Kamis, 08 April 2010

[6][Catper EASTJAVAGANZA 2010] Bumi Timur itu memanggilku kembali..

Ranupani, kabut itu meyelimuti cantikmu

Didalam Jeep yang sama, ada Arninda disampingku yang mulai terlelap, dia memilih disisi dalam kursi depan. Sedangkan Dika terlelap dibelakang dengan kepalanya sesekali menanduk punggungku. Jalanan terjal rusak parah, beroffroad ria diantara tebing dan sesekali jalan yang kami lewati adalah igir-igir bukit dengan kanan kiri merupakan jurang dalam. Sayang kabut menutupinya, hingga mengurangi pacuan adrenalin. Hanya pak sopir yang sigap dengan stir Jeepnya meskipun jalanan sempit dan curam masih saja mampu mengendalikannya saat berpapasan dengan kendaraan lain yang turun.

Sampai di Ranupani, semua jeep yang membawa kami parkir didepan pos perijinan pendakian Gunung Semeru. PENDAKIAN KE RANUKUMBOLO DAN PUNCAK SEMERU DITUTUP. Beberapa tulisan yang dipajang disana menarik perhatianku. Biasanya awal April adalah pertama kalinya pendakian ke Semeru dibuka, setelah sejak Januari ditutup. Kali ini ternyata masih ditutup, aku tak menemukan alasan dari si penjaga yang sedang asik bermain game starategi Red Alert dengan monitor besarnya. Tapi hujan dan kabut yang aku temui kali ini cukup memberikan jawaban.

Gerimis cukup deras, aku ikut memilih menemani beberapa perserta yang ingin melihat Danau Ranu Pani dan Ranu Regulo lebih dekat. Belum banyak nama yang aku kenal, tapi wajah-wajah mereka sudah mulai familiar. Beberapa pertanyaan kecil mengalir mengenai pendakian ke puncak Semeru, dengan track pasir Mahamerunya yang melelahkan dan dan terkenal two step up one step down. Aku baru dua kali melewatinya hingga tak banyak cerita yang aku bagi, hanya menyarankan untuk membaca buku “5cm”.

Ranu Regulo, masih dingin tapi gerimis mulai reda. Kamera-kamera SLR dengan lensa panjangnya merubah murung peserta menjadi senyuman kecil yang meyemarakan. Lagi-lagi puluhan frame diambil disana. Duduk diatas kayu yang tumbang, berjajar diatas dermaga kecil yang biasa digunakan untuk mengambil air, maupun turun dan bermain air… pose pose aneh dengan senyum lebar. Inilah yang dicari dari perjalanan panjang ini, melepaskan penat ibu kota sejenak dalam dingin dan pelukan alam.


Kembali ke danau Ranu pani, melewati jalan setapak berpaving. Aku menemukan kegetiran kecil disana, didesa dengan ketinggian 2300mDPL ini. Rumah-rumah penduduk berada dicekungan bawah memanjang sedangkan bukit-bukit dengan kemiringan terjal tanpa pohon penopang diatasnya mengelilingi desa kecil ini. Hanya ditumbuhi sayuran-sayuran kecil. Hampir semua bukit disana telah menjadi petak-petak ladang penduduk. Sangat rawan longsor, meskipun sampe saat ini belum terjadi disana. Kembali aku tidak bisa berbuat banyak, menulis inipun mungkin tak banyak dibaca orang. Eksploitasi alam yang lebih bertendensi urusan perut dan kantong tak dapat dicegah hanya dengan suara parau bahkan suara NGO yang telah dikenal internasional. Pemerintah pun aku yakin tutup mata untuk urusan ini asal kantong-kantong pejabat sudah terpenuhi sampe tak mampu menampung.

Hohohoooo…

Kembali menaiki Jeep yang seperti tanpa suspensi atau memang jalanan yang terlalu parah, membawa kami menuruni lembah dingin, melewati Bantengan dengan view cantik punggungan Bromo, pertigaan Jemplang dan turun ke Savana Bromo. Menghabiskan nikmat offroad di lautan pasir Bromo dan kembali ke Hotel Cemoro Indah. Makan Siang dan Packing untuk segera melanjutkan ke Air Terjun Madakaripura bagi team Jakarta yang kemarin belum sempat kesana. Sedangkan team pertamaku akan langsung ke Pekalen mendirikan beberapa tenda sebagai tempat istirahat untuk peserta nantinya.


pic 1 by : emmalku
pic 2 by: mba dhyan

bersambung...

Tidak ada komentar: