuju kewilayah Indonesia Timur. Dampak dari luapan lumpur panas yang telah menenggelamkan akses jalan Tol Gempol sangat memukul roda perkonomian tertutama disekitar Jawa Timur. Bnayak Pabrik yang terpaksa tutup karena biaya operasional yang terus membengkak, imbasnya ribuan karyawan di PHK.

30 Mei 2009 kemarin, aku yang memang suka jalan-jalan (jalan kaki). Ingin melihat luapan lumpur itu dari dekat. Meskipun sudah 3 tahun musibah itu terjadi belum sekalipun aku melihat dari dekat pusat semburan itu. Selama ini hanya melewati jalan raya porong disebelahnya yang selalu macet. Dengan beberapa sekenario yang telah direncakan akhirnya saya berniat untuk jalan kaki dari ketintang (kos) menuju ke pusat semburan sejauh kurang lebih 25 km. sekenarionya adalah, Perjalanan dari Ketintang (Surabaya) ke Sidoarjo aku berjalan sendiri, sedang dari Sidoarjo akan ditemani Nurul. Dan nanti pulangnya akan dijemput oleh teman-teman dari JPComm.

Pagi itu dimulai pukul 5:30 pagi, aku mulai melewati jalanan Surabaya yang masih lengang, karena hari minggu jalan A.Yani yang biasanya padat merayap hari ini sepi. Terus keselatan berjalan disisi barat jalur utama menuju kota Surabaya tersebut. Tidak ada yang aneh, awal tahun 2008 kemarin aku pernah menempuh jalan kaki dari Bungurasih menuju kosku, 5 km selama 2 jam. Sampai dibundaran Waru aku memilih untuk pindah ke sisi timur dengan melewati jembatan penyebrangan. Dan terus keselatan di bawah jalan layang Bungur kembali aku pindah ke sisi kanan jalan. Berjalan melawan arus kendaran akan merasa lebih aman, karena kita bisa melihat semua kendaran yang lewat. Berbeda dengan berjalan disisi yang searah, karena kendaraan dari belakang kita jadi lebih waswas..

Sekitar pukul 10. 4 jam setelah berjalan kaki sampailah di depan SMU 1 Sidoarjo. Disini aku menunggu Nurul yang memang berencana mengikuti trip gilaku yang ke 3 ini. Setengah jam menunggu ternyata cukup membuat otot kakiku kaget.. akhirnya harus berjalan dengan sedikit nyeri di kaki. Melewati sisi kiri jalanan sidoarjo, memasuki pasar yang sebenarnya adalah Trotoar untuk pedestrian yang malah berubah menjadi padat dengan lapak-lapak pedagang kaki lima, potret sudut negara berkembang, dimana fasilitas umum selalu tersisihkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sebagian rakyatnya

Selepas keluar dari kota Sidoarjo, suhu panas jalanan ini semakin terasa belum lagi mulai jarangnya pepohonan yang melindungiku dari sengatan matahari. Yah seperti berjalan digurun ditambah dengan sauna polusi dari kendaraan bermotor yang mulai memacetkan jalanan. Memang tidak ada yg tau kalo aku dan Nurul niat jalan kaki ke Porong. Seperti kisah ini ditulis oleh Nurul di facebook-nya dengan judul : Kencan Tak Romantis Surabaya–Porong,  karena memang tak ada romantisnya. Sampai disekitar daerah Candi, aku yang sudah lebih dari 5 jam berjalan dan hanya beristirahat lama sekali sudah mulai kurang staminanya, belum lagi kaki kanan yang mulai nyeri… dan jalanan panas yang semakin terang tanpa peneduh.

 

Menjelang pukul 1 siang,

gundukan tanah hijau itu sudah mulai kelihatan,

angkuh membatasi langkah manusia,

menimbun ribuan mimpi dari ribuan jiwa..

tanggul lumpur panas…

 

Setelah 7 jam perjalanan yang tak akan pernah dibiliang “logis” ini. Setelah ribuan langkah dari jarak 25 km. Entah apa yang aku cari, tapi aku menikmatinya.. menikmati setiap langkah yang aku pijakan, menikmati setiap keramaian kaum-kaum marjinal yang menjajakan hidupnya dijalanan demi sesuap nasi. Aku menikmati kehidupan ini dari jalanku. Mecoba melihat kehidupan ini dari sudut yang bebeda menjadi bagian dari yang tersisihkan.

Tanggul kolam besar Lumpur Panas Lapindo yang sudah 3 tahun berdiri tanpa solusi yang pasti. Akhirnya aku berdiri diatasnya. Sebuah tempat yang berlabel wisata LAPINDOMIRE, tanpa kata… disana memang terjadi musibah. Musibah yang akan semakin mendekatkan kita pada kebesaran Tuhan, atau malah ingkar karena tuhan tak pernah lagi menyayangi kita.

Dan aku menjalani perjalanan ini bukan untuk menikmati musibah saudaraku, hanya ingin ikut merasakan keprihatinan itu… kepedihan itu. Satu sahabatku dari JPComm, Zainul Mutaqin. Dia adalah satu anak pengungsi yang menjadi korban dari luapan itu. Dari beberapa chating-ku dengan nya, dia lebih senang berada dipengungsian dari pada di rumah kontrakan barunya. Disana dia bisa bermain bersama teman-temanya. Teman yang dulu tinggal disekitar porong yang kini terbenam lumpur.

Akhirnya perjalanan ini diakhiri dengan datangnya teman-teman JP Comm yang menjemputku. Ada Daoi Fani, Ieaz, Dadank, Wahyu dan Hero yang mengantarku kembali keasalku…

 

Thanks to all..

Semoga Musibah ini kini bukan menjadi komoditas politik demi sebuah jabatan Ketua Umum Partai…


foto lengkap di: http://kohan2282.multiply.com/photos/album/102


-[han]-

5 komentar:

wawa wawa mengatakan...

next trip: mjk-sby yuk Han.
biasa kan diadakan untuk memperingati hari Pahlawan.

HANS ' mengatakan...

bener mas, iku minat banget...
semoga nemu temen2 yang mau jalan bareng :)

40km... ayo mas rame2..

wawa wawa mengatakan...

insya allah Han, kerahno bolo2 Jpers Jatim.

HANS ' mengatakan...

seep, mugo2 podo melu...wingi wis rasan-rasan

HANS ' mengatakan...

kalo hari ini 3 tahun yang lalu... berarti musibah itu sudah 6 tahun yang lalu...

kemanakah wajah wajah yang bertanggung jawab? ataukah sudah cuci tangan dan cuci muka biar pas foto di bingkau capres negeri ini terlihat bersih??