Rabu, 17 November 2010

Aku Cinta Musium... :)

 

Aku Suka Musium. Bagi sebagian orang mendengar kata museum mungkin ingatanya dipaksa kembali ke masa-masa saat masih jaman Sekolah Dasar. Besama sebuah rombongan satu angkatan kelas, kemudian berbondong bondong kesebuah tempat membosankan yang berisi kumpulan barang kuno. Dan kemudian harus menyelesaikan tugas laporan kunjungan tanpa mengerti apa yang harus dipelajari dan ditulis. Benar kah?

Bisa benar bisa tidak, aku mungkin membenarkan karena jauh sebelum sekarang ini, aku jarang sekali berkunjung ke tempat yang kebanyakan berupa bangunan kuno dengan sudut menyeramkan. Hanya teringat masa Study tour SMP yang jauh-jauh datang dari daerah hanya untuk melihat sebuah sumur tua di Musium Lubang Buaya atau mungkin berkunjung di Benteng Van Der Wick di Gombong, masih satu kota dengan asalku dan saat itu benteng itu hanya berupa bangunan kuno tak terurus. Tapi beberapa tahun terakhir setiap aku jalan ke sebuah kota setidaknya aku mencoba untuk melihat dan mengenal lebih jauh sejarah yang ada disana.

 

Aku Suka Sejarah, masih ingat di Rapot masa-masa sekolah beberapa diantaranya dihuni oleh angka “9”. Memang karena aku suka hapalan, suka mengenal sejarah dari sebuah peradaban. Dan sekarang pun aku suka menikmati seni yang disuguhkan sebuah interior museum. Juga kualitas seni tingkat tinggi dari sebuah barang koleksi yang ada. Belum lagi jika aku harus dipaksa untuk memasuki masa-masa yang telah dilewati barang tersebut. Huaaaaah… rasanya saya seperti berada dalam masa lampau yang bercerita dengan sendirinya. Lihat saja, theme Multiply-ku di www.trihans.com ini pun aku dedikasikan untuk Musium, terbuat dari dari sebuah gambar lukisan kaca di Musium Bank Mandiri yang aku ambil akhir April kemarin. Dan beberapa link di side bar-nya merupakan link ke Departemen Kebudayaan, Gerakan Cinta Musium dan beberapa komunitas yang aku ikuti.

 

Minggu kemarin, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan di Kota Pahlawan aku berkunjung ke Musium Tugu Pahlawan. Ditemani dua orang teman, Doi Fani dan ning Mira. Tujuan awalnya adalah melihat Finish gerak jalan 40 km dari Mojokerto ke Surabaya dengan Finish di Tugu Pahlawan yang memang diadakan setiap tahun untuk memperingati hari Pahlawan.

Ada 7 museum yang tergabung dalam Program promosi untuk museum SAMPOERNA for Indonesia. Dimana di setiap museum terdapat leaflet tentang 7 museum tersebut. Diantaraya adalah:

1. House Of Sampoerna - Surabaya,

2. Tugu Pahlawan dan Musium Sepuluh November – Surabaya.

3. Musium Geologi - Bandung

4. Musium Sejarah Jakarta (Museum Batavia) - Jakarta

5. Musium Nasional (Museum Gajah) – Jakarta

6. Musium Bank Mandiri – Jakarta

7. Musium Batik Danar Hadi – Solo

 

Dari ketujuh musium itu, hanya tertinggal 1 museum yang belum aku kunjungi, Musium Batik Danar Hadi dikota Solo. Sebenarnya akhir Oktober kemarin sudah berniat ke sana, tapi karena ada beberapa hal akhirnya harus menunggui teman yang nyasar di Cemoro Kandang – Lawu, Solo. Selain proyek mengunjungi 7 musium tersebut ada beberapa museum yang telah aku kunjungi tahun ini, seperti: Musium Keramik dan Seni Rupa, disini aku menemukan lukisan terkenal Antonio Blanco tentang Penari Bali; Musium Wayang yang sangat kental dengan sejarah VOC Jan Pieterzoon Coen, kedua musium ini terletak dikomplek Kota Tua Jakarta; Musium Taman Prasasti di Tanah Abang, dengan tujuan utama mengunjungi nisan Soe Hok Gie; Musium Joang 45 - Menteng, meskipun dua hari di event JUST Travellers aku belum sempat masuk ke museumnya, suatu saat nanti kalo ada waktu pengin melihat koleksi tentang seorang yang kukagumi, Bung Karno; Musium Prambanan di komplek Candi Rorojongjrang yang aku kunjungi setelah membaca sebuah buku dengan nuansa Sejarah Klasik Indonesia, Arok Dedes-nya Pramoedya Ananta Toer; Musium Bung Karno di komplek makam Bung Karno Blitar; Musium Empu Tantular – Sidoarjo, melihat peninggalan sejarah di seputar Jawa Timur; Musium Majapahit di Pusat Informasi Majapahit dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa peninggalan Majapahit, Kolam Segaran dan Candi Tikus; Dan Musium Geologi Karangsambung di Kebumen, kunjungan lebaran bersama teman–teman masa kecil.

 

 

Huaaa… ternyata cukup banyak ya, (*malu... jadi ketauan sering jalan jalan). Beberapa tulisan tentang museum itu ada di MP atau note FBku. Nah sekarang ijinkan saya melanjutkan menceritakan kunjungan ke Museum Tugu Pahlawan dan Musium Sepuluh November. Beberapa hari kemarin di status biru ku, aku menyinggung tentang Bung Tomo, sebagai tokoh sentral dalam sejarah Pahlawan di kota ini, ternyata baru tahun 2008 kemarin beliau resmi mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Kemudian dikomentarnya bersambung tentang berapa tinggi Tugu Pahlawan, dan dimana Bung Tomo meninggal. Sebuah pertanyaan simple yang mungkin banyak dilupakan oleh penghuni bangsa ini.

Sebuah Tugu Putih menjulang ditengah lapangan setinggi 45 yard (41.13 meter), runcing dengan beberapa ornament kecil seperti mahkota berwana emas dibawah ujungnya. Dan pangkal bawahnya dicat berwatna hijau tua. Tugu Pahlawan terletak di sebelah barat Kantor Gubernuran Propinsi Jawa Timur dengan sebuah viaduk lintasan kereta api disebelah utaranya yang bebatasan dengan Bank Indonesia. Diapit oleh 3 jalan besar Tugu Pahlawan sangat mudah di capai, sekitar 500 meter dari Stasiun Pasar Turi. Bisa Juga dijangkau dengan semua Bis Kota yang menuju ke Tanjung Perak atau Jembatan Merah Plasa, pilihlah yang tidak melewati TOL.

Dengan dua buah pyramid yang berujung lancip dari kaca. Saya teringat La Pyramide Inverse'e-nya Museum de Louvre di buku Da Vinci Code atau yang ada di dalam film dengan judul yang sama. Sama-sama berupa dua pyramid, Bedanya disini Piramidnya saling berjajar sedangkan di Louvre pyramid-nya saling bertumpu ujungnya… (haha… kaya pernah ke Prancis aja :P). Hanya dengan membayar tiket Rp 2.000,- kita bisa menikmati sejarah panjang tentang perjuangan heroik arek-arek Surabaya mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Masuk dan diawali dengan sebuah jalan menurun dengan sebuah relief tentang perang Surabaya. Kemudian turun ke lantai dasar yang ditengahnya berupa patung 10 pejuang pesis adegan sebuah teather jalanan.

Di lantai dasar ini berisi tentang beberapa koleksi organisasi masyarakat yang ikut berjuang dalam perang selama tiga hari yang menewaskan Jendral Malabay. Foto peletakan baru pertama oleh Bung Karno selaku Presiden Republik Indonesia saat itu. Sebauh ruangan pemutaran film sejarah perjuangan yang layarnya terlalu luas dari pada gambar yang disuguhkan, belum lagi backgrodnya diberi sket awan, jadinya malah filmnya tidak terlihat jelas ditambah sound yang sepertinya diseting sekenanya. Kemudian naik ke lantai dua, dari sisi tengah lantai dua kita dapat melihat patung yang ada di di lantai satu. Dan di lantai dua terdapat beberapa ruangan kecil yang berisi kotak-kotak diaroma, cukup menarik dengan suara-suara perjuangan dan diaroma dialog adegan sejarah. Selain itu juga ada koleksi bebagai senjata kuno khas pasukan dari Eropa jaman Perang Dunia II. Dari senjata-senjata itu sudah terlihat sebuah senjata modern hasil Revolusi Industri disana.

 

 

Ada dua hal menarik yang aku temui disini, Satu berupa surat ultimatum yang dikirimkan oleh pasukan Belanda atas meninggalnya Jendral Malabay. Belanda meminta seluruh pejuang yang ada di Surabaya untuk meyerah atau Belanda akan membumi hanguskan Surabaya. Sedangkan satu koleksi lainya adalah berupa Radio kuno yang terbuat dari kayu. Dengan ukuran sebesar TV 14”, tapi jika dilirik bagian dalamnya terbuat dari komponen elektronika yang masih sangat besar (belum mengenal semikondurktor apalagi teknologi nano seperti sekarang). Saya sempat melihat sebuah Resisitor kaca yang sebesar lampu dop mobil yang pecah didalamnya, Sebuah Speaker ukuran 5“ dengan membran yang tebal. Terbayang suara beratnya…hhaha… Radio tersebut adalah Sumbangan dari istri bung Tomo. Yang merupakan cinderamata dari masyarakat Tanah Abang, radio tersebutlah yang digunakan untuk mendengarkan pidato penuh semangat Bung Tomo untuk menggerakan arek-arek Suroboyo.

 

 

Keluar dari Musium ini yang sudah dikonsep cukup modern dengan sebuah escalator disetiap tangga naik maupun turun, meskipun saat saya datang sedang dimatikan (atau mungkin memang jarang di hidupkan). Kembali keatas dan menemukan 3 patung yang dibawahnya bertuliskan “MAKAM PAHLAWAN TAK DIKENAL – Disini kau tidur dalam keadaan tanpa batas sebagai pahlawan tak dikenal… ”. Diyakini dahulu setelah perang usai, dilokasi makam ini ditemukan banyak jasad pejuang yang tewas. Lokasi ini sebelumnya merupakan kantor pendudukan Jepang yang kemudian saat Bung Karno menjadi Presiden dan Gubernur Suryo menjadi Gubernur Jawa Timur dibangunlah Tugu Pahlawan ini untuk memperingati perjuangan Arek- arek Suroboyo yang datang dari berbagai daerah disekitarnya., Seperti Pasuruan, Madura, Mojokerto dan sekitarnya. Dan untuk memperingati perjuangan itulah setiap tahunnya di minggu pertama setelah tanggal 10 November diadakan gerak jalan dari Mojokerto Ke Surabaya.

Belum pernah saya mengikuti gerak jalan itu, tapi pernah menjalani perjalanan sejauh 7km dari kos ku di Ketintang dengan tujuan ke Tugu Pahlawan ini sendirian, pertengahan desember 2008 kemarin… hahaha, Dan kini museum maupun candi adalah tempat yang sangat tidak membosankan bagiku. Menemukan cerita cerita kecil didalamnya adalah sebuah kepuasan dan kebahagian tersendiri bagiku. Sehingga beberapa tulisan pun aku buat dengan senang hati, tidak lagi menjadi laporan kunjungan yang dengan terpaksa yang harus aku kumpulkan ke guru Sejarah, tapi menjadi sebuah tulisan yang akan mengisi blog hitam saya.

 

 

 

-hans-

www.trihans.com

 

6 komentar:

Luqman Hakim mengatakan...

Satu lagi tambahan kalo minat Han, musium Satria Mandala di Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta. Itu musiumnya TNI, pesawat pertama yang dimiliki RI sumbangan rakyat Aceh aja disimpan di sana, sampe tandu Jenderal Sudirman waktu mimpin gerilya, ada juga.

Btw, nice banget gerakan cinta musiumnya, sama, aku juga suka...

Btw, koreksi dikit, nulisnya 'musium', ejaan yang udah diserap dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, asal katanya emang 'museum'...

HANS ' mengatakan...

iya om luqman, semoga mimpi untuk hijrah ke Jakarta segera terkabul :)

ok, thanks koreksinya, segera di revisi semua.

Luqman Hakim mengatakan...

Btw, Surabaia itukan keren Hans, lah temenku bandnya aja asal Surabaia kok, FRIDAY, ini juga malah pada pindah ke Jakarta, aku bingung, padahal di sana basis masanya udah kuat.

Emang ada yang salah apa di Surabaia sampe harus hijrah ke Jakarta?

HANS ' mengatakan...

tuntutan profesi mungkin :)

lagi nego nih, kalo deal awal bulan jadi pindah rantauan, disini juga cuma numpang jadi anak rantau 9 tahun ini:D

gambar pacul mengatakan...

jyan ora mung Pecinta ALam yang kang Pecinta Musium mbarang koh..

HANS ' mengatakan...

kabeh dicintai kang :)
selagi bisa menikmatinya :D