Jumat, 27 November 2009

Catatan 10 hari untuk Jambore Petualang Indonesia [10]

****
tu.. wa.. tu.. wa.. ga...

Bukumu dialang-alang engkau kan membaca
dilekuk terjal bukitan kau kan bicara
dibalik embun menebal engkau kan bersenandung

dilereng pinus berjajar seakan ter
menung

berdansa bercanda senada diranu pane
diskusi bernyanyi bermimpi diranu pane

diriak air yang jernih kau basuhkan kaki
diudara yang bersih
kau tulis puisi
digemah ripah kehidupan,  kau bayangkan kita
ditangkai daun keladi kau tulis sang mantra

berdansa bercanda senada diranu pane
diskusi bernyanyi bermimpi diranu pane

by : Gombloh

Piket 24 jam lagi malam ini, menggantikan hutang liburku beberapa minggu kemarin saat ada pameran reptile di Galaxi Mall Surabaya. Aku mulai lagi dengan mendengarkan lagu Dansa Ranu Pane-nya Gombloh, sebelum mulai menulis catatan ini. Aku begitu suka desa Ranu Pani, ta
hun ini belum sempat mengunjunginya, hanya sekali ke Bromo dan sisanya banyak jalan-jalan arah barat, termasuk JPI ini. Lagu itu begitu hidup dan membuat rasa kangen akan desa dengan ketinggian 2.300 mDPL itu. Sebuah kehidupan alam yang akan kita temui… berdiskusi dengan alam, bahkan pendidikan formal disanapun masih kalah dengan rutinitas hidup diladang yang harus dijalani warganya. Beberapa kali aku tulis catper tentang Ranu Pani… tak akan pernah bosan untuk mengunjunginya.

Dan Lagu ini pun cukup menggambarkan apa yang akan kami kerjakan hari ini… Berdiskusi dengan Alam

****

[Hari Pertama JPI]
Berdiskusi dengan Alam, 8 Agustus 2009.


Sleeping Bag merek Eiger yang aku beli demi pendakian pertamaku ke Semeru tahun 2006 kemarin ini tak mampu menghangatkan tubuhku, meskipun beberapa helai sepanduk juga menyelimuti tubuh ini. Gila! Dingin yang teramat dingin, karena aku dan om Rangga tidur ditenda logistik yang memang tidak layak untuk ditiduri. Dan sempat beberapa kali terbangun ditengah malam tadi. Aku masih beruntung ada SB, sedangkan om Rangga hanya menggunakan windbreaker Avtech dengan warna birunya dan beberapa spanduk
yang belum sempat terpasang di area Ranca Upas ini.
 

Jadilah istirahat malam tadi dipenuhi dengan getaran-getaran kedinginan dan harus terbangun sepagi mungkin hari ini. Karena Ginat banner yang seharusnya aku pasang kemarin ternyata mengalami salah cetak dan harus dicetak ulang semalam. Giant banner yang seharusnya berukutan 3X15 meter, ternyata hanya di cetak dengan ukuran 1X6 meter, sempet kecewa… mas Aji juga sedikit panik, karena di Giant Banner itu ada logo-logo sponsor yang secara kontrak sponsorhinp harus dipajang disana. Dan akhirnya dari pihak Yamaha Bandung yang mencetaknya berjanji akan mencetak ulang, dan selesai maksimal jam 9 tadi malam. Maka rombongan teh Owien dan beberapa panitia yang masih tertinggal di Jakarta akan mengambil di Bandung.

Dan jadilah pagi ini aku dibangunkan oleh ingatan itu, tugasku sebagai tukang gambar dan sekaligus memasang Giant Baner itu. Beranjak dari sebuah tenda yang penuh dengan peralatan perang, ada spanduk, tambang dadung, paralon-paralon, kabel dan kardus-kardus penuh intan berlian (lho!)…yah namanya juga gudang logistik. Kucari Cahyo aka Akang Bandung yang kemarin kuserahi master desain. Setelah kudapatkan spanduk itu aku dan Om Rangga mencari-cari teman yang pagi itu masih belum sibuk. Disaat mencari teman itulah aku ketemu seorang cewek berambut panjang dengan postur tubuh yang cukup tinggi, lengkap dengan jaket birunya… siapakah dia…oo..oo.. siapa dia?. Seorang yang sering ribut dikoment dengan her beloved enemy-nya, antara pink dan biru yang sama-sama tidak ada kejelasan. Yah dialah Thea Arabella, tadinya kukira dia adalah seorang gadis kecil yang suka jalan-jalan kegunung, lengkap dengan boneka panda yang menemani tidurnya.. sambil sesekali merengek… “mas capek!” hihi… ternyata, Thea ini adalah seorang instruktur YSI yang biasa membantu kang Herry Macan. Hebat juga.. aku tertipu!

Kenapa aku tertipu, akhir akhir ini, banyak member yang join di milis JP adalah dari golongan Brondong manis. Sempet mereka memproklamirkan diri dengan nama Brownies JPers…bahkan bikin kaos versi brownies juga. Kumpulan dari beberapa member yang masih berumur belasan tahun. yah.. baru menyentuh usia 20an lah. Dan Thea ternyata bukan salah satu dari mereka, malah dia seorang instruktur Yayasan Survival Indonesia. Dari yang aku liat di foto-fotonya memang dia aktif sekali dengan kegiatan itu, mungkin kamarnya penuh dengan  bivak. Thea nanti akan  mengkoordinir kegiatan Survival Alam bebas bersama team EAST Eiger. … (hmm.. harus dapet parcel juga nih, beberapa kali kusebut namanya disini).

The Sav
ana-ers alias Obiers, yang terdiri dari om Seno, Conay, dan seorang lagi yang aku lupa namanya, juga Obie sebagai komandan mereka, Serta beberapa teman dari Surabaya ada Wahyu, Pramono dan Arif. Merekalah team yang akan membantuku memasang Giant Banner ini. Disebalah barat Danau, tepat ditengah pandangan dari lapangan utama. Disinilah kami akan memasangnya. Om Rangga mengambil Giant Banner itu dari mobil, aku dan the Obiers menyiapkan tali tambang berwarna merah. Saat om Rangga mendekat ke samping danau itulah… tiba-tiba terjadi ledakan tawa dari Obiers dan om Rangga dan diikuti kami semua. Kenapa?? Ada apa??... (cek di catatan kedua, tentang kemiripan diantara JPers). Seperti ada pertemuan dua saudara kembar sedarah satu ayah lain ibu dan pembantu..xixi.. yang sudah lama sekali tidak bertemu. Sesaat kami terpana pertemuan itu. Yah di JPI ini memang banyak sekali diantara kami yang belum pernah bertemu, dan juga banyak mempertemukan ratusan member JPers, baik yang jadi panitia, narasumber maupun peserta.

Cukup kesulitan kami memasang Giant Banner itu padahal jam Sembilan nanti upacara pembukaan jambore segera digelar, tidak ada bambu yang cukup besar sisa dari pemasangan spanduk kemarin. Terpaksa kami memanfaatkan dua pohon dengan jarak yang berjauhan. Satu kami tali mati di sebuah pohon yang cukup besar, dan disisi lainya hanya kami tarik dengan tali tambang tersebut dengan dibantu sebatang bambu kecil dit
engahnya. Akhirnya bediri juga setelah beberapa cara dicoba, meskipun Giant baner tersebut masih bergoyang jika tertiup angin…. Yah semoga tetap berdiri sampai acara selesai besok sore.

Aku duduk diatas gundukan batu dibelakang panggung, disisi timur danau tepat menghadap kearah Giant Banner diseberang sana. Melihat dan menikmati sejenak desain terbesar yang pernah aku kerjakan  dan dengan susah payah pula kami memasangnya pagi ini… Pagi yang mengawali jambore ini.

Seseorang menyapaku…
Seorang lagi menyapaku juga…
Begitu banyak sapa yang menyambut pagi ini..



Bersambung...


4 komentar:

DhaVe Dhanang mengatakan...

sumantab.. siip markosip... coba ajakan Nurul aku iyain..buat join hehehe.. bisa ikut ngrasain hangatnya Ranca Upas... lanjooot mas Hand

HANS ' mengatakan...

oh... iya tuh mas.. dinginya ranca upas hampir sama kaya ranu kumbolo... membekukan nyali ;)
untung disana ada pemandian air angetnya..

DhaVe Dhanang mengatakan...

nyesel dah ora meluu...
siap jadi pengdengar cerita saja Mas.. ayoo dilanjut edisi selanjutnya.. salam

HANS ' mengatakan...

semoga tahun depan ada lagi..
sik mas...dari kemarin 32 jam ngenet... mau istirahat dulu mlm ini tanpa komputer.. tak lanjut baca buku ajaa..