Kamis, 08 April 2010

[1][Catper EASTJAVAGANZA 2010] Bumi Timur itu memanggilku kembali..

Hujan menyambut kami disavana ini, kabut tiba-tiba menutupi keindahan dan kemegahan alam yang selalu aku rindukan. Savana Bromo… Sebuah lembah dingin diketinggian 2000 meter, dalam sebuah cekungan kawah purba yang masih meninggalkan kemegahan dijamanya, ilalang hijau basah menyambut kami yang mengunjunginya diujung musim hujan ini. Ujung… tidak juga, dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saat aku masih Sekolah Dasar dulu. Bulan April adalah awal musim kemarau, tapi tidak sekarang ini disaat dunia meyerukan issue Global Warming dan perubahan cuaca dunia. Dibulan April ini malah hujan lebih sering turun mengguyur tanah jawa.

“Suku Tengger yang tinggal di Ngadas jalannya lewat mana pak” Tanyaku pada pak sopir jeep.
“Bukan Suku Tengger mas, tapi Masyarakat Tengger. Karena kalo ada suku berarti ada kepala suku” Pak Sopir mencoba menjelaskan kesalahanku dalam menganggap Tengger adalah sebuah suku yang mendiami beberapa desa disini, tapi Tengger adalah nama daerah didataran di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini. Seperti di Catper yang pernah kutulis di Blog MP ku “Ranu Pani – Love Never End”. Bahwa Masyarakat tengger mendiami beberapa desa dalam 4 wilayah kabupaten yang membatasi pegunungan Tengger ini. Kabupaten Malang di sisi Barat Daya, Pasuruan disisi Barat Laut, Probolinggo disisi Timur Laut dan Kabupaten Lumajang disisi Tenggara.

Siang ini kami yang tergabung dalam satu trip EASTJAVAGANZA akan mengunjungi Ranu Pani Sebagai salah satu tujuan kami mengexplor Taman Nasional ditengah-tengah Jawa Timur ini. Dengan maskot Utamanya view Kawah Bromo dari Pananjakan dan Puncak Mahameru.

***

Perjalanan kumulai dengan menyambut team EASTJAVAGANZA dari Surabaya, dengan start point pertama di Taman Bungkul segera dialihkan ke kos temannya mba Nuning dan mba Emma disekitar Ngagel Madya. Beberapa kontak yang kulalukukan dengan team dari Jakarta, ternyata mereka terjebak macet dan baru memasuki Brebes jam 6 pagi ini. Akhirnya aku berinisiatif untuk mengabulkan doa mba Emma untuk mengunjungi House Of Sampoerna. Doa yang terucap disebuah komentar foto saat aku menemani Susan awal Maret Kemarin. Dan ternyata Doa itu dikabulan secepat ini.

Pukul 9:40 kami yang terdiri dari mas Denny team LareAngon yang akan menemaniku dari Surabaya, dia dikirim oleh mas Aji untuk membawakan Kijang LSX merah yang kusiapkan untuk membawa team Surabaya ke Bromo. Mba Nuning, cewe jauh dari Nusatenggara yang berdomisili di Bandung, ternyata masih satu sabahat dengan Mba Emma gadis berjilbab dari Sukabumi. Dengan Mba Emma ini aku baru sekali bertemu, sebelumnya hanya mengenal nama dari temen-temen milis pendaki maupun dari Multiply. Dan satu lagi teman mereka berdua, namanya Mba Linda yang akan menemani hanya sampai di HOS.


20 menit yang aku sediakan untuk menikmati HOS ternyata molor jadi satu jam. Terasa kurang saat kita menikmati keunikan dan keindahan barang-barang koleksi HOS yang sangat bernilai jika hanya sesaat. Dan akupun menikmatinya kembali, meskipun ini bukan saat pertamaku. Cuma satu yang aku sayangkan, kedatanganku ke HOS selalu bersamaan dengan tanggal merah. Sehingga aku tidak bisa melihat se cara langsung pembuatan rokok Dji Sam Soe, yang sampai saat ini masih diproduksi secara manual oleh buruh Rokok. Dari lantai dua HOS disuguhkan sebuah pemadangan dengan view pekerja rokok yang sedang meracik rokok kretek terbaik andalan Sampoerna yang sebagian sahamnya telah dimilki oleh Philips Moris, pemilik merk dagang rokok Marlboro.

Setelah memaksa sambil menyeret mereka untuk meninggalkan HOS, karena aku sudah ditelpon Om Silo, team leader dari Malang. Yang menginfokan team Jogja dan Team Malang telah mendekati RM. Tongas Asri, meeting point kedua sebelum melanjutkan ke Madakaripura.
Jalanan TOL Perak-Porong sepanjang 51 km yang lancar tapi diujung tol harus terjebak kemacetan Porong, efek luapan lumpur yang semakin menyiksa perekonomian Indonesia Timur. Hampir 4 tahun (sejak 29 Mei 2006) berbagai solusi belum terpecahkan untuk mengatasi semburan itu. Jalan tikus akhirnya jadi pilihan meskipun memasuki jalanan sempit dan tentunya biaya yang lebih mahal karena lebih dari 7 ti tik cepean yang kini telah beruhan menjadi ribuan. Dari jalan tikus disisi barat jalan porong itu ternyata telah dimulai pembangunan TOL penganti jalan TOL Gempol yang terlah terendam lumpur.

Lepas dari kemacetan Porong tak ada hambatan berarti yg kami temui hingga akhirnya menjelang pukul 2 siang team Surabaya merapat ke RM Tongas Asri. Tak banyak yang aku kenal disana, hanya Om Silo, modetor Jaw a Timur disalah satu milis yang aku ikuti dan mengenalkanku dengan dunia komunitas online yang menyimpan banyak cerita dan orang –orang menakjubkan didalamnya.

“saya mba Dika. Bukan mas Dika” seorang cewe Jogja yang aku merasa tidak asing dengan wajahnya padahal tidak pernah kenal sebelumnya. Aku memanggilnya mas saat pemesanan kaos dan beberapa koordinasi kecil kemarin. Dan satu lagi Arninda, aku kenal wajahnya karena baru kemarin dia meng-add FB ku. Sisanya aku baru memulai menjabat tangan mereka, dan masih belum loading untuk nge-save nama mereka dimemoriku. Nanti juga akan kenal dengan sendirinya…


pic by : emmaku

bersambung... sampai 7 postingan berikutnya :D ..


Tidak ada komentar: