Selasa, 13 Juli 2010

hari mengunjungi museum mpu tantular yang tenyata kitab sutasoma nya tidak diketahui keberadaanya.

6 komentar:

Bimo Racun mengatakan...

itulah mas, bangsa kita, terutama manajemen bangsa kita --baca:pemerintah-- tidak peduli dengan hal seperti itu, tahunya adalah memenuhi pundi uang.. waktu saya terpaksa mengikuti kunjungan project ke Asmat, ternyata jika bangsa ini ingin mencari sumber yang paling valid tentang Asmat, itu adalah di JERMAN.. ah ternyata parah sekali bangsa ini

Nurul aneh mengatakan...

Mas bimo, beneran tuh? Ngapain kok di jerman? Waduuhh

Bimo Racun mengatakan...

informasi itu saya dapat dari para staf kantor Bappeda Kabupaten Asmat. Orang asing rata-rata mengirimkan tenaga-tenaga surveyor atau kadang berupa LSM untuk masuk ke pedalaman. Kadang juga para anggota LSM itu juga orang Indonesia sendiri lho. Mereka mengumpulkan informasi, dan informasi itu di bawa ke negaranya sebagai bahan riset dan pengetahuan. Sementara kita sendiri? Kita tidak memilikinya selain di Asmat itu sendiri. Di Asmat, informasi kebudayaan itu terkumpul rapi di Keuskupan kota Agats/Asmat.. tapi tetep saja belum selengkap dari yang di Jerman..
Tinggal kapan giliran kita akan seaktif orang-orang asing dalam mengumpulkan informasi budaya dunia

DhaVe Dhanang mengatakan...

Waduh.....jangan-jangan di jual Om....

Bimo Racun mengatakan...

kebiasaan orang-orang kita gitu khan, masih ingat kisah patung pradnya paramita dan manuskrip empu siapa itu yang pernah ilang dan ketemu di belanda

DhaVe Dhanang mengatakan...

Hehe...orientasi duit Om....